Yoga, yang berasal dari kebudayaan India kuno, memiliki banyak kegunaan. Misalnya untuk menjaga kesehatan, melangsingkan tubuh, sebagai alternatif olahraga, dan sebagainya. Yoga juga bisa membantu pencegahan penyakit atau membuang stres. “Ini yang membuat yoga menarik. Bedanya lagi, yoga tak hanya mengurusi aspek fisik saja, melainkan juga organ tubuh lain. Jadi, istilahnya luar-dalam,” ujar Mony Suriany , pemilik Bikram Yoga Jakarta .

Salah satu contohnya, latihan pernapasan pada yoga yang bisa membantu kesehatan organ paru-paru. Atau, aspek kardio pada gerakan yoga yang bisa membantu kesehatan jantung. “Orang tidak perlu berlari, melompat-lompat, atau melakukan high impact exercise untuk berlatih kardio. Selain itu, yoga juga membantu menjaga dan memperbaiki pencernaan serta kelenjar tubuh,” lanjut Mony.

Secara umum, prinsip gerakan yoga sama saja, meskipun ada banyak “aliran” atau “school of thought ” yoga di seluruh dunia. “Gerakan dasarnya sama, yang membedakan adalah komposisi dan cara memadukan gerakannya,” ujar Mony.

Suasana Bermain
Kini, selain yoga bagi orang dewasa, juga banyak dibuka kelas yoga bagi anak-anak, dengan rentang usia 4-6 tahun, 7-10 tahun, dan seterusnya. Yang harus diperhatikan, jarak usia anak dalam satu kelas sebaiknya jangan terlalu jauh. Misalnya, anak usia 4 tahun sebaiknya tidak digabung dengan anak usia 10 tahun. “Soalnya, kalau gap usia terlalu jauh dicampur, kadang-kadang anak yang lebih besar enggan bergabung dengan anak-anak yang lebih kecil. Atau, anak yang lebih kecil tidak bisa menerima materi untuk anak 10 tahun,” ujar Mony.

Fungsi dasar yoga untuk anak sendiri sebetulnya sama dengan yoga bagi orang dewasa. Misalnya, aspek gerakan pernapasan yang juga diberikan pada yoga anak. Atau, gerakan meditasi yang juga diberikan pada anak.

Yang berbeda adalah cara pengajarannya dan proporsinya. “Pada kelas yoga anak dibuat alternatif. Guidelines atau kurikulum tetap ada, tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak. Misalnya pada anak-anak yang usianya lebih muda, guru harus mengikuti mood anak. Kalau memaksakan materi, sementara anak tidak mood juga, kan, percuma.”

Prinsipnya, yoga untuk anak, khususnya anak-anak yang lebih muda, diberikan dalam suasana bermain. Kelas harus dinamis mengikuti mood anak, ada tema khusus, ada unsur bernyanyi, games , dan yang juga penting, ada unsur pendidikannya. “Kurikulum pasti ada, tapi kita masukin lewat temanya. Misalnya tema “Sea ,” “Alam,” “Hutan,” “Pekerjaan,” “Binatang,” dan sebagainya. Atau, lewat nyanyian sambil atau menirukan gerakan. Bisa juga dengan gaya (pose) tertentu. “Pelan-pelan, kita kenalkan gerakan yoga (yoga pose ) dalam konsep game atau cerita tersebut,” jelas Mony.

Pada saat tema “Hutan,” misalnya. Anak diminta menirukan gerakan monyet, ular, dan sebagainya. Atau pada tema mengenai “Pekerjaan,” misalnya. “Ayah kamu pekerjaannya apa? Oh, pekerjaannya di hutan. Lalu, anak diminta mencoba menirukan gaya pohon.” Guru juga harus memacu anak supaya berpikir dan berkreasi.

Misalnya ketika tema “Fly ,” anak diminta melakukan gerakan terbang. “Kita pacu mereka misalnya dengan, ‘Oh kalau pohon itu banyak cabangnya. Bentuknya seperti ini, dan sebagainya.’ Lalu anak diminta menirukan gaya yang bermacam-macam tadi. Kalau kelihatan anak sudah bosan, guru harus pintar membaca situasi dan mencari tema lain,” lanjut Mony.

Beda Goal-nya
Meski kesannya “cuma” bermain, namun gerakan-gerakan yoga dimasukkan sedikit demi sedikit. Misalnya, menahan gerakan selama beberapa hitungan. Anak melakukan satu gerakan dan diminta menahan gerakan tersebut selama beberapa detik, sesuai dengan usianya. Gerakan meditasi yang paling dasar pun diberikan pada anak-anak. “Misalnya, anak-anak disuruh duduk, belajar untuk mendengarkan napas mereka sendiri, atau sekedar relaks. Ini sudah menanamkan meditasi yang simple ,” jelas Mony.

Jika pada yoga dewasa, murid harus mengikuti guru, maka di kelas yoga anak, guru harus engaged supaya anak punya pendapat. Namun, pada anak yang lebih besar, guru harus ikut berperan. “Anak yang sudah lebih besar sudah mulai diarahkan ke kelas dewasa, misalnya tidak boleh terlalu banyak omong, harus mengikuti perintah guru, dan sebagainya.”

Pada anak, goal -nya berbeda dengan goal orang dewasa. Misalnya, pada orang dewasa goal -nya mau melangsingkan tubuh. “Pada anak, yang pasti tujuannya adalah interaksi fisikal. Anak-anak sekarang kan, mainnya lebih banyak diam di rumah, tidak ada interaksi fisik dengan teman atau lingkungannya. Nah, dengan yoga anak, kita menciptakan media dimana anak-anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya dan lingkungannya melalui yoga.”

Jadi, anak-anak tidak cuma duduk, tetapi ada interaksi fisik dan sosial, ada kreativitas, sambil berolahraga. “Ini akan membuat mereka lebih disiplin, selain juga menanamkan konsep mencintai sesama, lingkungan, dan sebagainya,” lanjut Mony sambil menambahkan, tidak ada persiapan khusus bagi anak-anak sebelum memulai kelas yoga. “Yang penting jangan terlalu kenyang. Harus banyak minum juga, karena latihan yoga akan menguras tenaga anak-anak.

Baik Bagi Si Hiperaktif
Yoga ternyata juga bisa membantu anak-anak yang hiperaktif, atau autistic. Pasalnya, dengan yoga, anak-anak ini dimasukkan ke dalam kelompok. “Mereka harus berinteraksi satu sama lain, tetapi tidak terlalu banyak, jadi masih punya space. Anak-anak ini diberi beri forum untuk berkreasi, berpendapat, sehingga tidak terlalu intimidated ,”jelas Mony.

Gerakan gerakan atau pose pada yoga juga melatih anak-anak tesebut untuk menahan gerakan selama beberapa saat dan harus berkonsentrasi. “Ini baik bagi anak-anak hiperaktif, karena melatih fokus. Selain itu, latihan gerakan melalui lagu atau games juga membuat mereka mau melakukannya.

“Nah, karena ada lagu, gerakan tidak rumit, dan interesting, maka anak-anak ini akan enjoy ketika melakukannya. Ini akan membantu mengurangi hiperaktivitas mereka,” lanjutnya.