Dipikir-pikir, memukul orang lain sebetulnya adalah cara anak untuk ‘survive’ alias bertahan hidup, benar kan? Tapi tentu saja kita tak akan mengijinkan anak untuk memukul sembarang orang, apalagi yang kita kenal, bukan? Coba lakukan beberapa hal ini:
1. Cek siapa saja orang yang tidak ia sukai. Kalau orang itu mau datang, jangan sampai ia langsung masuk saja ke dalam rumah. Usahakan sebelum orang itu datang, anak sudah diberitahu dulu bahwa si orang itu akan ke rumah, jadi anak sudah siap mental (soalnya nih, seringkali anak yang kaget karena ada orang yang tak ia sukai cenderung lebih mudah marah kalau si orang itu tiba-tiba hadir).
2. Ketika si orang tersebut datang, minta anak secara wajar untuk menyapa dan bersalaman, dengan didampingi Bunda. Kalau perlu Bunda memberi contoh dulu.
3. Jangan sampai terucap bahwa anak ’suka memukul’ atau ucapan lain semacam itu, karena akan jadi label buat anak dan membuat dia lebih suka lagi memukul. Termasuk jangan terucap, ”Eh, kamu ini kok tukang mukul,” atau, ”Nanti jangan mukul ya.” Lebih baik ucapkan apa yang Anda inginkan, ”Nanti Adek salaman sambil senyum ya.”
4. Misalnya dia memukul, peluk anak, minta anak meminta maaf kepada si orang tersebut. Jangan menyerah hanya karena anak menangis, tapi dengan lembut dan tegas tetap minta anak minta maaf.
Bunda sendiri harus yakin bahwa anak bisa berubah. Selama Bunda tak yakin (dan jadi berpikir bahwa dia ’pasti’ memukul orang yang tak dia sukai), Bunda akan cenderung melihat anak sebagai ’tukang pukul’.
Oya, anak lebih mudah memukul orang lain kalau belum punya kebiasaan untuk mengekspresikan perasaan dengan kata-kata. Jadi ubah juga caranya memukul dengan bilang contohnya, ”Om, jangan pegang mainanku yang itu, pegangnya meja aja.” Dengan begitu Bunda mengajari anak untuk bisa bersikap asertif kepada orang lain alias mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan sehat.
dear moms, anak kecil kaadang belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. orangtua lah yg harus mengarahkan. coba bicara baik2 dengan anak ibu. mungkin bisa dibilang "ga baik mukul orang spt itu, nanti orangnya sakit. kan dede juga ga mau dipukul spt itu". yang penting saat berbicara dengan anak, usahakan dengan suara yg lemah lembut dan sejajarkan tubuh ibu dengan anak sehingga anak merasa seimbang posisinya, bukan dalam posisi "terdakwa bersalah melakukan kejahatan". karena kadang anak akan lebih "keras" apabila orangtua juga keras. semoga membantu ya moms.
hallo bunda..anak saya yang co umur 3th juga kadang begitu..solusinya ga usah ribet2 deh bu..ga harus teori ini teori itu dari pakar ini pakar itu..krn saya percaya setiap ibu punya jurus jitu dlm mendidik anaknya sendiri..karena ibu yang lebih tau bagaimana sifat & kebutuhan anaknya..kalo saya akan membujuknya dengan hati dan penuh kelembutan sesuai kapasitas saya.."ade ga boleh begitu..nanti tamunya ga mau kesini lagi lho.."atw.."ade tamu ini / teman ini/ bpk /ibu ini teman mama jd teman ade jg ayo di sayang sm minta maaf"..atau apa saja yang bisa membuat hati anak ibu nyaman pasti akan menuruti kemauan ibu..terimakasih
Sudah punya nomor anggota tapi lupa nomornya? Cek nomor anggota Ibu dengan cara:
Kirim SMS ke 0811 860 8111/ 0817 660 811 dengan format:
FF#NOMOR#Nomor HP yang terdaftar di Ibu & Balita
Contoh: FF#NOMOR#08137869021
Keuntungan Menjadi Anggota Ibu&Balita
Dengan menjadi anggota Ibu&Balita, Ibu bisa mendapat keuntungan seperti: informasi terbaru mengenai kehamilan sampai tahap pertumbuhan si Kecil, kesempatan tanya jawab dengan pakar-pakar kami, dan berbincang dengan ibu-ibu lain tentang dunia si Kecil.
