Saat si kecil sudah berusia lebih dari sembilan bulan, maka sudah saatnya ia diperkenalkan dengan tekstur makanan yang kasar. Namun yang banyak dikeluhkan orang tua ketika mengenalkan makanan bertekstur kasar pada anak adalah waktu makan yang jadi lebih lama karena anak mengemut.

"Hal ini membuat orang tua jadi lebih suka memberi anak makanan lembut atau bahkan cair sehingga mudah ditelan," jelas dr Tatang Puspanjono, SpA, MKlinik Ped, dalam seminar "Tantangan dan Solusi Anak Sulit Makan" di Jakarta, beberapa waktu lalu. Namun, hal ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama, karena bisa memengaruhi pertumbuhan gigi anak.

Sebenarnya salah satu faktor penyebab anak mengemut adalah karena adanya bakal gigi yang akan tumbuh. Bakal gigi tumbuh ini membuat gusi mengeras sehingga sedikit terasa sakit dan gatal. Maka makanan yang bertekstur kasar akan membantu "menggaruk" gusi dan membuatnya jadi lebih lemas.

Yang lebih penting lagi, makanan bertekstur kasar seperti nasi tim, bubur kasar, dan lain-lainnya, berguna untuk melatih kemampuan anak untuk terampil menggunakan giginya, dan merangsang pembentukan gigi dan anatominya.

Tatang menambahkan bahwa keterampilan penggunaan gigi dan mulut ini pada akhirnya akan memengaruhi kemampuan berbicaranya. "Jika sampai usia tiga tahun anak tidak mau makan makanan kasar, maka ini akan berpengaruh pada pertumbuhan giginya, dan berakibat adanya masalah linguistik seperti lambat bicara atau kelainan bicara," ungkapnya.

Pertumbuhan dan anatomi gigi yang berhubungan dengan lidah dan bibir memiliki peranan penting dalam menentukan kejelasan artikulasi ucapan. Sekitar 50-60 persen orang yang mengalami masalah kelainan bicara ini sebabkan karena pertumbuhan dan anatomi gigi yang tidak tepat.