Kebutuhan utama itu dikenal pula dengan istilah triple A, yakni: a) Kebutuhan gizi (asuh), b) Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih), dan c) Kebutuhan stimulasi dini (asah). Ketiganya harus menjadi perhatian serius para orangtua. Kemudian, diberikan secara tepat sesuai tahapan proses tumbuh kembangnya.

Pemenuhan Kebutuhan Gizi (Asuh)

Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat, berarti makanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang, berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya. Diberikan secara kontinu sejak masih dalam kandungan hingga ia dewasa kelak.

Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun akan berkembang, sebagai dampak perkembangan bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan motoriknya.

Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologic yang balk, akan berdampak pada kesehatannya. Tubuhnya, akan lebih mampu “menolak” penyakit-penyakit tertentu yang berusaha menyerangnya. Sebab, sistem kekebalan tubuhnya yang terbentuk melalui zat-zat gizi yang dikonsumsinya, dapat bekerja lebih optimal.

Pemenuhan Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang (Asih)

Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian dan kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman, kepada si buah hati.

Orangtua perlu menghargai segala keunikan-keunikan, begitu juga potensi-potensi anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi atau kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam kemampuannya mengelola emosi diri secara tepat. Kemampuan membina hubungan yang hangat dengan orang lain pun juga berjalan balk.

Namun, sebaiknya orangtua tidak terlampau berlebihan memberi perlindungan dan kasih sayang terhadap anak. Sebab, dikhawatirkan dapat berdampak buruk bagi perkembangan emosi anak itu sendiri. Sikap malas, terlalu manja, tidak disiplin, mudah marah jika keinginannya tidak dituruti, dan lain-lain.

Sebaiknya, dalam mendidik anak, orangtua menempatkan diri sebagai teladan yang balk bagi anak-anaknya. Melalui keteladanan orang tua, anak lebih mudah meniru unsur-unsur positif. Jauhi pula kebiasaan memberi hukuman pada anak, selagi semuanya dapat diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang.

Stimulasi (rangsangan) dini merupakan kegiatan orangtua memberikan rangsangan tertentu pada bayi dan balitanya sedini mungkin. Bahkan, dianjurkan sejak masih dalam kandungan. Rangsangan itu bertujuan ke arah tumbuh kembang bayi dan balita secara optimal.

Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-sentuhan lembut penuh kasih sayang secara bervariasi dan berkelanjut-an, kegiatan mengajari anak berkomunikasi, mengenalkan objek dan warna, serta mengenal huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini juga mendorong munculnya pikiran dan emosi-emosi positif, kemandirian, kreativitas, dan lain-lain.

Lakukanlah stimulasi dini setiap ada kesempatan bersama anak Anda. Jauh lebih efektif jika diberikan sambil bermain bersama anak dalam suasana menyenangkan dan penuh balutan kasih sayang. Misalnya, saat memberi ASI, memandikannya, mendandaninya, menggantikan popok, menggendong, menidurkan, memberi makan, berjalan-jalan bersama, dan sebagainya. Pada bayi berusia 0-3 bulan, misalnya, Anda dapat mengajaknya tersenyum, be-bicara, nnenggerak-gerakkan benda aneka warna, dan sebagainya. Stimulasi pada setiap tahapan usia, akan relatif berbeda.

Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar, dapat merangsang kecerdasan majemuk (multiple intelligences) anak. Multiple intelligences ini meliputi, kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan antarpribadi (interpersonal), dan kecerdasan naturalis.