Banyak para ibu menanyakan mengapa bayinya menjadi susah BAB? Hal ini karena saat bayi memasuki usia sekitar lebih dari 6 minggu, maka pola BAB akan berubah dengan sendirinya. Jika sebelumnya bayi yang diberikan ASI sering BAB, nantinya ia akan mengalami jarang BAB. Hal ini karena frekuensi BAB setiap bayi ASI bervariatif, bisa 2 atau 3 hari sekali. Bahkan ada yang sampai 12 hari atau lebih tidak BAB. Hal inilah yang menyebabkan orangtua menjadi khawatir karena ditakutkan anaknya mengalami konstipasi atau sembelit.
Pada usia sekitar 6 minggu lebih, bayi yang diberikan ASI akan mengalami jarang BAB. Hal ini disebabkan ASI diserap sempurna oleh tubuh bayi. Karena penyerapannya yang sempurna, maka tidak akan ada ampas yang dibuang dalam bentuk kotoran. Anda tidak perlu khawatir jika sang bayi masih dalam keadaan baik-baik saja, pertumbuhannya baik, dan tidak merasa kesakitan atau rewel yang berlebihan saat mengejan (lethargic).
Perhatikan saat bayi BAB dan juga kotorannya. Jika kotorannya berbentuk seperti biasa atau lunak, dan tidak mengalami kesulitan saat mengeluarkan kotorannya maka jelas bayi tidak mengalami konstipasi atau sembelit. Berbeda lagi jika bayi mengalami sembelit, maka kotorannya pun akan keras padat, agak kering dan sulit dikeluarkan. Konsultasikan hal tersebut dengan dokter anak secepatnya jika hal ini terjadi pada bayi Anda.
Bayi yang diberikan ASI jarang BAB akan terus berlangsung hingga ia berusia 6 bulan atau masa ASI eksklusif terlewati. Jika bayi ASI berusia 6 bulan ke atas telah mendapatkan MPASI atau Makanan Pendamping ASI, maka konsistensi dari kotoran bayi dan pola BAB-nya akan bervariasi dan juga ditentukan dari asupan makanan yang masuk.
Maka dengan telah memahami pola BAB bayi, kekhawatiran dan ketakutan Anda saat memberikan ASI eksklusif kini sudah dapat terhindari dan ibu bisa menjadi lebih tenang. Bila ibu semakin tenang dalam memberikan ASI eksklusif, maka semakin lancar pula hormon oksitosin yang bekerja untuk memproduksi ASI.