KULIT anak cenderung lebih sensitif dibandingkan orang dewasa. Karena itu, biasanya anak sering mengalami masalah pada kulit, seperti biang keringat, ruam kulit atau kemerah-merahan.

Jika anak sedang sakit, perasaan orang tua pasti kalut karena anak rewel. Hal ini juga sering terjadi pada anak yang mengalami biang keringat. Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutera Tangerang dr Ferdy Limawal, SpA menuturkan, biang keringat yang biasa disebut dengan keringat buntet atau miliaria adalah salah satu gangguan kulit yang sering dialami bayi dan anak. Pada biang keringat ringan, tampak bintik putih melenting, berair, dan mengkilap tanpa disertai gatal. Pada biang keringat berat, terlihat bintik merah, gatal, melenting, berair, dan terasa perih.

“Kedua bentuk biang keringat ini paling sering ditemukan di bagian tubuh yang banyak berkeringat, seperti dahi, leher, dada, dan punggung,” tutur dokter yang lulus dengan cum laude untuk Pendidikan Spesialis Anak di Universitas Hasanuddin Makassar ini.
Ferdy menuturkan, penyebab biang keringat adalah tersumbatnya saluran kelenjar keringat oleh sel kulit mati, daki, debu, atau kosmetik. Akibatnya keringat menumpuk dan tidak dapat keluar ke permukaan kulit.

Penumpukan yang terusmenerus akan memicu pecahnya saluran keringat. Dan, selanjutnya timbul peradangan yang ditandai rasa gatal, perih, dan tampak warna kemerahan. “Tidak ada faktor genetik sebagai penyebab biang keringat,” ucap dokter lulusan terbaik dokter umum di Universitas Tarumanagara Jakarta ini.

Dia menyebutkan, secara medis, biang keringat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis. Pertama, biang keringat yang terjadi pada lapisan atas (miliaria cyrstalina). Gejala yang tampak adalah kulit melenting kecil berair dan tampak mengkilap. Biang keringat jenis ini biasanya tidak menimbulkan rasa gatal, tidak berwarna kemerahan, dan pecah dengan sendirinya dalam waktu sekitar 1 sampai 2 hari sejak kemunculannya.

“Biang keringat jenis ini bukan merupakan masalah yang membutuhkan penanganan serius,” ucapnya.

Kedua adalah miliaria rubra. Biang keringat jenis ini terjadi di lapisan tengah. Gejalanya adalah kulit berwarna kemerahan, gatal, melenting, berair, perih, dan parut. Bagian tubuh yang banyak mengeluarkan keringat kerap menjadi sasaran empuk miliaria rubra. Jenis biang keringat seperti inilah yang sering ditemui dan membutuhkan penanganan lebih lanjut. Dan, yang ketiga adalah miliaria profunda. Biang keringat jenis ini terdapat di lapisan lebih dalam. “Jika tidak segera ditangani, biang keringat dapat menyebabkan infeksi,” ucapnya.

Infeksi tersebut karena terdapat sumbatan dan keringat tidak bisa keluar. Namun, karena dorongan dari dalam yang berlangsung terus-menerus, saluran keringat akan pecah, maka keringat masuk ke jaringan sekitarnya sehingga timbullah peradangan. “Rasa gatal dan pedih pada penderita miliaria rubra itulah gejala awal terjadinya peradangan,” ujarnya.

Biasanya seseorang baru menyadari terkena biang keringat setelah terjadi peradangan. Adapun yang perlu diingatkan kepada anak adalah untuk tidak menggaruk area biang keringat karena menggaruk biang keringat dengan kuku tangan yang kotor bisa mengakibatkan terjadinya infeksi sekunder berupa penanahan. Itu karena bakteri yang terdapat pada kuku masuk ke dalam jaringan.

Sementara itu, ahli kulit dari LNA Skin Health Clinic, dr Trina Yulianti, menuturkan bahwa penyebab biang keringat pada anak-anak adalah banyaknya keringat yang keluar karena udara panas atau karena sedang banyak aktivitas. Bisa juga terjadi karena penggunaan pakaian, seperti pakaian yang dikenakan tidak menyerap keringat atau terlalu ketatnya pakaian.

“Mandi yang tidak teratur atau kebiasaan memakaikan bedak pada tubuh anak atau bayi secara berlebihan juga memicu timbulnya biang keringat. Jadi, dalam menggunakan bedak, jangan berlebihan, secukupnya saja,” sebutnya.

Trina menuturkan, biang keringat banyak terjadi pada orangorang yang tinggal di negara tropis dengan kelembapan tinggi. Lain dengan Arab Saudi yang merupakan negara tropis, tetapi memiliki kelembapan yang rendah sehingga orang di sana jarang berkeringat.

“Anak dan bayi yang mengalami hal ini, biasanya akan menjadi gelisah saat tidur karena gatal atau terasa panas, dapat juga lecet karena garukannya,” tutur Trina.

Salah satu fungsi kulit adalah menjaga suhu badan. Saat suhu panas, kelenjar keringat beraktivitas yang ditandai dengan mengeluarkan keringat sehingga suhu tubuh tetap terjaga.

Menurut dr Fredy, untuk itu, saat anak mengalami biang keringat, segera atasi dengan beberapa cara, seperti mengurangi produksi keringat berlebihan, misalnya dengan menyejukkan ruangan, memakai bedak yang mengandung desinfektan atau bedak penyejuk dan penghilang rasa gatal.

“Memakai lotion yang mengandung kortikosteroid dan memberikan antibiotik krim atau oral bisa dilakukan, terutama bila biang keringat telah menyebabkan infeksi,” saran Ferdy.

Bila si kecil sudah menunjukkan tanda-tanda infeksi dan semakin rewel, maka segera bawa ke dokter untuk menghindari dampak buruk karena biang keringat.
(Koran SI/Koran SI/tty)
Share
Berita Terkait: keluarga