KEJANG PADA BALITA, WASPADAI !!
Kejang, baik yang disertai demam atau tidak, bisa berdampak fatal. Itulah sebabnya, setelah memberi pertolongan pertama, bawa segera si kecil ke rumah sakit. Tutty, bukan nama sebenarnya, panik bukan main demi mendapati buah hatinya demam disertai kejang. Seluruh badannya menggigil namun kaku seperti kayu, tangannya mengepal erat dan matanya mendelik ke atas. Sebagai ibu, Tutty amat mengkhawatirkan anaknya akan mengalami gangguan otak. Untunglah Tutty sigap dengan segera membawanya ke dokter anak terdekat. Kini, setelah sekian waktu berlalu, si kecil sudah aktif bermain kembali. Memang, ibu mana yang sih yang tak panik melihat anaknya yang masih berusia balita mengalami kejang-demam. “Rasanya serbasalah sekaligus bingung, enggak tahu harus berbuat apa,” celoteh seorang ibu lainnya.
“Sebenarnya wajar saja orang tua bingung, tapi tak perlu kelewat panik. Sebab kejang demam memang kerap menimpa anak-anak balita, umumnya anak usia 6 bulan hingga 5 tahun,” jelas dr. Adi Tagor, Sp.A, DPH. Menurut Adi, kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam yaitu tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step. Masalahnya, toleransi masing-masing anak terhadap demam sangatlah bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh 38 C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak yang toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C atau lebih.
GANGGUAN METABOLISME OTAK
Lalu mengapa bisa terjadi kejang ? “Suhu badan yang tinggi akan menyebabkan gangguan metabolisme basal. Padahal kenaikan suhu tubuh sebesar 1 C saja sudah bisa menyebabkan peningkatan metabolisme basal (yakni jumlah minimal energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh) sebanyak 10-15%. Pada kondisi ini, kebutuhan oksigen pada otak naik sebesar 20%. Masalahnya, di usia balita, aliran darah ke otak mencapai 65% dari aliran seluruh tubuh. Bandingkan pada orang dewasa yang hanya 15%. Itulah sebabnya, jelas dokter spesialis anak yang antara lain berpraktek di RS Pondok Indah ini, kenaikan suhu tubuh lebih mudah menimbulkan gangguan pada metabolisme otak. Konsekuensinya, keseimbangan sel otak pun akan terganggu. Gangguan tersebut akan menimbulkan terjadinya pelepasan muatan listrik yang menyebar ke seluruh jaringan otak. Akibatnya, terjadilah kekakuan otot yang menyebabkan kejang di sekujur tubuh tadi. Kejang demam, jelas Adi, mengindikasikan si kecil memiliki penyakit yang memicu demam seperti tuberkolusa (TBC). Bisa juga penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti flu, radang tenggorok, gondongan, campak, demam berdarah, tipus, dan sebagainya. Demam yang menjadi pemicu kejang pun bisa muncul akibat reaksi tubuh terhadap kondisi yang ada. Seperti anak yang tersengat sinar matahari dalam jangka waktu yang lama, sedang tumbuh gigi, atau setelah mendapat imunisasi. “Makanya banyak dokter yang memberi obat penurun panas setelah si kecil diimunisasi. Berikan segera obat penurun panas ini pada anak,” saran Adi.
PUNYA “RIWAYAT” KEJANG
Selain karena demam, ada pula kejang yang mucul tanpa disertai demam. Salah satu penyebab kejang semacam ini adalah adanya gangguan pada fungsi otak. Bisa akibat alergi, cacat bawaan, trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah ataupun karena keracunan. Jangan salah, diare dan muntah pun bisa menyebabkan kejang pada anak. Penyebabnya adalah gangguan keseimbangan elektrolit darah akibat muntah dan diare tadi yang menyebabkan banyak cairan tubuh terbuang. Penyebab lainnya yaitu sakit dalam jangka waktu lama yang menyebabkan kadar gula darah rendah, asupan makan yang kurang, atau yang bersangkutan sudah lama menderita kejang akibat gangguan epilepsi. “Kejang akibat epilepsi biasanya mudah dideteksi dengan melihat riwayat kejang demam pada keluarga. Sebab itu, orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang serupa.”
