Obesitas mungkin identik dengan orang dewasa dan anak-anak saja. Namun ternyata obesitas juga bisa dialami oleh bayi berusia 0 hingga 6 bulan lho, Bu. Mengapa bisa begitu? Padahal, di usia tersebut bayi hanya mengonsumsi ASI atau susu formula bayi saja (bila tidak bisa mendapatkan ASI sesuai anjuran tenaga medis). Untuk mengetahui jawabannya, berikut adalah informasi terkait anak obesitas yang bisa Ibu baca:

Banner Register
Banner AKP
Banner Register
Banner Pop Up

Penyebab Bayi Obesitas

Bayi yang subur mungkin terlihat lucu dan menggemaskan ya, Bu. Sayangnya kegemukan atau obesitas itu bukanlah sesuatu yang baik bagi kesehatan, termasuk untuk bayi sekalipun. Bayi yang mengalami obesitas bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

  • Faktor genetika. Orang tua yang memiliki badan besar dan gemuk berisiko besar mewariskan badan yang subur pula kepada buah hatinya, sekalipun masih bayi. Jadi bila salah satu dari Ibu atau Ayah berbadan besar, maka sangat wajar bila bayinya juga besar.
  • Mengalami obesitas saat hamil. Seringkali ibu hamil salah anggapan untuk makan lebih banyak agar janin dalam kandungan tumbuh sehat. Padahal yang benar adalah tetap harus menjaga pola makan yang cukup dan sehat. Namun tak sedikit pula yang kebablasan makan saat sedang hamil sehingga menyebabkan berat badannya meningkat dengan pesat.
    Selain itu, ibu hamil yang makan terlalu banyak dapat menyebabkan janin berukuran besar (makrosomia). Tak hanya mempersulit untuk bisa bersalin secara normal, bayi makrosomia juga berisiko menjadi anak obesitas di masa tumbuh kembangnya.
  • Mengidap diabetes gestasional. Ibu yang mengidap diabetes gestasional selama kehamilan akan berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan yang besar pula. Untuk itu sangat penting bagi ibu hamil rutin mengontrol berat badan dan menjaga asupan makanan agar kadar gula darah tidak meningkat dan menyebabkan obesitas.

Dampak Obesitas

Obesitas pada anak bayi tidak boleh dibiarkan terlalu lama, Bu, karena akan berdampak buruk untuk masa tumbuh kembangnya. Berikut adalah beberapa dampak negatif obesitas pada bayi:

  • Perkembangan motorik terhambat. Badan yang besar akan membuat bayi cenderung bergerak dengan lamban. Ia juga akan malas untuk bergerak sehingga kemampuan eksplorasinya menjadi kurang maksimal. Hal ini pun dapat menghambat perkembangan motoriknya, baik halus maupun kasar.
  • Mengalami gangguan pertumbuhan tulang. Akibat tidak dapat menahan berat badan, maka bayi dapat mengalami gangguan pertumbuhan tulang. Kakinya mungkin akan bengkok dan membuatnya susah untuk belajar berjalan nantinya.
  • Mengalami gangguan tidur. Anak obesitas memiliki lebih banyak lemak di leher yang artinya ada lebih banyak lemak yang melapisi saluran udara di belakang tenggorokan. Hal ini menyebabkan saluran udara pun jadi lebih sempit dan menghambat aliran udara. Sebagai dampaknya, bayi dapat berhenti bernapas selama beberapa detik saat tidur dan membuat pasokan oksigen di otak berkurang.
  • Mudah lelah. Dengan badannya yang besar, bayi akan merasa mudah lelah. Hal ini pun dapat menghambat ia untuk belajar dan bereksplorasi.
  • Mengalami pubertas dini. Lemak berlebih di dalam tubuh dapat memicu produksi hormon tertentu yang mempercepat pubertas pada anak. Di saat anak lain seusianya belum mengalami pubertas, anak obesitas kemungkinan besar sudah mengalaminya.
  • Berisiko tinggi menderita beberapa penyakit. Kegemukan pada bayi dapat menyebabkan bayi berisiko tinggi mengidap berbagai penyakit serius saat dewasa, seperti diabetes, jantung, stroke, kanker, dan tekanan darah tinggi.

Langkah Pencegahan

Jika belum terlambat, Ibu bisa melakukan beberapa langkah pencegahan berikut ini agar bayi tidak mengalami obesitas:

  1. Menyusui selama mungkin. Manfaat dari ASI memang begitu besar, salah satunya adalah dapat menjaga berat badan bayi tetap ideal. Minimnya kandungan gula di dalam ASI akan menghindarkan bayi terserang obesitas sekaligus meningkatkan daya tahan tubuhnya.
  2. Memberi makanan padat sesuai waktunya. Sebuah penelitian yang dilakukan Harvard University mengungkapkan bahwa bayi berusia di bawah 4 bulan yang sudah diberi makanan padat berpotensi mengalami kegemukan saat usia 3 tahun. Pemberian makanan padat direkomendasikan saat bayi sudah berusia 4 hingga 6 bulan atau bila bayi sudah siap.
  3. Berhenti memberi makan saat bayi sudah kenyang. Pemberian makanan padat pada bayi harus sesuai dengan kemampuan bayi. Jika bayi sudah menunjukkan tanda kenyang, maka sebaiknya langsung hentikan kegiatan makannya. Tandanya adalah berupa perut yang membuncit dibandingkan sebelumnya.
  4. Ajak bayi aktif bergerak. Banyak bergerak dapat membakar kalori dan membuat berat badan bayi ideal. Untuk itu Ibu harus sering mengajak bayi melakukan tummy time atau berjoget bersama.

Nah, Bu, itulah informasi seputar anak obesitas yang penting untuk Ibu ketahui. Lebih baik mencegah kegemukan sedini mungkin daripada berlanjut dan menjadi semakin susah untuk dihentikan. Semoga informasi yang saya berikan bermanfaat dan buah hati sehat selalu!

Artikel Sejenis

Bila perlu, Ibu dapat berkonsultasi melalui laman Tanya Pakar, Bu. Para ahli di sana akan membantu menjawab pertanyaan Ibu secara langsung. Untuk bisa menggunakan fitur tersebut, pastikan Ibu sudah registrasi terlebih dulu, ya.

Konsultasi Gratis dengan Ahli Gizi

Data Ibu

Hanya boleh berupa huruf

Format nomor handphone 08xxxxxxxxxx

  • Password harus memiliki minimal 8 karakter
  • Password harus memiliki setidaknya 1 huruf besar
  • Password harus memiliki setidaknya 1 huruf kecil
  • Password harus memiliki setidaknya 1 angka
  • Password harus memiliki setidaknya 1 karakter khusus (misalnya ., *, !, ? atau semacamnya)

Data Anak

Silakan isi data anak atau anak yang termuda.