Perlu diketahui, dalam jangka waktu 1-2 minggu setelah lahir, bobot si kecil memang umumnya menyusut. Kenapa? Karena tubuh si kecil cukup banyak mengandung air sebagai "oleh-oleh" yang dia bawa dari dalam rahim. Nah, dalam rentang waktu 1-2 minggu tersebut, cairan itu sedikit demi sedikit keluar melalui urine. Otomatis bobot bayi jadi turun. Tentu tidak drastis. Ya...sekitar 10 % dari BB ketika ditimbang pertama kali saat lahir. Jadi penurunan berat badan 1-2 minggu setelah lahir merupakan hal alamiah.

Di minggu-minggu berikutnya, berat badan si kecil relatif meningkat. Kenaikannya per bulan bisa sekitar 350-600 gram atau bahkan ada yang mencapai 1-1,5 kg tergantung tumbuh-kembang masing-masing bayi yang memang khas.

KENAIKAN NORMAL

Sekali lagi, pertambahan berat badan bukan masalah hitam-putih. Maksudnya, kalau berat badan si kecil ringan lantas dia dianggap sakit-sakitan atau saat bayi terlihat gemuk langsung disimpulkan dia sebagai bayi sehat. Secara umum pertambahan BB dapat dikategorikan dalam hitungan sebagai berikut:

* Triwulan pertama

* Triwulan kedua

* Triwulan ketiga

* Triwulan keempat
: 600- 1200 gram per bulan

: 500-600 gram per bulan

: 350-450 gram per bulan

: 150-250 gram per bulan


Dari angka tersebut tampak umumnya pada 3 bulan pertama setelah lahir kenaikan berat badan paling besar. Pada usia 3-6 bulan, penambahannya cukup tinggi bahkan bisa mencapai 2 kali lipat ketimbang saat usia 0-3 bulan. Nah, di usia 6-9 bulan penambahan bobotnya mulai melambat. Begitu pula ketika si kecil berusia 9-12 bulan, penambahannya tak terlalu mencolok.

Kalau mau dihitung-hitung lagi, rata-rata berat bayi ketika 6 bulan menjadi dua kali berat lahir. Sementara, pada usia satu tahun menjadi 3 kali berat lahir. Contoh, bila berat lahir 4 kg, di usia 6 bulan sudah mencapai 8 kg. Di usia satu tahun sudah 12 kg. Ini bukan harga mati namun hanya merupakan patokan penghitungan bagi orangtua untuk memperkirakan bobot si kecil. Tetap dengan catatan, itung-itungan tersebut hanya perkiraan alias bukan harga pas. Jadi bayi yang lahir dengan berat 4 kg belum tentu di usia 1 tahun mencapai 12 kg. Bisa saja bobotnya hanya 10 kg.

Nah, setelah usia satu tahun, umumnya penambahan berat badan mulai melambat lagi. Bukan berarti terjadi penurunan. Tetap meningkat, hanya perlahan-lahan. Yang jelas, orangtua jadi tak perlu kaget atau khawatir bila mendapati bobot si kecil naik-turun. Itu artinya normal-normal saja. Toh, dari berbagai penelitian terhadap sejumlah bayi normal dari berbagai ras juga menunjukkan adanya penurunan berat badan di rentang usia 0-12 bulan.

PANTAU PERTUMBUHAN

Nah, kalau didapati BB si kecil turun, bukan melulu pasti ada gangguan. Bisa jadi itu tetap menandakan pertumbuhannya berlangsung normal. Di sisi lain, faktor genetik juga menentukan pertumbuhan si kecil. Artinya, pertambahan berat juga dapat dilihat bagaimana riwayat BB keluarganya.

Lantaran itu, untuk memasti-kan apakah masih dalam kategori normal, kurang atau berlebih, orangtua dapat mengecek atau membandingkannya melalui kurva Lubchenko yang terdapat pada buku pantau tumbuh-kembang bayi atau KMS (Kartu Menuju Sehat) dari Puskesmas atau Rumah Sakit. Nah, berdasarkan kurva tersebut, parameter untuk mengetahui pertumbuhan bayi tidak hanya dilihat dari pertambahan BB, tapi juga tinggi badan dan ukuran lingkar kepala.

