Semua anak yang lahir ke dunia itu dalam keadaan sama, belum bisa apa-apa. Bagai selembar kertas putih, yang membedakan nantinya adalah tangan-tangan yang menulis di atas kertas tersebut.
Jadi, ketika seorang anak menjadi nakal, itu adalah akibat dari orang-orang di sekelilingnya. Bisa dari orang tua, lingkungan sekitar, tontonan TV atau media lain. Karena apa yang dilihat, didengar oleh anak, semuanya akan diserap oleh anak.

Anak kecil sebenarnya sudah tahu dan bisa memilih loh...
Misalnya seperti ini, suatu hari terjadi percakapan aku dengan anakku:
"Mba Ama white, mama black, " kata Salma sambil membandingkan warna kulit dia dengan kulitku.
"Mba Ama cantik, mama jelek," katanya sambil melihat muka mamanya.
Aku cuma bengong, heran, anak seumur dia sudah bisa memilih mana yang menurut dia lebih baik.

Ketika anak sedang mengerjakan tugas sekolah, PR (homework) misalnya, dan anak merasa kesulitan mengerjakannya, mana yang lebih sering Anda ucapkan kepada anak?
(a). dasar anak bodoh, soal begitu saja tidak bisa mengerjakan.
atau
(b). sayang, mama percaya kakak bisa mengerjakannya. Coba dihitung lagi atau (kalau pelajaran selain berhitung), coba dicari lagi dibuku teksnya.

Kalimat (b) tentu akan terasa lebih enak didengar oleh anak, daripada kalimat (a). Walaupun anak belum tentu bisa mengerjakan PR-nya, tapi berkat dorongan kita anak akan termotivasi untuk mencari tahu jawabannya, dan harapan kedepannya anak akan belajar lebih tekun lagi.

Ucapan kita ke anak-anak adalah do'a kita, sugesti kita untuk mereka. Jadi sebisa mungkin, ucapkanlah kata-kata yang baik untuk anak-anak.
"Tapi kadang anak-anak itu menjengkelkan". "Iya, tapi itulah proses, anak-anak masih belajar dan kita memang harus bersabar dalam membimbing mereka."

Bagaimana kalau anak itu aktif sekali?
Hal yang wajar apabila seorang anak itu aktif, bergerak kesana-kemari, tapi perlu diperhatikan aktifnya itu yang bagaimana.

1. Anak hiperaktif aktif
Adalah anak yang selalu bergerak tanpa merasa kelelahan dan ia akan merasa gelisah bila tidak bergerak. Umumnya ia akan terus bergerak bahkan baru berhenti bila ia mengalami trauma/luka. Yang penting diperhatikan adalah anak dengan kondisi seperti ini, dia tidak memperhatikan atau mengabaikan perintah yang ditujukan kepadanya, tampak tidak memperdulikan meskipun mungkin saja memberikan sedikit respon pada perintah atau sapaan yang ditujukan kepadanya. Anak hiperaktif cenderung membutuhkan obat untuk mengurangi kondisi hiperaktif tersebut.

2. Anak autis
Anak autis adalah anak yang lebih senang sendirian, tidak memberikan kontak mata kepada lawan bicara, bahkan terkadang terkesan seperti mengalami ketulian. Anak autis sedikit bicara atau tidak pernah mengeluarkan kata kata, perhatiannya lebih tertuju pada satu hal saja. Ia senang melakukan gerakan yang monoton atau berputar putar. Namun hal ini harus diperhatikan dengan sangat seksama. Anak yang pendiam belum tentu autis, tapi mungkin saja ia masuk golongan anak berbakat.

3. Anak aktif tapi berbakat
Anak yang aktif namun berbakat biasanya juga menunjukkan gejala yang sama dengan anak yang hiperaktif, namun dengan pendekatan psikologis dan terapi perilaku kondisnya akan membaik.
Jadi selama anak masih merespon dan ada kontak mata dengan lawan bicara, kita tidak perlu khawatir.

