P asalnya, bisa berbahaya bila akibat tersedak, muntahannya masuk ke paru-paru.

"Tersedak terjadi bila ada sesuatu, baik cairan atau benda padat yang masuk ke jalan napas," terang dr. H Adi Tagor, SpA, DPH dari RS Pondok Indah, Jakarta. Umumnya, tersedak sering terjadi pada bayi-bayi di bawah usia 6 bulan. Sebab, setelah usia 6 bulan, refleks menelannya sudah lebih baik. "Rongga napasnya juga sudah lebih besar, hingga sudah bisa mengatur jalannya udara, cairan atau makanan padat yang masuk ke mulut. Makanya, mereka jarang terkena tersedak."

Reaksi dari tersedak, lanjut Adi, bisa memancing muntah pada bayi. Awalnya disertai batuk-batuk untuk mengeluarkan sesuatu dari jalan napas, yang akhirnya menimbulkan refleks muntah. Nah, karena muntah ini, bayi bisa tersedak berkali-kali.

PENYEBAB

Ada sejumlah penyebab bayi tersedak, yaitu:

1. Bayi tak disendawakan

Pemberian makan atau minum yang dilakukan secara terus-menerus tanpa bayi disendawakan dengan baik, apalagi kadang orang tua ingin agar makanan si bayi cepat habis, dapat membuat bayi tersedak. "Sering terjadi, karena di tenggorokannya penuh dengan makanan sementara gerak otot-otot lehernya belum terkoordinasi dengan baik, bayi jadi bingung dan panik, hingga terjadilah tersedak."

Sayangnya, seringkali orang tua menganggap sepele mengenai sendawa ini. Padahal dengan sendawa, makanan yang masuk ke mulut bayi akan dibantu untuk cepat turun ke lambung, hingga terhindarkan dari tersedak.

2. Salah posisi saat menyusui/memberi makan.

"Harusnya bila makan, posisi bayi dalam keadaan tegak, jangan sambil tidur." Jikapun menyusui sambil berbaring miring, posisi bayi agak ditegakkan 30-45 derajat. Dengan kata lain, si bayi dibuat agak tinggi posisinya, tidak rata horisontal, entah kepalanya sambil dialasi bantal atau dalam posisi dipangku.

Lagi pula, bila si bayi disusui dalam posisi berbaring, ada kemungkinan ia akan tersedak dan muntah tapi muntahnya tidak keluar dari mulut ataupun hidung, melainkan masuk ke telinga. Umumnya kejadian ini tak diketahui oleh orang tua. Padahal, bisa mengakibatkan terjadi radang telinga. Pun bila di tenggorokan ada peradangan dan muntahan dari lambung "naik" ke saluran Eustachii (tabung penghubung antara tenggorok dan telinga tengah) melalui penjalaran peradangan, maka bisa terjadi radang telinga tengah.

3. Dipaksa minum susu selagi tidur.

Bila ibu memaksa memberi susu kala si bayi sedang tidur, dapat membuatnya tersedak. Pasalnya, dalam keadaan tidur, refleks menelannya tak bagus. Hingga kalau dia terjaga dari tidur, sementara mulutnya penuh susu, bisa tersedak. "Toh, kalaupun bayi lapar, dia akan bangun dan menangis dengan sendirinya."

Bila memberi susu dengan botol, sebaiknya menggunakan botol susu yang memakai semacam regulator anti sedak. Hingga bila terjadi tersedak, jumlah yang masuk ke dalam jalan napas tak banyak.

4. Tersedak air liurnya sendiri kala ia tidur.

Biasanya ini terjadi karena air liur si bayi sangat kental alias ia sebenarnya kekurangan cairan. "Kalau air liurnya encer, akan tertelan dengan sendirinya."

Bila karena tersedak air liurnya dan bayi batuk-batuk, maka miringkan sedikit tubuhnya dan pukul-pukul punggungnya. Karena itulah, saran Adi, posisi tidur yang paling baik adalah miring atau tengkurap. Asal orang tuanya sering menengoknya kalau bayinya tidur tengkurap.

5. Faktor kelainan bawaan.

Pada bayi-bayi dengan kelainan tertentu atau kelainan bawaan, kadang juga membuatnya sering tersedak. Terutama bila kelainan tersebut pada refleks menelannya. "Nah, kalau hal ini yang terjadi, biasanya ia tetap akan sering tersedak sampai ia besar. Hanya saja kasus ini sangat jarang."

