Apa itu Polip Endocervix?
Jumat, 12 November 2010
Ada seorang ibu bertanya kepada Dokter Tan Shot Yen, pengasuh rubrik nutrisi yang juga dokter, magister filsafat humaniora, penulis best seller ’Saya Pilih Sehat dan Sembuh’, kandidat Doktor Ilmu Gizi Komunitas SEAMEO-FKUI. ”Dokter, apa itu Polip Endocervix Beradang Kronis. Karena saya sempat memeriksakan diri dan didiagnosa menderita itu. Perut terasa panas dan membesar, selain itu saya juga pernah mengalami keluar darah dan lendir pada anus. Apa yang sebenarnya terjadi?” kata seorang ibu di Tulungagung yang berkonsultasi di Tabloid Nyata.

Cervix adalah leher rahim dengan batasan yang sangat jelas, yaitu di antara vagina dan sebelum mulut rahim. Sedangkan polip adalah pertumbuhan tumor jinak yang bentuknya memanjang seperti gambar 2.

Apabila terjadinya di dinding dalam cervix (‘endo-cervix) maka disebutlah polip endocervix. Nah, sampai di sini jelas ya?

Polip endocervix itu sendiri sebenarnya tidak bergejala, paling banter menyebabkan pendarahan haid yang tidak teratur. Pengangkatan sederhana polip ini sangat mudah dan hanya 1 persen kasus yang di kemudian hari menunjukkan perubahan menjadi ganas, alias kanker – itu pun biasanya terjadi pada usia seputar menopause (peri-menopause).

Dari penuturan ibu bahwa perut terasa panas, membesar bahkan seperti hamil 4 bulan, bisa jadi bukan sekadar polip endocervix. Seandainya polip ini meradang pun, gejalanya tidak sampai ke sana apalagi disertai pembesaran perut – yang mestinya dianalisa lebih lanjut.: apakah terjadi PPK (Peradangan Pelvis Kronis), bukan lagi sebatas leher rahim.

Pelvis adalah keseluruhan isi panggul bawah yang meliputi organ-organ yang terdapat di dalamnya. Termasuk rahim, saluran telur, jaringan penyangga dan jaringan ikat serta indung telur.

Organ reproduksi tidak ada hubungannya dengan organ pencernaan secara anatomis. Sehingga, bisa jadi buang angin (kentut), darah dan lendir dari anus adalah rentetan penyakit lain yang berhubungan dengan alat cerna bagian bawah. Disebut polip endocervix ’beradang kronis’ karena dari hasil biopsi (dokter mengambil ’secuil’ sampel dari sel-sel polip anda dan diperiksa di bawah mikroskop) ditemukan adanya sel-sel radang. Radang bisa berasal dari infeksi saluran reproduksi atau dari iritasi hubungan seksual. Yang paling sering tentunya infeksi saluran reproduksi.

Nah, infeksi ini pun perlu ditelusuri lagi: apa penyebabnya. Sebab bagaimana dokter menyembuhkan tentu berdasar bakteri/parasit/jamur/virus yang menjadi ’biang kerok’. Akan salah sekali bila duga-menduga terjadi tanpa tanda jelas yang bisa dibuktikan. Obat-obatan antibiotika untuk bakteri misalnya justru merupakan ’makanan istimewa’ untuk pertumbuhan jamur. Nah, jelas sudah kan?

Nah, jadi Polip endocervix beradang kronis (bila sudah dipastikan begitu oleh dokter kandungan) sangat jarang berpotensi menjadi kanker (1 persen). Polip sendiri sering disebabkan radang kronis-nya itu (Boon, Mathilde E.; Albert J. H. Suurmeijer (1996). The Pap Smear. Taylor & Francis. pp. 87. ISBN 3718658577.), selain bisa dikarenakan peningkatan kadar hormon perempuan (estrogen) dan penyumbatan pembuluh darah di cervix.

Polip seperti ini biasanya tidak berkecenderungan untuk tumbuh kembali (Smith, Melanie N. (2006-05-10). \"Cervical polyps\". MEDLINE. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001494.htm. Retrieved 2007-11-05. ) Tapi saya tetap berkeyakinan bahwa sumber peradangan dan gangguan kesetimbangan hormon estrogen itu perlu dibenahi sehingga betul-betul menutup kemungkinan munculnya polip atau bahkan gangguan lain. Salah satu cara terampuh tentunya melalui perbaikan gaya hidup dan pola makan.

Pola makan yang salah dengan kucuran karbohidrat buruk seperti gula itu sendiri, berbagai produk terigu, beras dan pati cepat diubah menjadi gula dan berakibat pada peningkatan insulin tidak terkendali. Sehingga secara tidak langsung menyebabkan pertumbuhan sel-sel radang dan timbulnya nyeri melalui rangkaian reaksi hormonal.

Konsumsilah karbohidrat baik (sayur lalap dan buah) bukan hanya melihat jenis/kualitas sayur dan buahnya, tapi juga kuantitas (jumlah) yang dimakan. 5 lembar selada dengan beberapa iris timun dan tomat tentu membuat anda pingsan dan malnutrisi.

Asuplah selada dari berbagai jenis (berganti atau dicampur) sehingga banyaknya sepiring makan penuh (dinner plate), dengan 2 buah timun yang cukup besarnya dan 2 buah tomat, ditambah berbagai lalapan lain yang Anda suka dan tersedia di daerah anda (poh-pohan, kemangi, kacang panjang, terong lalap, kenikir, tespong, leunca, paprika, bawang bombay bahkan petai).

Pemasakan atau merebus sayur yang mestinya dilalap justru merusak enzim dan menghancurkan energi yang dikandung lalapan tersebut. Buah dimakan bersamaan cukup hanya separuh alpukat atau pir atau apel (hindari buah yang manis legit-berdaging, karena kadar fruktosa/gula-nya sangat tinggi, sekali pun berasal dari alam).

Jangan hanya berhenti di karbohidrat. Anda harus mempunyai protein dan lemak yang baik untuk tiap kali makan. Raciklah tempe, ayam, ikan, jamur, kacang-kacangan atau putih telur menjadi menu andalan tanpa menggunakan minyak goreng. Lemak berkualitas prima bisa berasal dari alpukat (yang sekaligus memberi karbohidrat), kemiri sebagai bumbu atau minyak zaitun yang tidak dipanaskan (seperti untuk campuran sambal).*