Sibling Rivalry: Hal Wajar, Tapi Jangan Dianggap Enteng


Sebentar-sebentar berantem karena rebutan mainan. Perselisihan adik-kakak memang kerap muncul lantaran cemburu atau persaingan demi mendapatkan perhatian dan kasih sayang orangtua. Fenomena seperti ini dikenal dengan sibling rivalry. Bagaimana seharusnya orangtua bersikap? Apa dampaknya bagi perkembangan si anak?

Sibling rivalry atau sibling conflict merupakan persaingan antarsaudara kandung yang biasa terjadi. Banyak hal bisa memicu timbulnya sibling rivalry, seperti berebut perhatian orangtua. Banyak orangtua merasa resah dan pusing dengan sikap anak-anaknya yang tidak bisa akur. Setiap kali main bersama, selalu saja bertengkar, merebutkan sesuatu. Si kakak selalu menginginkan kepunyaan adik, atau sebaliknya. Walaupun dipandang merugikan sebenarnya sibling rivalry merupakan fenomena alami yang bisa diatasi sejak dini.

Sibling rivalry wajar terjadi dalam hubungan persaudaraan. Memang biasanya terjadi pada anak-anak yang tiba-tiba saja dihadapkan dengan kenyataan bahwa ada mahluk baru dalam kehidupannya. Dalam hal ini kehadiran seorang adik.

Kondisi ini membuat si anak pertama (kakak) merasa terancam dengan posisinya yang biasa mendapat perhatian penuh dari kedua orangtuanya. Dengan berbagai cara kakak berusaha mencari perhatian orangtua, seperti menangis, menggangu adik, merebut mainan. Cara ini dilakukan agar orangtua memerhatikan dirinya. Jadi pada dasarnya penyebab sibling rivalry adalah perasaan terancam anak yang mengakibatkan perasaan takut tersaingi: dalam merebut perhatian orang lain, ya yang paling dekat orangtua. Biasanya kakak merasa semuanya buat dirinya sendiri dan tiba-tiba ada adik yang otomatis mendapat perhatian juga dari orangtua.

Jangan Membandingkan
Namun, jika sibling rivalry hanya dianggap sebagai sesuatu yang wajar tanpa ada perhatian orangtua pun akan bisa berdampak negatif juga. Sebab, sibling rivalry merupakan kompetisi antara kakak-adik dalam hal merebut perhatian orangtua. Jika dibiarkan saja, persaingan itu akan berarah pada satu kompetisi yang tidak sehat, di mana kakak-adik mengesampingkan rasa sayang dan cinta. Yang ada kompetisi ingin menjadi yang terbaik dan terhebat.

Karenanya, orangtua jangan membandingkan anak-anaknya. Sebab, ini akan menimbulkan rasa benci. Misalnya, dengan berkata “Lihat adik lebih penurut, tidak nakal seperti kakak.” Atau, “Contoh kakak, dia pintar dan pandai bergaul.”

Sebenarnya anak tidak suka dibandingkan. Setiap anak punya karakter masing-masing. Jadi orangtua jangan suka membandingkan. Dari situ akan timbul persaingan yang lebih kuat.

Untuk itu, ada baiknya jika sebelum si ibu berencana hamil lagi, persiapkan juga mental anak pertama. Tanamkan pada anak, bahwa dengan kehadiran adik tidak akan mengurangi kasih sayang kedua orangtuanya. Malah, ada satu orang lagi yang akan menyayanginya, yakni adiknya.

Kadang sering kali juga terjadi anak yang menarik diri ketika adiknya lahir. Sebab, melihat ibunya lebih memperhatikan adiknya, dia merasa sudah tak lagi diperhatikan. Biasanya, ibu yang baru melahirkan anak kedua, akan lebih fokus dengan si bayi. Lupa bahwa anak pertama butuh waktu untuk bisa berbagi dengan adik.

Ada baiknya sebelum adiknya lahir, kasih pengertian kepada kakak, bahwa dengan kehadiran adik kasih sayang papa mama tak berkurang. Untuk ibu, tetap sediakan waktu untuk anak pertama, jangan hanya mengurus bayi, bagi perhatian yang adil. Tanyakan perasaan si sulung, apakah senang mendapat adik. Libatkan si sulung untuk membantu ibu mengurus adiknya, misal mengambilkan popok atau baju.


Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D