Bagi anak-anak, protein adalah nutrisi yang utama. Protein dibutuhkan untuk membantu proses tumbuh kembang anak agar berjalan dengan optimal. Selain itu, protein juga berperan dalam membangun antibodi yang akan bertugas dalam menangkal serangan penyakit. Atas dasar pentingnya manfaat protein tersebut, maka anak harus selalu mendapatkan cukup asupan protein. Lalu, apakah dampak jika anak kekurangan protein?

Banner Register
Banner AKP
Banner Register

Apabila anak tidak mendapatkan cukup asupan protein yang dibutuhkan sesuai usianya, ia akan berisiko mengalami beberapa hal berikut ini, Bu:

Mengalami Stunting

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan karena tubuh kekurangan asupan gizi, terutama protein, dalam jangka waktu lama. Sebagai dampaknya, anak akan memiliki postur tubuh yang lebih kecil dibandingkan anak lain yang seusia dengannya. Tidak hanya dari segi fisik saja, anak juga memiliki daya tahan tubuh yang lemah dan kemampuan otak yang rendah. Ini dikarenakan protein sebagai bahan utama pembentuk hormon, jaringan, dan neurotransmitter di dalam tubuh kurang tercukupi, sehingga tumbuh kembangnya pun menjadi kurang optimal.

Pertumbuhan Gigi Terhambat

Pembentukan jaringan di dalam tubuh yang dilakukan oleh protein juga termasuk pada pertumbuhan gigi. Ketika pembentukan jaringan tidak berjalan dengan baik, otomatis pertumbuhan gigi pun akan ikut terhambat. Gigi sangat dibutuhkan oleh anak untuk membantunya mengunyah makanan. Jika giginya belum tumbuh seiring pertambahan usianya, maka ia akan mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan yang seharusnya sudah semakin bervariasi.

Sistem Imunitas yang Tidak Stabil

Protein merupakan zat yang diperlukan untuk membentuk antibodi. Daya tahan tubuh anak-anak yang masih belum sempurna akan sangat membutuhkan protein untuk mengenali dan menghancurkan mikroorganisme berbahaya yang masuk ke tubuh. Jadi, saat tubuh anak kekurangan protein, antibodi yang seharusnya terbentuk pun mengalami hambatan. Akibatnya, sistem imun anak menjadi tidak stabil dan ia akan mudah terserang penyakit. Apabila terus terjadi, hal ini bisa menyebabkan masalah kesehatan saat ia tumbuh dewasa.

Artikel Sejenis

Fungsi Otak Mengalami Gangguan

Berbagai jenis neurotransmitter yang dihasilkan oleh asam amino yang terdapat di dalam protein berperan penting dalam perkembangan otak anak. Contohnya saja untuk mengantarkan pesan atau stimulus ke sel saraf otak dan otot di seluruh tubuh. Namun jika anak kekurangan protein, maka neurotransmitter yang dihasilkan pun hanya sedikit. Akibatnya, fungsi otak pun akan mengalami gangguan dan kurang maksimal dalam menyerap informasi. Tentunya hal ini akan berpengaruh juga terhadap proses belajarnya kelak, Bu.

Jam Tidur yang Tidak Teratur

Hormon serotonin dan melatonin yang dihasilkan oleh protein memiliki fungsi salah satunya untuk mengontrol siklus tidur. Bisa disimpulkan bahwa kekurangan protein akan membuat produksi kedua hormon tersebut terhambat dan berakibat pada jam tidur anak yang tidak teratur. Padahal, waktu tidur sangatlah penting bagi anak-anak. Saat tidur, tubuh anak akan mengalami banyak proses. Tidur yang cukup akan membantu proses tumbuh kembang anak, sehingga anak harus mendapatkan waktu tidur yang cukup sesuai dengan kebutuhannya.

Proses Penyembuhan Luka yang Lebih Lama

Anak yang kekurangan protein akan cenderung memiliki proses penyembuhan luka yang lebih lama saat ia terluka atau cedera. Padahal, di masa ini anak-anak sedang sangat suka berpetualang dan ingin tahu semua hal, sehingga ia pun akan sering terluka. Lamanya penyembuhan tersebut dikarenakan kurangnya protein yang berfungsi untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak akibat tubuh mengalami luka. Maka dari itu, jika Ibu ingin anak cepat sembuh, cukupi kebutuhan asupan proteinnya, ya.

Kesehatan Mental yang Terganggu

Gangguan pada fungsi otak tadi juga turut berdampak pada kesehatan mental, karena asam amino yang tersimpan di dalam protein dibutuhkan untuk memproduksi serotonin dan dopamin. Keduanya adalah hormon yang bisa memperbaiki suasana hati dan menjaga kesehatan mental. Saat kedua hormon tersebut tidak dihasilkan dengan cukup, maka dapat berimbas pada suasana hati yang buruk lalu memicu gangguan perilaku pada anak. Pada jangka panjang, gangguan kesehatan mental ini bisa mengakibatkan depresi sehingga harus segera ditangani.

Mengalami Obesitas

Salah satu fungsi dari protein adalah memberikan rasa kenyang. Apabila tubuh anak tidak mendapat cukup asupan protein, tentu akan membuatnya merasa lapar. Rasa lapar yang berlebihan ini kemudian bisa membuat nafsu makan meningkat secara drastis.

Anak-anak pun cenderung akan melampiaskan hasrat makannya pada makanan yang tinggi karbohidrat dan gula untuk memberikan rasa kenyang dengan cepat. Terlalu banyak mengonsumsi keduanya akan memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan. Anak berisiko mengalami obesitas dan yang lebih parah adalah diabetes di usia dini.

 

Melihat dampak negatif jika anak kekurangan protein di atas, tentunya Ibu tidak ingin buah hati mengalaminya, bukan? Oleh karena itu, usahakan untuk selalu mencukupi kebutuhan protein anak, ya. Berikan ia bahan makanan sumber protein, seperti susu, telur, daging sapi, daging ayam, makanan laut, bayam, brokoli, alpukat, kacang-kacangan, biji-bijian, dan jamur. Selain itu, imbangi juga dengan nutrisi lainnya yang berupa karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral ya, Bu.

Jika ibu memiliki pertanyaan lain seputar nutrisi maupun tumbuh kembang anak, silahkan berkunjung ke laman Tanya Pakar. Para ahli di sana akan menjawab pertanyaan Ibu secara langsung. Untuk dapat menggunakan fitur tersebut, jangan lupa untuk registrasi terlebih dulu ya, Bu.


Sumber:

Merdeka

Konsultasi Gratis dengan Ahli Gizi

Data Ibu

Hanya boleh berupa huruf

Format nomor handphone 08xxxxxxxxxx

  • Password harus memiliki minimal 8 karakter
  • Password harus memiliki setidaknya 1 huruf besar
  • Password harus memiliki setidaknya 1 huruf kecil
  • Password harus memiliki setidaknya 1 angka
  • Password harus memiliki setidaknya 1 karakter khusus (misalnya ., *, !, ? atau semacamnya)

Data Anak

Silakan isi data anak atau anak yang termuda.