Selain itu, Ibu juga bisa memenangkan hadiah-hadiah menarik dengan mengikuti program poin dan hadiah Ibu&Balita.
Untuk info lebih lanjut, silakan buka halaman ini.
Pemberian ASI merupakan nutrisi terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan merupakan cara optimal untuk memberi makan kepada bayi. Setelah itu bayi harus menerima makanan pelengkap dengan terus menyusu hingga dua tahun atau lebih.
Nutrisi ibu yang baik membantu mempertahankan persediaan dan kualitas ASI yang memadai.
Pengenalan pemberian susu botol secara tidak benar, sebagian atau seluruhnya, atau makanan dan minuman pelengkap lainnya dapat memberikan dampak negatif pada proses menyusui, yang mungkin tidak dapat dipulihkan lagi.
Konsultasikan dengan dokter Anda dan pertimbangkan implikasi sosial dan finansial sebelum memutuskan untuk menggunakan pengganti ASI atau jika Anda mengalami kesulitan dalam menyusui.
Ikuti petunjuk penggunaan, persiapan dan penyimpanan pengganti ASI atau makanan dan minuman komplementer lainnya dengan hati-hati karena penggunaan yang tidak tepat atau tidak diperlukan dapat menimbulkan bahaya terhadap kesehatan.
14 Tahun Yang Lalu
15 Tahun Yang Lalu
1. Cek siapa saja orang yang tidak ia sukai. Kalau orang itu mau datang, jangan sampai ia langsung masuk saja ke dalam rumah. Usahakan sebelum orang itu datang, anak sudah diberitahu dulu bahwa si orang itu akan ke rumah, jadi anak sudah siap mental (soalnya nih, seringkali anak yang kaget karena ada orang yang tak ia sukai cenderung lebih mudah marah kalau si orang itu tiba-tiba hadir).
2. Ketika si orang tersebut datang, minta anak secara wajar untuk menyapa dan bersalaman, dengan didampingi Bunda. Kalau perlu Bunda memberi contoh dulu.
3. Jangan sampai terucap bahwa anak ’suka memukul’ atau ucapan lain semacam itu, karena akan jadi label buat anak dan membuat dia lebih suka lagi memukul. Termasuk jangan terucap, ”Eh, kamu ini kok tukang mukul,” atau, ”Nanti jangan mukul ya.” Lebih baik ucapkan apa yang Anda inginkan, ”Nanti Adek salaman sambil senyum ya.”
4. Misalnya dia memukul, peluk anak, minta anak meminta maaf kepada si orang tersebut. Jangan menyerah hanya karena anak menangis, tapi dengan lembut dan tegas tetap minta anak minta maaf.
Bunda sendiri harus yakin bahwa anak bisa berubah. Selama Bunda tak yakin (dan jadi berpikir bahwa dia ’pasti’ memukul orang yang tak dia sukai), Bunda akan cenderung melihat anak sebagai ’tukang pukul’.
Oya, anak lebih mudah memukul orang lain kalau belum punya kebiasaan untuk mengekspresikan perasaan dengan kata-kata. Jadi ubah juga caranya memukul dengan bilang contohnya, ”Om, jangan pegang mainanku yang itu, pegangnya meja aja.” Dengan begitu Bunda mengajari anak untuk bisa bersikap asertif kepada orang lain alias mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan sehat.
15 Tahun Yang Lalu
15 Tahun Yang Lalu
15 Tahun Yang Lalu