Sesak napas merupakan salah satu gangguan fisiologis yang wajar dialami ibu hamil. Gangguan ini umumnya muncul pada kehamilan trimester ketiga, tepatnya sekitar usia kandungan 7 bulan atau 30-32 minggu.

Pemicu sesak napas:
- Ibu hamil mengalami hipervolemia, dimana volume darah bertambah yang menyebabkan daya pompa jantung lebih berat. Akibatnya, terjadilah sesak napas.
- Selama hamil, produksi hormon progesteron mengalami peningkatan. Dampaknya, jaringan halus pada jalan napas membengkak hingga menghalangi aliran napas. Kondisi inilah yang membuat ibu hamil jadi sesak napas.
- Di trimester ini rahim kian membesar yang menyebabkan janin makin mendesak ke atas rongga dada dan menekan paru-paru ibu. Desakan inilah yang membuat ibu mengalami gangguan sesak napas. Namun tak usah kelewat khawatir, keluhan sesak ini akan hilang dengan sendirinya menjelang persalinan karena kepala janin mulai masuk ke dalam rongga panggul hingga tak lagi menekan paru-paru.

Sebetulnya, jika kondisi ibu hamil fit dan tak memiliki gangguan jantung, sesak napas tak akan menjadi keluhan serius. Kecuali jika memang pada trimester akhir ibu hamil tetap melakukan aktivitas relatif berat yang membuatnya jadi terlalu capek. Bukan tidak mungkin pula, gangguan sesak napas menjadi semakin parah. Di usia kehamilan tua, tingkat risiko atau kerawanannya cukup tinggi sehingga harus lebih berhati-hati membawa diri dan lebih banyak beristirahat.

PENDERITA ASMA DAN JANTUNG
Dibanding ibu hamil yang normal, ibu hamil dengan gangguan asma maupun jantung amat berpeluang mengalami gangguan sesak napas yang lebih parah.
* Asma
Penyakit alergi ini sebenarnya bisa timbul kapan saja, entah di awal kehamilan, trimester kedua maupun ketiga. Sebaliknya, tidak mustahil pula asma sama sekali tak muncul sebagai gangguan di sepanjang kehamilan. Biasanya penderita asma akan mengalami sesak napas jika penyakitnya kambuh. Jadi, jika suatu ketika ibu hamil mengalami sesak napas dan di saat yang bersamaan asmanya kambuh, maka gangguan sesak napasnya pasti lebih parah dibanding sewaktu ia tidak hamil.

Lalu bagaimana dengan proses persalinannya? Secara prinsip, proses melahirkan bisa dilakukan secara normal ataupun alami. Tentunya jika tak ada indikasi medis yang mengharuskan si ibu menjalani operasi sesar. Bila asmanya sedang tidak kambuh pun harus diusahakan proses persalinan berlangsung sesingkat mungkin. Kalau mengalami "kemacetan", proses vakum atau forsep biasanya jadi pilihan agar proses mengejan tidak terlalu makan waktu.

Kalaupun ternyata secara tak terduga menjelang detik-detik akhir persalinan asmanya kambuh, jalan satu-satunya adalah operasi sesar. Lo, kenapa begitu? Pasalnya, pemberian obat asma sesaat hendak melahirkan akan menghilangkan mulas-mulas kontraksi. Akibatnya bayi jadi sulit lahir. Untuk menghindari hal tersebut, ibu hamil yang menderita asma diminta untuk senantiasa menjaga diri agar penyakitnya tidak mengalami kekambuhan, terutama menjelang persalinan.

* Upaya antisipasi:
- Agar gangguan sesak napas tak bertambah parah, sebisa mungkin upayakan menghindari zat alergen atau pemicu kambuhnya asma. Entah itu debu, udara yang dingin dan sebagainya.
- Perlu diketahui, bagi ibu hamil penderita asma, obat-obatan yang biasa digunakan sebelum hamil tetap aman dikonsumsi. Jadi, kalau obatnya tetap sama saja, barangkali dosisnya yang harus disesuaikan dengan kebutuhan. Mungkin ada 1-2 obat tertentu yang perlu dihindari. Itu pun tentunya harus dengan kondisi atau syarat tertentu. Yang jelas, selama hamil ibu penderita asma sebaiknya membatasi aktivitas fisik yang masuk kategori melelahkan. Soalnya, kalau capek, biasanya sesak napas muncul. Nah, kalau di saat bersamaan asmanya juga kambuh akibatnya bisa lebih buruk.

