Tak bisa dipungkiri, sebagian wanita harus sendirian menjalani kehamilannya entah karena ditinggal bertugas ke kota lain atau karena relasi mereka tengah terputus oleh suatu masalah. Buat sebagian ibu, tentu saja ini bukan perkara ringan. Namun apa pun yang terjadi, berlarut-larut dalam kesedihan bukan hanya merugikan diri sendiri, tapi juga si jabang bayi. Jadi, ibu harus berupaya membuat dirinya happy.

JANIN BISA RASAKAN MASALAH IBU
Secara psikologis, janin dapat merasakan semua getaran perasaan ibunya. Kekecewaan, kesedihan, maupun kegembiraan akan ikut dinikmatinya bersama ibu selama ia berada dalam rahim. Ibu hamil yang memikul banyak masalah, otomatis akan memberi pengaruh kurang menguntungkan pada perkembangan janin. Laiknya efek domino, ibu yang selalu merasa gelisah akan membuat janin senantiasa tidak bisa tenang. Akibatnya, si ibu merasakan keluhan mual, muntah, lelah dan merasa tidak nyaman sepanjang kehamilannya.

Karena kehamilannya dirasakan sebagai beban berat, maka kesehatannya secara umum juga akan terganggu. Kalau sudah begini, janin yang dikandungnya tidak mungkin bisa tumbuh secara optimal. Bagaimana bisa optimal kalau makanan apa saja yang masuk selalu dimuntahkan kembali? Akibatnya, nutrisi penting yang dibutuhkan si ibu bagi janinnya maupun untuk dirinya sendiri tidak bisa tercukupi. Bila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut bukan tak mungkin selama kehamilan hingga persalinan, rentetan masalah akan terus sambung-menyambung.

Pada prinsipnya, menjalani kehamilan dengan tenang, bahagia dan nyaman dibutuhkan oleh setiap ibu hamil. Tak peduli apakah kehamilan tersebut dijalaninya sendirian, berdua dengan suami tercinta, atau berada di tengah-tengah keluarga besar. Yang jelas, ketenangan, kebahagiaan dan kenyamanan si ibu secara langsung akan diteruskan pada janinnya.

PERGI NAMUN KEMBALI
Ibu hamil yang ditinggal suaminya pergi untuk jangka waktu lama tapi dengan kepastian kapan kembali, umumnya menerima beban yang relatif lebih sehingga mudah diatasi. Yang termasuk dalam contoh ini adalah kepergian karena tugas belajar ke luar negeri, panggilan tugas sebagai abdi negara dan sejenisnya. Untuk kasus-kasus seperti ini kuncinya adalah optimisme.

Lakukan hal-hal positif selama kehamilan dengan berbagai aktivitas menyenangkan seperti yang disarankan berikut:
* Tulis surat/email
Komunikasi tetap bisa terjalin meski suami istri tinggal di tempat yang terpisah jauh, baik melalui surat maupun email. Buat kesepakatan bersama untuk saling berkirim surat seminggu atau dua minggu sekali. Bahkan dengan email, hambatan waktu dan jarak makin tak berarti.

Ceritakan perkembangan janin, masalah yang dihadapi, keluh-kesah dan sebagainya. Jangan hanya menceritakan hal-hal yang menggembirakan saja, sedangkan masalah yang muncul dipendam sendiri semata-mata agar tidak membebani pikiran suami di tempat tugas. Justru dengan menceritakan masalah yang dihadapi, beban akan berkurang karena ditanggung bersama dan beban kehamilan dirasakan akan lebih ringan.

* Chatting
Chatting adalah ngobrol versi virtual. Dengan biaya yang relatif murah, keduanya dapat bercerita apa saja secara real time. Misalnya ketika janin menendang perut, istri bisa langsung mengirimkan berita tersebut pada suaminya. Dengan
demikian kebahagiaan ataupun keluhan dapat dirasakan berdua di saat yang sama. Supaya sama-sama nyaman, buatlah kesepakatan mengenai waktu chatting. Dengan begitu setiap pesan yang dikirim bisa langsung mendapat respons.

* Menulis catatan harian
Bila perlu istri bisa membuat catatan harian tentang aktivitasnya sehari-hari. Misalnya hari ini muntah jam berapa, makan apa saja, bagaimana perasaannya, dan adakah kejadian yang menyenangkan/menjengkelkan. Simpan catatan tersebut untuk diberikan kepada suami saat kembali. Hal ini memberi manfaat pada suami karena ikut mengetahui detail perkembangan buah hatinya. Sementara istri bisa membacanya berulang-ulang sebagai hiburan tersendiri. Paling tidak ia memiliki catatan mengenai apa saja yang sudah dialaminya selama menjalani kehamilan sekaligus bagaimana caranya menyelesaikan masalah yang muncul.

* Fokus pada janin
Fokuskan perhatian dan pikiran pada kehamilan. Binalah kebiasaan makan yang sehat, cukup istirahat, jalani kontrol kehamilan ke dokter atau bidan secara teratur, sempatkan mengikuti kelas senam hamil dan aktivitas yang mendukung lainnya agar persalinan lancar. Setidaknya, jadikan semua aktivitas positif tersebut sebagai hadiah indah yang akan diberikan kepada suami sekembali dari tugas nanti.

MENJELANG PERSALINAN
Wanita yang menjalani kehamilannya sendirian perlu persiapan ekstra menjelang persalinan.
* Ditemani saudara
Bila memungkinkan tak ada salahnya meminta orang tua, saudara, kakak, adik atau sepupu untuk menemani hari-hari menjelang persalinan. Adanya orang lain yang menjaga, membuat si ibu hamil merasa lebih aman. Selain itu, kalau ada kejadian mendadak yang tak diharapkan pun bisa segera dimintai bantuan.

