Boleh Gak Ya Memberi Keju Sama Anak Umur 9 Bulan??
oleh Seseorang, 21 November 2010, 16:52 PM
anak saya umur 9 bulan,saya ingin memberikan anak saya keju sebagai makanan selingannya. apakah saya boleh memberinya keju???
Ada 4 komentar pada diskusi ini
21 November 2010, 21:01 PM
@ mama syaffa : kl saya boleh tau keju khusus utk bayi namanya apa ya bun,keju kraf kira2 bisa gak ya???
terima kasih bunda atas sarannya..
21 November 2010, 17:54 PM
21 November 2010, 17:28 PM
21 November 2010, 17:13 PM
Manfaatnya segudang. Umumnya, keju dibuat dari susu, baik susu murni, susu rendah lemak, maupun susu tanpa lemak, yang telah disterilkan dengan cara Pasteurisasi. Jika dilihat dari bahan bakunya tersebut, tak heran kan jika keju juga kaya akan zat gizi yang bermanfaat untuk tumbuh kembang balita?
Beberapa zat gizi yang terkandung dalam keju adalah:
* Kalsium (Ca), membantu pertumbuhan dan pembentukan tulang serta gigi.
* Protein, membantu proses pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh, serta menguatkan otot-otot tubuh balita.
* Asam lemak linoleat dan linolenat, membantu perkembangan serabut-serabut sel saraf dan otak.
* Kolesterol, membantu pembentukan membran sel dan hormon.
* Fosfor (P), membantu pertumbuhan tulang dan gigi.
* Vitamin A, membantu menjaga fungsi mata.
* Magnesium, seng, dan selenium, berfungsi sebagai antioksidan yang membantu menangkal radikal bebas.
* Riboflavin dan folat, membantu proses metabolisma aneka jenis zat gizi.
Dari bubur sampai kudapan. Jenis keju dikelompokkan berdasarkan asal susu (susu sapi, susu kambing, atau susu domba), proses pembuatan, tingkat kekerasan, negara penghasil, penampilan (ukuran, bentuk, dan warna), serta kandungan zat gizinya. Namun, tidak semua jenis keju ”aman” untuk diberikan kepada batita Anda. Jenis keju yang ”aman” untuk balita adalah keju Cheddar, keju Swiss, dan keju Cottage.
* Keju cheddar
Biasanya keju ini semi-keras. Tapi, ada juga yang tergolong keju keras. Jenis bakteri yang digunakan untuk memproses keju cheddar adalah Streptococcus sp. Bakteri ini berfungsi menghasilkan asam laktat dari susu.
* Keju Swiss
Ciri khas jenis keju Swiss adalah ”bolong-bolong” alias berlubang-lubang. Semakin baik mutu susu sapi yang digunakan sebagai bahan baku, semakin banyak lubang-lubang yang akan terbentuk. Pembuatan keju Swiss menggunakan bakteri dari jenis Streptococcus thermophilus, Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus helveticus, dan ditambah bakteri Propionibacterium shermanii.
* Keju cottage
Ini merupakan jenis keju yang tergolong rendah lemak. Sebab, bahan bakunya berupa susu tanpa lemak (nonfat). Keju ini biasanya diberi tambahan rasa buah, antara stroberi, peach, raspberry, blueberry, dan nanas. Itu sebabnya, keju ini cenderung mudah rusak (busuk), sehingga harus disimpan di dalam lemari pendingin
Anda bisa memperkenalkan keju dalam bentuk langsung, misalnya diserut halus atau dipotong kecil-kecil (finger food), atau sebagai campuran dalam bubur, kue atau makanan anak lainnya. Jadi, Anda dapat menyertakan keju, baik pada jadwal makan utama, maupun makanan selingan. Soal batasan pemberian, the American Dietetic Association merekomendasikan sebanyak 30 gram/hari.
Kaya manfaat. Keju merupakan produk olahan susu yang mengandung aneka zat gizi. Apa saja sih manfaat keju bagi pertumbuhan balita?
* Membantu pertumbuhan dan pembentukan tulang serta gigi, serta mencegah risiko keropos tulang (osteoporosis) karena banyak mengandung kalsium (Ca) dan fosfor (P).
* Proteinnya yang tinggi membantu proses pertumbuhan dan perkembangan, serta menguatkan otot-otot tubuh balita.
* Membantu perkembangan serabut-serabut sel saraf dan otak karena mengandung asam lemak linoleat dan linolenat.
* Membantu menjaga fungsi mata karena mengandung vitamin A.
* Membantu menangkal radikal bebas karena mengandung magnesium, seng, dan selenium, yang berfungsi sebagai antioksidan.
* Membantu proses metabolisme aneka zat gizi karena mengandung riboflavin dan folat.
Selain manfaat di atas, hasil riset beberapa ahli menyebutkan ada beberapa manfaat keju lainnya, seperti hasil riset Dr. Machteld Huber dari Louis Bolk Institute, Inggris, tahun 2007 yang membuktikan, ibu hamil yang mengonsumsi keju sepanjang kehamilannya, akan melahirkan anak yang berisiko lebih kecil menderita eksim.
Ada pula riset Prof. Carlo Leifert dari Newcastle University, Inggris, tahun 2007, yang membuktikan, anak-anak yang biasa mengonsumsi keju akan terhindar dari risiko menderita asma serta penyakit alergi lainnya.
Mitos Salah Keju. Pernah mendengar mitos-mitos mengenai keju? Coba cermati dulu dengan benar, apakah mitos itu benar atau tidak. Jangan sampai kebutuhan gizi balita tidak tercukupi dengan benar gara-gara mitos yang salah soal keju. Kata orang:
* Kandungan lemaknya lebih dari 50%. Fakta: kandungan lemak di dalam jenis keju cheddar, misalnya, hanya 34%.
* Tidak dapat diberikan kepada balita yang menderita intolerensia laktosa. Fakta: beberapa jenis keju, seperti keju cheddar, sesungguhnya tidak mengandung laktosa.
* Menyebabkan balita mimpi buruk. Fakta: asam amino jenis triptofan, yang terkandung dalam keju, merupakan zat yang dapat mengurangi stres dan memicu munculnya rasa kantuk.
* Penyebab kerusakan gigi. Fakta: makan sepotong keju setelah si kecil makan atau mengonsumsi makanan yang manis, justru dapat melindungi enamel gigi serta pembusukan gigi.
Protein adalah makanan untuk tumbuh, bertanggung jawab pada pertumbuhan serta memperbaiki dan mengganti jaringan. Protein adalah satu-satunya nutrisi yang dapat menduplikasi sendiri. Selama tahun pertama, kebutuhan protein bayi dapat dipenuhi oleh ASI atau susu formula yang kandungannya lengkap (di antaranya mengandung zat gizi dan prebiotik untuk daya tahan tubuh). Semakin besar, anak akan membutuhkan sumber-sumber protein lain, yang terdapat pada makanan laut terutama ikan salmon, produk olahan berbagan susu seperti keju dan yoghurt, polong-polongan seperti kacang kedelai, tahu dan buncis, daging sapid dan unggas, telur, entega kacang, dan padi-padian.