Jika si bayi memang ada gangguan pada refleks sarafnya, harus lebih hati-hati dalam merawatnya. "Pemberian makanan juga berbeda, mungkin ada keterlambatan dalam usia pemberian makanan padatnya. Karena itu, dokter harus lebih teliti bila bayi sering tersedak apalagi di usia awal setelah kelahirannya. Jangan-jangan karena ada gangguan di refleks menelannya."

DARI RINGAN SAMPAI BERAT

Jika bayi tersedak, biasanya akan timbul refleks batuk. Celakanya, kadang orang tua tak melihat refleks tersebut."Mungkin karena memang refleks batuknya tak bagus, hingga tak ketahuan kalau bayinya tersedak."

Begitu juga kalau orang tua tak menyaksikan sendiri si anak tersedak atau yang memberi makan si bayi tak melaporkan kejadian tersedak, tentunya orang tua tak akan tahu bayinya tersedak. Tahu-tahu bila sudah dilakukan pemeriksaan foto rontgen, akan tampak paru-parunya ada gambaran yang pekat sekali.

Tentunya gambaran pekat di paru-paru ini terjadi kalau tersedaknya berat, hingga sampai ke jaringan paru-paru. Selain juga bendanya berbentuk padat, hingga bisa terjadi radang paru atau pneumonia, yang dikenal sebagai pneumonia aspirasi atau radang paru karena tersedak. Gejalanya seperti pneumonia biasa, yaitu ada panas tubuh pada bayi dan bunyi napasnya mengi seperti orang asma, serta batuk-batuk.

Nah, karena bayinya sering batuk dan lama sembuhnya atau tiba-tiba dalam beberapa hari setelah tersedak, tubuhnya panas dan ada sesak napas, bahkan mungkin sampai tubuhnya membiru inilah yang membuat orang tua akhirnya melakukan foto rontgen.

Aspirasi tersedak bisa dari makanan yang belum masuk lambung atau dari mulut. Bisa juga oleh makanan yang sudah masuk lambung tapi lalu keluar lagi, hingga bayi tersedak. "Bila tersedak oleh makanan yang sudah masuk ke lambung, ini paling berbahaya, dibanding makanan yang belum masuk lambung." Pasalnya, yang sudah masuk lambung akan asam dan bisa melukai paru-paru. Akibatnya, terjadi peradangan pada parunya dan bayi pun akan mengalami radang paru.

Bila kejadian tersedaknya hanya ringan, maka di paru-parunya tak ada gambaran yang bermakna. Pada yang ringan ini, mungkin hanya masuk sedikit cairan ke jalan napas atas, hingga tubuh dapat menyerapnya kembali. Biasanya gejalanya hanya berupa batuk-batuk.

MENGATASI TERSEDAK

Tentunya, jika bayi tersedak, makanan dan minuman yang masuk harus dihentikan. Kemudian pukul-pukul punggung bayi, istirahatkan sebentar, lalu si bayi disendawakan. Sebaiknya, beri si bayi air putih pakai sendok atau botol untuk membersihkan saluran menelannya hingga tak ada lagi makanan yang akan masuk ke dalam pipa napas.

"Kalau masih batuk juga, istirahatkan dulu sebentar, jangan dipaksakan supaya makanannya cepat habis." Sebab, kalau orang dewasa, dengan berdehem saja, makanan atau minuman yang ada di ujung jalan napas itu bisa dikeluarkan dari jalan napas. Pada bayi tentunya hal ini tak bisa dilakukan.

Bila tersedaknya berat atau sampai masuk ke paru-paru atau ada benda padat yang besar sekali, maka dilakukan tindakan dengan menggunakan bronkoskopi. Alat ini dimasukkan lewat hidung ke paru-paru, lalu paru-parunya dibersihkan. Istilahnya, pipa napasnya dicuci (bronchowash) . Cuma bahayanya, bisa terjadi refleks macet, karena bila pipa napas dimasukkan benda asing bisa kram, kejang, dan bisa biru atau tak bisa napas. Ini bisa berakibat fatal, bisa menimbulkan kematian. "Oleh karena itu, tindakan ini harus dilakukan di rumah sakit besar yang fasilitas alatnya cukup lengkap."