* Jantung
Bagaimana pula ibu hamil yang memiliki gangguan jantung? Ternyata gangguan sesak napas yang dialaminya juga bisa lebih parah. Apa pun jenis kelainan jantung yang dialami, tentunya harus sangat diwaspadai, terutama pada trimester ketiga. Logikanya, ibu hamil yang jantungnya normal saja akan mengalami sesak napas. Apalagi jika menderita sakit jantung, tentu gangguannya lebih berat.

Pada penderita penyakit ini, jantung tak mampu memompa darah guna mencukupi kebutuhan tubuh. Padahal seiring dengan pertambahan usia kehamilan, ibu hamil yang menderita sakit jantung akan cepat merasa lelah meskipun boleh dibilang istirahatnya cukup dan asupan makanannya cukup. Kalau sampai mengalami kelelahan, ibu gampang sesak napas. Ini bisa dimaklumi karena denyut jantung dan volume darahnya selama hamil mengalami peningkatan. Akibatnya, beban kerja jantung meningkat pada setiap kontraksi rahim.

Saat bersalin, dianjurkan untuk tidak kelewat menguras tenaga saat mengejan melalui persalinan normal.

* Upaya antisipasi:
- Penderita jantung perlu mendapatkan perhatian/pemantauan lebih intensif, terutama pada trimester terakhir, selama persalinan dan bahkan setelah persalinan untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.
- Obat-obatan yang digunakan sama saja seperti ketika belum hamil.
- Tak berbeda dengan ibu hamil penderita asma, ibu hamil dengan gangguan jantung juga dianjurkan tak terlalu capek. Badan yang lelah pun umumnya memicu terjadinya sesak napas.
- Selain berkonsultasi dengan dokter kebidanan dan kandungan, ibu hamil yang menderita penyakit jantung juga dianjurkan untuk memeriksakan diri secara rutin pada dokter spesialis jantung. Demikian pula ketika proses persalinan, sebaiknya harus didampingi kedua dokter tersebut.

PENANGANAN GENERAL
Secara umum bagaimana menghadapi serangan sesak napas pada ibu hamil? Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Sekali lagi, secara fisiologis tubuh ibu hamil harus fit dan sehat.
- Gangguan sesak napas kadang menyebabkan ibu hamil sulit tidur. Lantaran itu, sempatkan untuk tidur/istirahat kapan pun memungkinkan agar kebutuhan ini tercukupi.
- Jika badan terasa lelah/capek, segera hentikan aktivitas yang tengah dikerjakan.
- Ketika tidur, usahakan badan miring ke kiri untuk mengurangi gejala sesak napas. Di bagian badan sebelah kanan terdapat pembuluh darah besar sehingga kalau badan miring ke kanan dikhawatirkan pembuluh tersebut akan tertekan lalu menimbulkan rasa sakit.
- Gunakan bantal yang agak tinggi saat berbaring. Bahkan jika sesak napas muncul, bisa saja mengubah posisi tidur menjadi setengah duduk.

RISIKO HIPOKSIA
Bayi-bayi yang dilahirkan ibu hamil dengan penyakit asma maupun jantung, biasanya berisiko mengalami hipoksia, yakni kekurangan oksigen dalam otaknya. Namun kalau gangguan ini bisa dikelola dengan baik, dengan pengobatan yang intensif niscaya takkan berpengaruh sejauh itu. Itulah mengapa ibu hamil yang berpenyakit asma atau jantung disarankan untuk selalu memeriksakan diri dan memantau kondisi penyakitnya sejak awal. Kemudian secara rutin jangan lupa untuk memeriksakan kondisi dan perkembangan janinnya.