Kemandirian Tuk Sibuah Hati
oleh Seseorang, 7 October 2009, 15:00 PM
putra sya namanya Aditya,, skrang umur nya 3taun 2blan. dia udh msuk sklah Play Group tp dia msh hrs di temani oleh orang tua nya..!! tp udh bbrp hr ni kami yg kami lakukan jika dia lengah kami akan pergi tp stlh dia tersadar dia akan nangis2.. kami hny mau membiasakan atau menerapkan utk mandiri.jd prtnyyan sya apakah sudah sepantasnya sya menerapkan sistem spt ini? mohon jawaban nya..
terima kasih
Ada 4 komentar pada diskusi ini
11 October 2009, 06:45 AM
Daripada terjadi berbagai perasaan negatif tersebut, lebih disarankan Bunda secara terbuka meninggalkan anak. Artinya sejak berangkat ke sekolah, Bunda harus sudah bilang bahwa nanti Bunda akan meninggalkan anak bersama gurunya. Kerjasama dengan guru, agar nanti kalau anak menangis pas ditinggal, guru yang berusaha menemani dan menghibur anak. Nah, ketika sudah sampai di kelas dan anak sudah bersama guru, katakan ucapan perpisahan Bunda sambil melambaikan tangan dan tersenyum manis. Tetaplah pergi walaupun anak menangis. Nantinya kalau sudah bertemu lagi (misalnya sepulang sekolah atau kalau sudah di rumah jika Bunda bekerja), jangan lupa berikan pujian betapa pintarnya anak karena tetap mau bersekolah walaupun tidak bersama dengan Bunda. Puji keberaniannya (walaupun masih disertai tangisan, jangan disebut tentunya).
Salah satu anak saya masih playgroup juga. Di sekolahnya diberlakukan aturan bahwa anak yang masih kesulitan dilepas, ada baiknya bunda atau pengasuhnya tetap menunggui tapi di ruang khusus. Anak tetap di dalam kelasnya, tapi kalau dia betul-betul membutuhkan bunda / pengasuh, dia diantar oleh gurunya ke ruang khusus tersebut untuk sekadar melihat bahwa si bunda / pengasuh ada di sana, lalu anak diminta kembali lagi ke kelas. Ini sekadar untuk menambah rasa percaya bahwa anak tak akan ditinggalkan begitu saja. Dalam beberapa minggu, anak segera percaya bahwa dia tak ditinggal, dan dia tak merasa perlu lagi bolak-balik ke ruang khusus itu, dan si bunda / pengasuh boleh meninggalkan dia dan baru menjemputnya lagi ketika waktunya pulang sekolah.
8 October 2009, 13:27 PM
makasih y para bunda atas koment nya,,
sya mnjd semangat dlm menerapkan sistem2 spt itu pd buah hati sya.
7 October 2009, 16:01 PM
pengalaman saya,anak saya daffa 3 th 9 bl,sudah sekolah TK A.saya memang sejak awal sudah berniat tidak menungguinya saat sekolah agar dia bia lebih mandiri
.alhamdulilah sekolah daffa punya aturan yang sama,bahwa siswa tidak boleh ditunggui orang tua (termasuk untuk siswa PG).siswa hanya boleh ditunggui pada minggu pertama sekolah.setelah itu,apapun yang terjadi pada anak (menangis,berteriak,tantrum,dll) menjadi tanggung jawab sekolah.
pada minggu pertama sekolah,saya memberi pengertian kepada daffa kalau dia hanya boleh ditunggui selama satu minggu.saya katakan padanya,jika dia butuh pertolongan apapun,dia bisa menyampaikan pada gurunya.saya juga senantiasa membesarkan hatinya bahwa semua guru di sekolahnya baik dan siap membantu kapanpun diperlukan.
pada hari senin,masuk minggu kedua,sesuai "kesepakatan" saya dengan daffa,saya pulang saat dia sudah masuk kelas. langkah kaki saya sempat terhenti karena daffa menangis keras. hampir saja saya kembali ke sekolah,untungnya guru kelasnya membesarkan hati saya bahwa daffa akan baik baik saja dan meminta saya untuk pulang.
besoknya,hal serupa terjadi lagi.daffa menangis keras saat akan saya tinggal. namun dengan tekad kuat saya harus "tega" meninggalkannya demi kebaikannya.seingat saya,hal ini terjadi terus selama minggu kedua.di rumah,saya dan ayahnya senantiasa memberi pengertian bahwa di sekolah,mesti tidak ada Bunda,dia akan baik baik saja. saya jelaskan padanya,dia akan bertemu dan bermain lagi dengan saya setelah dia pulang sekolah,jadi dia tidak perlu khawatir.saya juga mensupport dia bahwa teman temannya juga tidak ada yang ditunggui Bundanya.
alhamdulilah,memasuki minggu ketiga,dia sudah tidak menangis lagi jika saya akan meninggalkannya. mungkin dia berpikir,tidak ada gunanya menangis.mau menangis sampai bagaimana, toh Bunda juga tetap tidak akan menunggui,hehe...
begitu,bu,mungkin pengalaman ini bisa diterapkan pada putra ibu. yang terpenting ibu mesti konsisten dan "tega".jangan sampai tangisan anak ibu,menggoyahkan niat ibu.
untuk hal ini saya punya cerita,bu. anak tetangga saya,sejak TK hingga sekarang kelas 2SD,jika sekolah,ibunya masih menunggui.saat kelas 1,selama 1 tahun penuh,ibunya menunggu di dalam kelas,jika sekarang di tunggu di luar kelas.
penyebabnya,karena sang ibu tidak "bisa" jika meninggalkan anaknya menangis di kelas,tidak enak dengan guru,tidak enak dengan siswa yang lain. sementara di pihak lain,pihak sekolah juga tidak punya aturan keras bahwa siswa tidak boleh lagi ditunggui orang tua.akibatnya, sang anak menjadikan tangisannya sebagai "senjata".
demikian ibu,semoga uraian saya bermanfaat.
7 October 2009, 15:39 PM