Bisa diketahui apakah bobot si kecil masih seiring sejalan dengan kurva pertambahan tinggi badan dan ukuran lingkar kepala yang normal. Maka orangtua dianjurkan untuk selalu memantau BB si kecil secara berkala setiap bulan melalui kontrol ke dokter ataupun pusat pelayanan kesehatan terdekat.

BILA TURUN DRASTIS

Orangtua kadang menilai kalau BB turun berarti bayi kurang gizi. Alhasil, si kecil dipaksa untuk makan lebih banyak atau memberinya vitamin agar cepat gemuk. Padahal, penurunan BB tak mesti menandakan pertumbuhan si kecil bermasalah. Asalkan masih dalam range normal pada grafik pertumbuhan tadi.

Barulah jika kurva pertumbuhan tampak menurun drastis, orangtua perlu waspada. Apalagi bila ada gejala nafsu makannya anjlok, sering rewel, dan keinginan menyusu menurun. Atau bila dalam dua bulan berturut-turut tidak ada penambahan BB. Bila hal ini terjadi perlu berkonsultasi apakah si kecil mungkin mengidap penyakit. Yang pasti, bila penambahan bobot tak sesuai dengan grafik tersebut, maka mungkin saja si kecil mengalami gangguan pertumbuhan.

Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, penurunan bobot dapat disebabkan lantaran turunnya nafsu makan si kecil, kurang asupan makanan atau penyakit. Sementara, penurunan BB dalam jangka panjang biasanya disebakan kelainan gagal tumbuh. Yang dimaksud gagal tumbuh adalah ketidakmampuan bayi untuk mencapai BB atau TB sesuai jalur pertumbuhan yang normal. Bila itu terjadi, berarti kemungkinan ada penyakit atau kelainan tertentu pada si kecil. Atau misalnya, nafsu makannya baik, tapi bobotnya tak kunjung bertambah. Maka perlu berkonsultasi siapa tahu si kecil ternyata mengalami penyakit metabolik, misalnya diabetes.

Memang, faktor penyakit dapat mengakibatkan pertumbuhan bobot bayi terhambat. Misalnya, karena penyakit jantung bawaan. Jantung memiliki peran mengalirkan darah yang membawa zat-zat makanan. Kalau jantungnya bocor, tubuh akan kekurangan oksigen yang menyebabkan gangguan pertumbuhan karena darah bersih dan kotor bercampur. Bahkan, penyakit jantung bawaan berpengaruh pula pada daya isap bayi sehingga asupan gizi atau makannya berkurang juga.

Gangguan pertumbuhan juga dapat disebabkan diare karena makanan tak diserap tubuh. Bahkan, penyakit batuk yang menimbulkan sesak napas pun menyebabkan daya isap tak kuat sehingga pemasukan makan berkurang. Ujung-ujungnya berpengaruh pada proses metabolisme tubuh. Alhasil, bobot si kecil pun susut.

Masalah pencernaan bisa juga menyebabkan gangguan pertumbuhan. Gangguan penyerapan Makanan karena enzim pencernaan atau pergerakan usus yang tak baik, atau ada kerusakan pada jonjot usus. Makanan yang tak diserap dengan baik, justru akan cepat keluar lagi. Atau misalnya karena tak ada enzim pencernaan karbohidrat, maka zat karbohidrat dari makanan yang dikonsumsi tak bisa diserap tubuh.

PENTINGNYA GIZI

Sekilas sudah disinggung bahwa peran gizi sangat penting untuk pertumbuhan si kecil. Dengan kata lain, keseimbangan asupan dan kebutuhan gizinya memengaruhi BB si kecil apakah bertambah secara normal atau tidak atau justru malah menyusut terus. Khususnya untuk bayi 6 bulan pertama, makanan yang terbaik dan utama adalah ASI. Bahkan, penelitian juga menyebutkan ASI berperan besar pada pertambahan bobot bayi. Pada dua bulan pertama, pertambahan BB jadi lebih cepat. Lalu, mulai usia 6 bulan, berikan juga makanan berserat yang merangsang pertumbuhan usus menjadi lebih optimal dan mencerna lebih baik.