Seiring bertambahnya usia si Kecil, ia harus diajari berbagai keterampilan. Salah satunya adalah toilet training, yaitu buang air di toilet. Melatih si Kecil untuk tidak lagi memakai popok memang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan ya, Bu. Selain itu, pastikan Ibu memberikan si Kecil susu pertumbuhan Frisian Flag PRIMAGRO 3+ untuk dukung akal cermat dan imunitas si Kecil. Susu ini mengandung DHA 4x lebih tinggi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak dan 9 Asam Amino Esensial (AAE), yaitu protein penting yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan harus didapat dari makanan setiap harinya, serta 14 vitamin dan 9 mineral untuk bantu menjaga daya tahan tubuhnya. 

Banner Register
Banner AKP
Banner Register

Menurut NHS UK, anak-anak dapat mengontrol kandung kemih dan usus mereka ketika mereka siap secara fisik dan ketika mereka ingin kering dan bersih. Perlu diingat ya Bu bahwa kemampuan setiap anak berbeda, jadi sebaiknya Ibu jangan membandingkan si Kecil dengan anak lain.

Usahakan untuk tidak memaksa si Kecil untuk belajar menggunakan pispot, ya Bu. Jika mereka tidak siap, sekuat apapun Ibu membujuknya tetap tidak akan dapat membuat mereka menggunakannya. Pada waktunya, mereka akan ingin menggunakan toilet dengan sendirinya.

Kebanyakan orang tua mulai berpikir tentang toilet training usia berapa ketika anak mereka menginjak usia antara 2 tahun dan 2 setengah tahun. Namun, sebenarnya tidak ada waktu khusus untuk memulai toilet training. Bila Ibu merasa sudah saatnya dan si Kecil juga nyaman, silahkan mulai berikan toilet training untuk si Kecil.

Baca juga: Tips Toilet Training untuk Perkembangan Psikologi Anak

Artikel Sejenis

Tanda-tanda Si Kecil Siap untuk Toilet Training

Ibu mungkin melihat tanda-tanda bahwa si Kecil sudah siap untuk toilet training sejak sekitar 2 tahun. Beberapa anak bahkan menunjukkan tanda-tanda kesiapan sejak usia 18 bulan dan lebih dari 2 tahun.

Sudah waktunya untuk mengajarkan toilet training jika si Kecil menunjukkan tanda-tanda seperti berikut:

  1. Berjalan dan duduk dalam waktu singkat
  2. Umumnya lebih mandiri, termasuk mengatakan 'tidak' lebih sering
  3. Tertarik melihat Ibu atau Ayah pergi ke toilet
  4. Kondisi popoknya kering selama 2 jam atau lebih
  5. memberi tahu Ibu dengan kata-kata atau gerak tubuh saat buang air besar atau kecil di popoknya
  6. Mulai tidak suka mengenakan popok dan mencoba melepasnya sendiri saat popok dalam kondisi yang penuh atau kotor
  7. Dapat menarik celana ke atas dan ke bawah tanpa bantuan.

9 Cara Ajarkan Toilet Training untuk Anak

Untuk mencoba mengajari si Kecil toilet training, Ibu bisa menerapkan beberapa cara berikut ini:

  1. Persiapkan diri Ibu dan si Kecil

    Sebagai permulaan, persiapkan diri dan mental terlebih dulu, baik Ibu maupun si Kecil. Bersiaplah untuk merasa lebih lelah, karena Ibu harus secara rutin membawa si Kecil ke kamar mandi dan membersihkan rumah kalau-kalau ia mengompol atau buang air besar di luar kamar mandi.

    Untuk kesiapan si Kecil, Ibu tidak bisa menyamakannya dengan kesiapan anak lainnya karena masing-masing anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. 

    Pada umumnya, si Kecil baru mulai memahami kalau kandung kemihnya penuh itu merupakan pertanda bahwa ia akan buang air kecil. Bagi anak yang perkembangannya cepat, biasanya ia akan siap dilatih toilet training pada usia 18 bulan.

    Namun sebagian besar orang tua akan melatih buah hatinya buang air di toilet saat si Kecil berusia sekitar 2,5 hingga 3 tahun. Untuk melihat apakah si Kecil sudah siap untuk dilatih toilet training atau belum, Ibu bisa memerhatikan tanda-tanda sebagai berikut ini, Bu:

    • Sudah dapat memahami dan mengikuti perintah sederhana.
    • Sudah mampu duduk dan berjalan dengan lancar.
    • Sudah bisa memakai dan melepas celananya sendiri.
  2. Perhatikan beberapa kondisi tertentu

    Di samping memperhatikan kesiapan si Kecil, Ibu juga harus memperhatikan beberapa kondisi tertentu, antara lain:

    • Anak pertama lebih lambat belajar dibanding anak kedua dan seterusnya.
    • Anak laki-laki cenderung lebih lambat dalam hal kesiapan belajar daripada anak perempuan.
    • Anak sedang menghadapi situasi tertentu, seperti memiliki adik baru, masuk ke sekolah baru, atau berganti pengasuh.
    • Ibu sedang stress dengan pekerjaan, berganti pekerjaan baru, merenovasi rumah, atau sedang hamil.

