Cara Gampang Membantu Anak Mengembangkan Empati, Keramahan, dan Tanggung Jawab Kepada Orang Lain

Ketika membongkar peti lama, anak perempuan saya, Nadja, menemukan boneka beruang yang dulu pernah menemani saya sewaktu masih kanak-kanak. “Koq, bulu-bulunya nggak ada?” tanyanya. Belum sempat saya menjawab, ia mengejar dengan pertanyaan lain, “Matanya kemana?” Saya menjelaskan kalau anjing sepupu saya pernah menggigiti boneka Teddy itu ketika saya masih seumuran dengannya. Ia terperanjat.

Dengan cepat ia mencium bagian di mana seharusnya mata Teddy berada. Lalu ia mengulang cerita saya kepada kakaknya, Vishnu. “Kita harus memperbaiki Teddy,” ia mengajak kakaknya.

Anda tentu pernah punya pengalaman serupa yang menunjukkan betapa anak-anak sudah dibekali Tuhan kemampuan untuk menyayangi dan peduli pada makhluk lain. Boleh jadi karena tubuh mereka sama kecilnya, anak-anak dengan mudah mengidentifikasi dirinya dengan boneka, sesama anak kecil, hewan peliharaan, dan kaum yang lemah.

Masalahnya, empati ini juga harus bersaing dengan aneka perkembangan lainnya, termasuk kemampuan mereka yang masih terbatas dalam mengontrol impuls. Karena itu, walau ia sangat menyayangi kucing peliharaannya, kadang-kadang ia juga menarik-narik ekor kucing itu. Lagi pula, anak-anak masih mementingkan kebutuhan mereka. Itulah sebabnya ia masih sulit membolehkan temannya meminjam mobil-mobilannya.

Sebagai orangtua kita setiap hari harus menghadapi dunia nyata yang seringkali kasar dan kejam. Karena itulah sangat penting mendidik anak-anak menjadi pribadi yang bisa mengerti dan ramah kepada orang lain.

Bukan berarti kita harus menguliahi anak atau langsung mengajaknya ke panti asuhan atau perkampungan kumuh. Cukup dari kehidupan sehari-hari di rumah: bagaimana cara Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, bagaimana Anda menyelesaikan konflik ketika anak-anak bermain dengan teman-temannya di taman, bagaimana Anda mengembangkan kemampuannya untuk memahami dan memikirkan orang lain.

Tentu saja, temperamen juga memainkan peran tak kalah pentingnya. Ada anak yang secara alamiah mudah tersentuh pada kesulitan dan perasaan orang lain, sementara anak lainnya cenderung memikirkan diri sendiri belaka. Seperti apa pun temperamen anak, Anda sangat bisa mempengaruhi empatinya. DB