Kejang semacam ini umumnya berlangsung lebih dari 15 menit. Setelah mengalami kejang, biasanya anak akan terlihat lemas, mengantuk lalu tertidur pulas. Saat terbangun, bila kejang tadi tidak berdampak pada fungsi otak, anak bisa pulih kembali. Sementara jika sempat mengenai otak, biasanya anak akan mengalami gangguan perilaku. Bisa juga si kecil jadi sering terkena mengalami kejang.
SEGERA BAWA KE DOKTER !! (jangan menjadi orang tua yang pelit…)
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Adi menyarankan agar orang tua sesegera mungkin memberi pertolongan pertama begitu tahu si kecil mengalami kejang demam. Setelah itu, jangan tunggu waktu lagi bawa segera si kecil ke dokter atau klinik terdekat. Jangan terpaku hanya pada lamanya kejang, entah cuma beberapa detik atau sekian menit. Dengan begitu, si kecil akan mendapat penanganan lebih lanjut yang tepat dari para ahli. Biasanya dokter juga akan memberikan obat penurun panas, sekaligus membekali obat untuk mengatasi kejang dan antikejang. “Sebagai pertolongan pertama, tak usah membawanya langsung ke rumah sakit lengkap yang letaknya relatif lebih jauh karena bisa-bisa si kecil mendapat risiko yang lebih berbahaya akibat lambat mendapat pertolongan pertama,” tukas Adi pula.
Selain itu, jika kejang demam tidak segera mendapat penanganan semestinya, si kecil pun terancam bakal terkena retardasi mental. Pasalnya, kejang demam bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Jadi, kalau kejang itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan sel-sel yang rusak pun akan semakin banyak. Bukan tidak mungkin tingkat kecerdasan anak akan menurun drastis dan tidak bisa lagi berkembang secara optimal. Bahkan beberapa kasus kejang demam bisa menyebabkan epilepsi pada anak. Yang tak kalah penting, begitu anaknya terkena kejang demam, orang tua pun mesti ekstrahati-hati. Soalnya, dalam setahun pertama setelah kejadian, kejang serupa atau malah yang lebih hebat berpeluang terulang kembali. Untuk mengantisipasinya, sediakanlah obat penurun panas dan obat antikejang yang telah diresep-kan dokter anak. Meski begitu, orang tua jangan kelewat khawatir. Karena dengan penanganan yang tepat dan segera, kejang demam yang berlangsung beberapa saat umumnya tak menimbulkan gangguan fungsi otak.
CIRI-CIRI KEJANG
Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang terkena kejang demam. Di antaranya:
- kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5 menit .
- bola mata berbalik ke atas
- gigi terkatup
- muntah
- tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
- pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil.
- pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.
TIPS ATASI KEJANG DEMAM
Berikut beberapa penjelasan dari Adi tentang kejang dan demam pada anak: . Suhu tubuh normal anak berkisar antara 36-37 C. Si kecil dinyatakan demam bila temperatur tubuhnya yang diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka 37,8 C; melalui rektum 38 C, dan 37,2 C melalui ketiak. Sebelum semakin tinggi, segera beri obat penurun panas. . Orang tua jangan begitu gampang mengatakan seorang anak demam atau tidak hanya dengan menempelkan punggung tangannya di dahi anak. Cara ini jelas tidak akurat karena amat dipengaruhi oleh kepekaan dan suhu badan orang tua sendiri. . Termometer air raksa diyakini merupakan cara yang paling tepat untuk mengukur suhu tubuh. Pengukuran suhu tubuh akan lebih akurat bila termometer tersebut ditempatkan di rongga mulut atau rektum/anus dibanding ketiak. Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam%2