Program imunisasi pada anakanak memiliki tantangan tersendiri yang berbeda dengan program imunisasi pada orang dewasa. Tantangan tersebut di antaranya upaya meningkatkan cakupan, meningkatkan pemenuhan, meningkatkan keamanan, dan mengoptimalkan efektivitas imunisasi. Sebenarnya, tantangan tersebut mengikuti kecenderungan perkembangan ilmu vaksin terkini. Perkembangan vaksin terkini di seluruh dunia terdiri dari tiga kecenderungan; pertama, mencari vaksin yang lebih murni, lebih aman, dan lebih efektif; kedua, jumlah vaksin yang meningkat, termasuk program imunisasi rutin; ketiga, meningkatnya penggunaan vaksin kombinasi yang canggih yang menghantarkan lebih banyak vaksin dengan lebih sedikit suntikan.

Berdasarkan perkembangannya, vaksin kombinasi mulai dikenal pada 1949, ketika vaksin yang berisi Dipteri Tetanus dan Pertusis (DTP) pertama kali diluncurkan. Seiring penelitian dalam bidang vaksin yang terus berjalan, penemuan kombinasi vaksin baru juga terus bermunculan sehingga dikenallah beberapa vaksin kombinasi seperti DTPIPV (1959), Measles Mump Rubella (1971), dan yang terakhir Pneumo 23 (1983). Keuntungan penggunaan vaksin kombinasi, seperti telah sedikit disinggung di atas, meliputi dua aspek, yakni bagi vaksin sendiri untuk mengurangi sejumlah suntikan yang membuat anakanak atau orang tua tertekan. Selain itu, bagi dokter juga mengurangi jumlah suntikan yang artinya lebih menghemat waktu. Dilihat dari sisi lain, bila anak lebih sering datang ke klinik untuk melakukan vaksinasi maka kemungkinan beberapa vaksinasi terlambat atau terlewat cukup besar. Demikian disampaikan Prof. DR. Dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K), dalam acara PKB Malang di Hotel Santika, Malang, 14-15 November 2009.

Masih membahas tentang keuntungan vaksin kombinasi, Prof. Sri mengatakan bahwa dilihat dari segi cost effectiveness, vaksin kombinasi lebih unggul. “Meski bila dilihat dari harga, vaksin kombinasi baru lebih mahal dibandingkan dengan vaksin terpisah untuk penyakit yang sama, sebenarnya vaksin kombinasi baru menghasilkan nilai ekonomi yang lebih baik dilihat dari biaya langsung dan tak langsung atas injeksi yang lebih banyak, vaksinasi yang terlambat atau terlewat, dan pertimbangan tambahan biaya untuk penanganan serta penyimpanan vaksin individu.”

Pemberian vaksin kombinasi pada anak-anak bukan sematamata pertimbangan staf medis, namun hal ini dilakukan berdasarkan rekomendasi dari komite imunisasi Amerika Serikat. “The Advisory Committee on Immunisation Practices (ACIP) di Amerika Serikat merekomendasikan bahwa vaksin kombinasi yang memberikan perlindungan efektif atas sejumlah penyakit dengan injeksi tunggal dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi secara tepat waktu. Pernyataan ini dimuat dalam Centers for Disease Control and Prevention, MMWR, 1999,” demikian ungkap Prof. Sri meyakinkan.

Percepatan perkembangan vaksin anak-anak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan medis, sebagaimana jumlah vaksin yang terus meningkat. Konsekuensinya, sejumlah injeksi diperlukan. Kecenderungan ini sepertinya akan terus berlanjut dan vaksin kombinasi berperan penting dalam memudahkan masuknya vaksin baru ke dalam program imunisasi anak-anak. Lebih lanjut, Prof. Sri menyatakan bahwa untuk membatasi kemungkinan maraknya vaksin kombinasi, dibuat persyaratan khusus untuk mengembangkan vaksin kombinasi. Persyaratan tersebut meliputi produk harus stabil selama 1824 bulan, setiap komponen vaksin harus direkomendasikan untuk diberikan pada usia yang sama, efek samping lokal dan sistemik harus pada tingkat yang dapat diterima, respons imun untuk setiap komponen harus pada tingkatan protektif, interaksi imunilogik harus dapat diterima, dan produk harus didesain sedemikian rupa agar mudah digunakan, demikian Prof. Sri menjelaskan secara rinci.

Salah satu vaksin kombinasi yang telah melewati uji klinis adalah DpaT-Hib/IPV. Vaksin dengan nama dagang Pediacel ini mempengaruhi seroproteksi yang tinggi setelah seri utama dan dosis ulangan. Imunogenisitas yang tinggi terhadap Hib dicapai dengan acP dan vaksin Hib diberikan secara terpisah atau kombinasi dalam Pediacel. Vaksin kombinasi ini juga memberikan perlindungan Hib yang berkelanjutan sampai 18 bulan, di mana pada usia tersebut direkomendasikan untuk mendapatkan dosis ulangan. Hib yang dikombinasikan dengan DT5acP efektif mencegah munculnya kembali penyakit Hib. Selain itu, vaksin pertusis aselular menunjukkan efikasi perlindungan yang sama dengan vaksin whole-cell dan IPV mempengaruhi seroproteksi terhadap keseluruhan tiga serotipe setinggi OPV. Yang terpenting adalah Pediacel dapat ditoleransi dengan baik. (hidayati)
sumber jurnalmedika.com