    Pada kondisi-kondisi tersebut, sebaiknya tunda dulu melatih toilet training hingga beberapa minggu atau bulan hingga situasinya sudah membaik.

  3. Belilah perlengkapan yang tepat

    Cara mengajarkan anak toilet training selanjutnya Ibu bisa membeli perlengkapan pendukungnya. Si Kecil akan memerlukan perlengkapan agar bisa buang air di toilet, seperti adapter toilet seat atau potty chair.

    Pilihlah alat bantu toilet untuk si Kecil yang sekiranya sesuai dengan kondisi toilet yang ada di rumah. Ibu juga bisa mengajak si Kecil untuk membelinya bersama sehingga ia bisa memilih sendiri mana yang ia sukai.

    Bila memilih potty chair untuk anak laki-laki, pilihlah yang tidak memiliki urine guard karena terkadang bisa membentur dan menggesek area vital si Kecil ketika ia duduk di atasnya. Hal tersebut bisa membuatnya merasa tidak nyaman dan dapat mengganggu proses toilet training-nya.

  4. Pakaikan si Kecil training pants

    Saat melatih toilet training, pakaikan juga si Kecil training pants berupa popok kain berbentuk celana dalam yang dapat dicuci dan dipakai lagi. Saat mengenakan popok ini dan ia buang air, urinnya tidak akan merembes dan membasahi lantai.

    Bedanya dengan popok sekali pakai adalah si Kecil tetap akan merasa basah sehingga menyebabkan rasa risih yang dapat membuatnya cepat belajar untuk buang air di toilet.

    Untuk tahapan toilet training ini sebenarnya tidak harus selalu diikuti. Namun jika Ibu memutuskan untuk menggunakan training pants, pakaikan pada si Kecil secara bertahap ya, Bu.

    Misalnya dengan memakaikannya selama beberapa jam di siang hari dan malamnya tetap memakai popok sekali pakai.

  5. Tunjukkan cara memakai toilet

    Anak-anak lebih cepat belajar dengan cara meniru, Bu. Ibu pun bisa menunjukkan cara buang air di toilet secara langsung.

    Mulailah dengan mengatakan, “Ibu mau pipis dulu.”. Setelah itu masuklah ke dalam kamar mandi, lepaskan celana, dan duduklah di atas toilet. Setelah selesai, tunjukkan cara membersihkan alat kelamin dengan air, memakai tisu toilet, memakai celana lagi, menyiram toilet, lalu mencuci tangan.

    Si Kecil memang masih akan membutuhkan bantuan dari Ibu untuk aktivitas ini, tapi dengan melihat peragaan dari Ibu akan membantunya memahami semua prosesnya.

    Untuk anak perempuan, ajari ia untuk membersihkan dari depan ke belakang untuk menghindari ia terkena infeksi saluran kencing. Sementara untuk anak laki-laki tetap ajari ia untuk pipis dengan posisi duduk.

    Saat sudah menguasainya, si Kecil bisa belajar pipis berdiri dari Ayah, kakak laki-laki, atau temannya.

    Baca juga: 4 Tahap Perkembangan Kognitif Anak Menurut Teori Piaget

  6. Jelaskan tentang proses buang air

    Ibu juga perlu menjelaskan tentang proses toilet training, yaitu buang air dan toilet. Berikan pemahaman kepada si Kecil bahwa ia harus buang air di toilet agar kotorannya tidak menumpuk di dalam popok. 

    Kalau ingin buang air, minta ia untuk mengatakan pada Ibu agar bisa langsung dibawa ke toilet, didudukkan, dan mengeluarkan urin atau tinja di sana.

    Jika sudah terlanjur buang air di popok, ajari ia untuk segera ke toilet dan membersihkan alat vitalnya dengan air. Ajari juga ia untuk menyiram toilet jika ingin agar bisa melihat sendiri saat kotorannya tersiram.

  7. Gunakan media pembelajaran yang menyenangkan

    Untuk membantu mengajari si Kecil tentang toilet training juga bisa melalui media pembelajaran lho, Bu. Contohnya saja buku atau video anak yang khusus membahas tentang latihan buang air di toilet.

    Cara belajar ini cenderung menyenangkan dan lebih efektif untuk mengajari si Kecil. Jangan lupa untuk menjelaskan langkah-langkah yang ada di buku atau video secara mendetail dengan bahasa yang mudah dipahami olehnya ya, Bu.

  8. Rutin mengajak ke toilet

    Pada awal-awal melatih si Kecil toilet training, rutinlah mengajak ia ke toilet untuk pipis setiap 30 menit sekali. Hal ini untuk menghindari terjadinya si Kecil mengompol karena ia masih belum bisa mengontrol kandung kemihnya.

