Kehamilan tertunda
Wanita yang merokok dapat memerlukan waktu lebih lama untuk hamil daripada wanita yang tidak merokok. Temuan dari sebuah studi menyatakan wanita yang merokok 16 sampai 20 batang per hari, 20% lebih kecil kemungkinannya untuk melahirkan pada tahun pertama. Sementara pada tahun kedua dan ketiga dalam upaya hamil, sekitar dua kali lebih banyak wanita yang merokok belum hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Jadi, jika anda sedang berupaya untuk hamil, berhenti merokok dapat meningkatkan peluang anda untuk hamil.
Kehamilan di luar kandungan
Kehamilan ektopik terjadi ketika telur yang dibuahi tertanam di luar rahim. Wanita yang merokok memiliki risiko 2 sampai 4 kali lebih besar mengalami jenis kehamilan tersebut. Temuan ini telah ditunjukkan oleh penelitian di seluruh dunia. Risiko ini juga semakin tinggi dengan semakin banyak rokok yang anda konsumsi dan semakin lama jangka waktu anda merokok. Sebuah kehamilan ektopik dapat mengancam jiwa dan memerlukan perawatan medis atau operasi.
Bahaya bagi janin dan bayi dalam kandungan
Wanita hamil yang merokok bisa membahayakan janin mereka, karena menempatkan bahan kimia beracun ke dalam darah. Seorang wanita hamil yang merokok lebih mungkin untuk mengalami keguguran atau bayi lahir meninggal. Merokok dapat membahayakan bayi, juga setelah dilahirkan. Asap rokok lingkungan juga membawa bahan kimia yang mempengaruhi kesehatan bayi, anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak dari orang tua perokok lebih mungkin untuk menderita infeksi saluran pernapasan, bronkhitis, radang paru (pneumonia) dan infeksi telinga.
Bayi dengan berat badan lahir rendah
Bayi yang lahir dari ibu yang perokok umumnya mengalami berat lebih rendah dibanding bayi yang lahir dari ibu yang tidak merokok. Bayi lahir dengan berat lebih rendah lagi, seiring dengan semakin banyak si ibu merokok. Berat badan lahir rendah juga dikaitkan dengan peningkatan risiko bermasalah setelah lahir. Selain itu, wanita yang merokok memiliki peningkatan risiko melahirkan bayi prematur. Sayangnya, bayi dari ibu yang merokok juga memiliki sekitar 25% peningkatan risiko kematian setelah kelahiran.
Sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS)
Bayi yang lahir dari ibu yang merokok juga memiliki sekitar 3 kali risiko mengalami sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS). Dengan SIDS, bayi meninggal tiba-tiba dan tak terduga tanpa sakit. Mengapa hal ini terjadi tidak diketahui, tetapi mungkin ada hubungannya dengan efek merokok pada pernapasan bayi.
Risiko merokok pada masa menyusui
· Penyapihan kebih awal. Satu studi menunjukkan bahwa ibu yang perokok berat cenderung menyapih awal.
· Rendah produksi ASInya.
· Gangguan terhadap LDR (Let-Down Reflex adalah refleks keluarnya hormon oksitosin yang menstimulasi keluarnya ASI).
· Hormon prolaktin rendah. Hormon prolaktin harus ada agar terjadi penyatuan berbagai unsur pada ASI.
· Satu studi (Laurberg 2004) menunjukkan bahwa para ibu yang perokok dan tinggal di daerah yang kekurangan yodium dari rendah sampai menengah memiliki yodium yang kurang dalam ASI mereka (yang diperlukan untuk fungsi tiroid bayi) dibandingkan dengan para ibu yang tidak merokok. Para penulis hasil penelitian tersebut menyarankan agar para ibu menyusui yang merokok agsar mempertimbangkan untuk mengonsumsi suplemen yodium.
Apa yang terjadi pada bayi yang terpapar asap rokok?
· Bayi dan anak-anak yang terpapar asap rokok memiliki insiden yang lebih tinggi untuk terkena radang paru (pneumonia), asma, infeksi telinga, bronkhitis, infeksi sinus, iritasi mata, dan sesak napas.
· Kolik (nyeri pada perut) lebih sering terjadi pada bayi yang ibu dan atau ayahnya perokok, atau ibu yang menyusuinya perokok. Para peneliti percaya bahwa tidak hanya nikotin yang ditransfer ke ASI yang membuat bayi terganggu, tetapi asap rokok di dalam rumah merupakan penyebab. Bayi dari orang tua yang merokok lebih rewel, dan ibu yang merokok mungkin kurang mampu mengatasi kolik pada bayinya (karena tingkat prolaktin yang lebih rendah, produksi ASI lebih sedikit).
· Ibu menyusui yang juga perokok berat, kadang menyebabkan gejala lain pada bayi yang disusui seperti mual, muntah, kram perut dan diare.
· Bayi dari ibu dan ayah yang merokok berisiko tujuh kali lebih besar meninggal akibat sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
· Anak-anak dari orang tua perokok berkunjung ke dokter dua sampai tiga kali lebih sering, biasanya karena infeksi saluran pernapasan atau penyakit yang berhubungan dengan alergi.
· Anak-anak yang terpapar asap rokok di rumah memiliki kadar HDL (kolesterol baik) lebih rendah, yang membantu memberi perlindungan terhadap penyakit arteri koroner.
· Anak-anak dari orang tua perokok lebih mungkin menjadi perokok kelak.
· Sebuah penelitian baru menemukan bahwa tumbuh di sebuah rumah di mana dua orang tua merokok bisa melipatgandakan risiko anak terkena kanker paru di kemudian hari.
Merokok pada perempuan juga berisiko terhadap penuaan dini dan kerusakan pada gigi geligi yang tentu saja sangat mengganggu penampilan.
Rangkuman dari berbagai sumber tentang risiko merokok pada perempuan diharapkan dapat memberikan informasi penting tentang tentang kerugian yang disebabkan oleh perilaku merokok pada perempuan terhadap masa depan perempuan dan anak-anak yang dikandung, dilahirkan dan disusuinya. Pentingnya posisi perempuan sebagai mahluk utama yang akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas meminta perhatian seluruh remaja puteri dan perempuan dewasa untuk senantiasa memelihara kesehatannya agar kelak dapat melahirkan anak-anak yang sehat lahir batin dan manfaat bagi bangsa dan negara.
Mewaspadai jerat kecanduan rokok yang mengancam remaja puteri dan perempuan dewasa muda yang kini menjadi pangsa pasar potensial industri rokok, perlu menjadi perhatian utama setiap keluarga agar anak-anak perempuan tidak memulai perilaku adiktif yang sangat mungkin menjadi peta jalan untuk mengonsumsi zat adiktif lainnya. Perlu kita ketahui bahwa produk tembakau yang ditawarkan dan dipilih perempuan umumnya rokok dengan label “mild’ dan ‘light’ karena dianggap lebih aman, sementara tak ada kadar aman untuk tar dan nikotin karena keduanya terakumulasi dalam tubuh Sedikit atau banyak merokok, tar dan nikotin rendah atau tinggi, tetap berisiko dan risiko meningkat sejalan dengan banyak dan lamanya mengonsumsi rokok/produk tembakau.