Tayangan televisi yang ada saat ini sudah sulit untuk disaring sehingga ada adegan kekerasan yang bisa dilihat oleh anak-anak. Apa efeknya jika anak-anak melihat adegan kekerasan?

Adegan kekerasan di televisi atau media lainnya bisa terdapat dalam tayangan kartun anak-anak, acara kriminal di siang hari atau pada film orang dewasa yang tertuang dalam aksi-aksi tertentu.

Pengaruh yang bisa ditimbulkan dari tayangan kekerasan bervariasi tergantung dari usia anak, jenis kekerasan yang dilihat dan juga seberapa sering anak melihat kekerasan tersebut.

Seperti dikutip dari Livestrong, Senin (6/9/2010) ada beberapa efek yang bisa ditimbulkan jika anak-anak melihat adegan kekerasan dari media, yaitu:

Berkurangnya rasa empati
Bagi anak-anak yang menonton tayangan kekerasan akan menganggap bahwa kekerasan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik atau masalah, sehingga hal ini akan mengurangi rasa empati anak-anak terhadap orang lain. Kondisi ini akan terbawa hingga anak-anak tersebut dewasa dan tumbuh menjadi kepribadian yang keras.

Hal ini akan membuat anak-anak menjadi tidak peka terhadap penderitaan orang lain. Kondisi ini terutama berlaku pada anak yang berusia di bawah 7 tahun, karena belum bisa membedakan antara fantasi dan juga kenyataan. Salah satu penyebabnya adalah anak-anak sering meniru segala sesuatu yang dilihatnya.

Menjadi anak yang penakut dan terlalu cemas
Anak-anak akan merasa bahwa dunia ini penuh kejahatan dan tidak aman. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Michigan menyatakan bahwa efek dari tayangan tersebut bisa membuat kecemasan seseorang meningkat. Meskipun terkadang anak-anak secara sadar mengetahui bahwa itu tidak nyata, tapi tubuhnya bereaksi seolah-olah hal tersebut nyata.

Adegan kekerasan yang disaksikan di berbagai media bisa memicu mimpi buruk, depresi, gangguan tidur serta rasa takut yang berlebihan. Bahkan bagi remaja bisa berpengaruh terhadap perilaku kekerasa di dalam lingkungannya dan berhubungan dengan gangguan perkembangan otak.

Meningkatkan sifat agresif
American Academy of Pediatrics menuturkan bahwa hubungan antara adegan kekerasan dengan perilaku agresif sama kuatnya dengan hubungan antara merokok dan kanker paru-paru. Hal ini karena dalam adegan kekerasan selalu identik dengan orang pertama atau 'jagoan' yang akan selalu menang, sehingga setiap anak selalu ingin menjadi jagoan tersebut.

Untuk mengurangi perilaku agresif ini bisa dilakukan dengan mengurangi paparan adegan kekerasan, hal tersebut berdasarkan studi yang dilakukan oleh Internet Solution for Kids di Santa Ana, California.Rabu,