* Cuti agak awal
Kalau umumnya wanita bekerja lebih senang mengajukan cuti mepet dengan tanggal perkiraan persalinan supaya sisa cuti untuk merawat anak jadi lebih banyak, tidak demikian halnya dengan single mom. Sebaiknya cuti diajukan lebih awal. Selain antisipasi perkiraan kelahiran akan maju, kelonggaran waktu ini akan membuatnya lebih relaks menjalani persalinan. Selain itu, bila ada kondisi darurat, ada waktu untuk mengantisipasinya.

* Bijak memilih tempat melahirkan
Pemilihan RS/klinik/bidan untuk melahirkan pun sebaiknya dipertimbangkan masak-masak. Kalau memang ada orang tua/saudara yang menemani, tidak masalah meski tempat persalinan agak jauh dari rumah. Tapi kalau benar-benar sendirian, sebaiknya pilih tempat bersalin yang mudah dijangkau, baik dari segi jarak maupun sarana transportasi. Bermalam di hotel yang lokasinya di sekitar tempat bersalin pun bisa menjadi alternatif solusi bila memang dirasa perlu dan memungkinkan demikian.

* Bersikap pasrah
Detik-detik persalinan adalah momen yang sangat berharga sekaligus paling mendebarkan bagi pasangan suami istri. Namun kalau terpaksa harus menjalaninya sendirian, pasrahkan segala sesuatunya pada Tuhan. Fokuskan pada proses persalinan dan keselamatan bayi. Ibu harus yakin, "perjuangan" yang dilakukan selama ini setimpal dengan kesempatan emas untuk mendengar suara tangisan pertamanya.

PERGI DAN TAK KEMBALI
Kebalikan dari kasus di atas, ada juga istri yang harus menjalani kehamilannya benar-benar sendirian. Sang suami, karena berbagai alasan, tidak mungkin lagi mendampinginya. Sebutlah karena perceraian, kematian, atau mungkin kehamilan ini tak diharapkan karena terjadi di luar pernikahan. Pada kondisi demikian biasanya gangguan psikologis akan mendera si ibu. Bagaimana menyiasatinya agar kehamilan tetap terasa menyenangkan meski tanpa suami? Berikut beberapa hal yang disarankan:
* Berhenti meratapi diri
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah berhenti meratapi diri. Buang segala pikiran negatif tentang "nasib buruk" yang menimpa. Abaikan suara-suara negatif seputar kondisi Anda. Sebisa mungkin anggap saja sebagai angin lalu. Jangan malah terhanyut oleh pergunjingan orang lain. Fokuskan bahwa 9 bulan setelah ini, Anda akan menerima "kado" yang sangat istimewa.

* Percaya diri dan optimis
Meskipun tanpa suami, ibu hamil harus tetap percaya diri dan optimis bahwa kehamilannya akan berjalan lancar. Seperti sudah disebut di atas, perasaan si ibu selama menjalani kehamilan akan berpengaruh langsung pada janin. Tanamkan dalam diri, kalau perempuan lain bisa menjalaninya, mengapa saya tidak?

* Terima sebagai anugerah
Terimalah kehamilan ini sebagai anugerah yang harus dijaga dan dipelihara sebaik-baiknya. Hindari hal-hal negatif yang akan mengganggu perkembangan janin, semisal melarikan diri dari kesedihan dengan merokok atau minum minuman beralkohol. Selain tidak akan menyelesaikan masalah, gangguan yang ditimbulkan pada janin akibat kebiasaan buruk tersebut akan menambah masalah baru kelak.

* Buatlah daftar kegiatan yang menyenangkan
Susun strategi bagaimana menjalani kehamilan dengan membuat daftar kegiatan yang menyenangkan. Jadikan acara kontrol rutin ke dokter, belanja keperluan si kecil, ikut kelas senam hamil sebagai kegiatan yang menggembirkan. Pendek kata, lakukan semua hal terbaik demi si kecil.

* Cari "teman senasib"
Tak ada salahnya sharing bila bertemu dengan "teman senasib". Biasanya di ruang tunggu dokter, ibu-ibu hamil akan berbagi cerita untuk mengusir kebosanan. Bila dirasa ada kecocokan, sama-sama bisa melihat sisi positif dari masalah yang sedang dihadapi, mengapa tidak mencoba saling berbagi?

PERSIAPAN FINANSIAL
Seputar persiapan finansial wanita yang menjalani kehamilannya sendirian, idealnya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Berikut beberapa tip yang disarankan:
* Persiapkan jauh-jauh hari
Persiapkan dana persalinan jauh-jauh hari. Bila memang butuh waktu untuk mengurus tunjangan dari suami, misalnya, jangan tunda lagi. Segera urus dari sekarang, sehingga sedikit mengurangi beban pikiran di hari-hari terakhir menjelang persalinan.

* Siapkan dana liquid
Menjelang persalinan, dana yang dipersiapkan harus mudah dicairkan. Artinya, sudah ditransfer ke rekening dengan fasilitas ATM, sehingga bisa digunakan setiap saat.

* Pikirkan kemungkinan terburuk
Kemungkinan terburuk pun sebaiknya sudah diantisipasi sejak awal. Misalnya kalau ada tindakan operasi dan sebagainya yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

* Asuransi bila memungkinkan
Memang tidak ada asuransi yang khusus menanggung kehamilan. Akan tetapi bukan tak mungkin melengkapi fasilitas asuransi kesehatan yang dimiliki dengan polis maternity. Ini sangat bermanfaat untuk meringankan beban biaya persalinan yang harus dipersiapkan.