4. Anak aktif bertanya
Ada anak yang senang mengeksplorasi, rasa ingin tahu yang tinggi, banyak bertanya dan seakan tiada habisnya. Bahkan mungkin sebagai orang tua, kita sampai kebingungan menjawabnya. Berikan jawaban atau pengertian yang benar ke anak-anak karena jawaban itu akan terekam dalam memory mereka hingga dewasa.
Ketika orang tua/orang di sekitarnya memberikan jawaban yang salah, maka anakpun akan mengingat jawaban itu hingga dewasa. Contohnya, ada komentar masuk di blog ini pada artikel beberapa waktu lalu yang mengungkapkan hal ini.


Kegiatan apa yang cocok untuk anak-anak?
Belajar. Gak mungkin kan anak-anak disuruh kerja? hehe....
Untuk anak yang sudah bersekolah pasti sudah penuh dengan jadwal sekolahnya. Pulang sekolah juga pasti ada tugas-tugas yang harus dikerjakan. Kegiatan ekstra sekolah, mungkin juga ada les tambahan, mengaji dan lain-lain. Anak-anak sekarang, waktu bermainnya sangat sedikit.

Untuk anak yang belum bersekolah, apa yang cocok buat mereka? Belajar juga, tapi belajar sambil bermain. Anak usia 4 tahun biasanya sudah sekolah, sudah masuk play group. Nah untuk anak dibawah usia 4 tahun, Anda bisa membimbingnya dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar kita. Membimbing loh...itu artinya kita terlibat didalamnya, ikut bermain, ngobrol bareng anak, membacakan cerita dan lain-lain.
Dengan benda-benda yang ada di sekitar kita hal yang paling mudah adalah pelajaran berhitung.
Mengenal warna, bisa menggunakan mainannya, atau dari buku. Buku untuk anak-anak biasanya full color kan? Nah manfaatkan warna-warna di buku itu untuk mengenalkan macam-macam warna ke anak.
Menyanyi. Bisa kita stelkan CD/DVD lagu anak-anak. Anak-anak pasti akan lebih cepat menghafalnya. Atau bisa juga distelkan saat di perjalanan pakai mobil. Untuk sementara, yang dewasa mengalah dululah, nyetelnya lagu anak-anak dulu. Dengan demikian, anak akan mudah menghafal, perjalanan juga menyenangkan buat anak.

Bagaimana kalau anak-anak meniru apa yang kita lakukan/kerjakan?
Ya itulah anak-anak, mereka ingin tahu, ingin bisa juga mengerjakan hal tersebut.
Bagaimana kalau anak-anak menirukan ucapan kita? merekam ucapan kita?
Ya itulah anak-anak, mereka masih dalam proses belajar.

Bagaimana kalau anak-anak nakal?
Anak-anak mungkin aktif bukan nakal, itu artinya anak minta perhatian kita sebagai orang tuanya. Jangan sampai seorang pembantu lebih tahu perkembangan buah hati kita daripada orang tuanya sendiri. Janganlah kita memenuhi hari-harinya dengan kegiatan yang berat buat anak, jangan penuhi jadwal setiap harinya hingga merenggut waktu bermainnya. Biarkan ia menikmati masa kanak-kanaknya, yang takkan terulang.

Bagaimana kalau anak itu aktif dan kreatif?
Arahkan anak yang kreatif agar kreatif ke hal yang positif. Misalnya anak suka menggambar, agar tidak coret-coret di tembok, belikan dia kertas gambar dan alat menggambarnya.

Untuk seorang pembaca yang kemarin menanyakan hal ini lewat cbox, terima kasih banyak. Maaf kalau jawabannya kurang berkenan, karena saya yakin tiap orang tua punya cara tersendiri dalam mendidik dan membimbing putra-putrinya. Semoga putranya sekarang sudah tidak nakal lagi.

Untuk semua pembaca, saya mohon maaf kalau banyak yang tidak berkenan dengan tulisan di atas, karena saya juga masih belajar menjadi orang tua bagi anak-anak saya. Dan, hal-hal seperti ini tentu berubah-ubah, banyak yang berbeda pendapat, berbeda dengan ilmu pasti yang 1+1=2.

Semoga bermanfaat!