    Perlahan setelah ia sudah semakin menguasainya, naikkan selang waktunya menjadi 60 menit sekali dan seterusnya. Pada masa latihan ini ada kalanya ia akan mengompol atau buang air besar di celana, Bu.

    Jangan memarahinya, ya, karena akan membuat ia merasa takut dan justru tidak mau belajar lagi. Lebih baik terus berikan ia pengertian bahwa pipis dan buang air besar itu seharusnya di toilet.

  9. Selalu berikan apresiasi dan dukungan

    Apresiasi dan dukungan dari Ibu tentunya sangat penting untuk menunjang keberhasilan latihan toilet training ini, Bu. Oleh karena itu selalu berikan apresiasi dan dukungan pada si Kecil agar ia bisa semangat berlatih toilet training.

    Saat ia berhasil buang air di toilet, berikan ia pujian. Begitu pula saat ia belum mau atau belum bisa, yakinkan ia kalau ia pasti bisa kalau mau belajar terus.

    Dukungan semacam ini akan menjadi penyemangat baginya sekaligus menunjukkan padanya kalau Ibu sangat menyayanginya dan akan selalu ada untuk membantunya belajar. Jika dilatih dengan tekun dan sabar, perlahan si Kecil pasti bisa menguasainya.

Bu, itulah beberapa cara mudah mengajarkan si Kecil toilet training sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak 3 tahun sekaligus melatihnya untuk mandiri.

Untuk membantu meningkatkan kemampuan kognitif anak, Ibu perlu memberikan asupan yang optimal dari susu pertumbuhan Frisian Flag PRIMAGRO 3+ yang mengandung DHA 4x lebih tinggi, Spingomyelin, Omega 3 & Omega 6 untuk dukung akal cermat si Kecil.

Tahukah Ibu? Sekitar 90% perkembangan otak si Kecil di 5 tahun pertamanya sangat membutuhkan asupan DHA. Itulah sebabnya, si Kecil perlu mengonsumsi DHA yang cukup untuk mengoptimalkan fungsi otak. Nah, Ibu bisa mendapatkan DHA 4x lebih tinggi dalam susu pertumbuhan Frisian Flag PRIMAGRO 3+ .

Selain itu, selama masa tumbuh kembangnya, hormon pertumbuhan sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak dan otot anak. Peran 9AAE sangat berpengaruh pada hormon pertumbuhan. Bahkan kekurangan 1 dari 9AAE dapat menurunkan potensi tinggi badan sebanyak 34%, dan kekurangan semua jenis 9AAE dapat menurunkan potensi tinggi badan hingga 50%. 9AAE dan DHA harus terpenuhi bersamaan. Karena keduanya harus bekerja bersamaan dan harus dipenuhi dari makanan karena tubuh tidak bisa memproduksinya sendiri. 

Semua nutrisi penting ini bisa Ibu dapatkan dengan memberikan si Kecil susu pertumbuhan Frisian Flag PRIMAGRO 3+ untuk dukung akal cermat dan imunitas si Kecil. Selain mengandung DHA 4x lebih tinggi serta 9AAE, susu ini juga dilengkapi dengan Minyak Ikan, Omega 3&6, Asam Sialat, dan Sphingomyelin tertinggi di kelasnya. Susu ini juga mengandung serat pangan inulin yang dapat menjaga kesehatan pencernaan.

Dengan minum 2-3 gelas susu pertumbuhan Frisian Flag PRIMAGRO 3+ per hari, maka akan memenuhi 50-75% kebutuhan kalsium dan 40-60% kebutuhan protein per hari, berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Ibu juga bisa memantau status toilet training si Kecil melalui fitur Rapor Tumbuh Kembang Prima. Fitur ini bisa Ibu gunakan untuk memantau progres pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil secara rutin. Yuk, coba fitur yang dikembangkan berdasarkan Growth Chart WHO ini sekarang juga!

Jangan lupa registrasikan data Ibu untuk informasi dan fitur lengkap seputar kehamilan dan tumbuh kembang si Kecil dari Ibu dan Balita. Selain itu, dengan registrasi Ibu juga dapat memperoleh poin yang akan bisa ditukarkan dengan hadiah dan promo yang menarik. Daftar sekarang di halaman ini ya!

Konsultasi Gratis dengan Ahli Gizi

Data Ibu

Hanya boleh berupa huruf

Format nomor handphone 08xxxxxxxxxx

  • Password harus memiliki minimal 8 karakter
  • Password harus memiliki setidaknya 1 huruf besar
  • Password harus memiliki setidaknya 1 huruf kecil
  • Password harus memiliki setidaknya 1 angka
  • Password harus memiliki setidaknya 1 karakter khusus (misalnya ., *, !, ? atau semacamnya)

Data Anak

Silakan isi data anak atau anak yang termuda.