Banyak cara yang sudah diterapkan, diolesi sesuatu, diberi plester, diiming-imingi seseuatu, ditarik paksa, diberi empeng tapi belum berhasil juga ?
Mungkin cara bapak yang satu ini bisa diterapkan. Terima kasih sebelumnya untuk Pak Firin, ayah Adis dan Dara di Jogja, saran bapak menarik sekali.

Sekedar sharing tentang ngemut jempol by: Mustaqfirin

Anak saya yang pertama, ngemut jempol sampai usia 2 tahun 6 bulan. Berbagai cara juga sudah kami coba mulai dari jamu, balsem, plester, ditarik paksa begitu jempol masuk mulut, diiming-imingi hadiah, tapi semuanya gagal.

Ada satu buku yang direkomendasikan teman, judulnya 36 kiat mendidik anak menjadi bahagia. Di buku itu saya baca bahwa semakin kita memperhatikan suatu perilaku negatif anak, semakin menarik jadinya perilaku itu bagi anak. Jadi semakin kita hukum perilaku ngemut jempol atau semakin kita perhatikan dengan ngiming-ngimingi hadiah, maka perilaku itu akan jadi semakin menarik bagi anak. Dia akan berpikir, “Kenapa sih orang tuaku ribut dengan urusan ini, berarti ada apa-apa nih…” kira-kira kayak gitu. Akibatnya, kalau dihukum, dia akan mencuri-curi ngemut jempol terus. DI buku tersebut dijelaskan bahwa perilaku ngemut jempol adalah indikasi adanya rasa tidak aman dalam diri anak. Saya dan istri sempat shock karena kami merasa tidak pernah menghukum, tidak pernah memarahi, pokoknya tidak pernah memberikan perlakuan negatif kepada anak.

Dari sumber lain saya belajar bahwa rasa aman tersebut tidak melulu salah orang tua, bisa jadi anak membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar (bisa teman, tetangga, dll). Saran di buku itu, untuk menghilangkan jempol adalah dengan dialihkan pada aktivitas lain yang lebih menarik, sehingga anak menemukan bahwa banyak hal lain yang lebih menarik dari pada jari-jarinya masuk ke mulut.

Nha, ini kami terapkan, efektif ketika anak tidak sedang mau tidur. Namun ketika mau tidur, hal ini tidak efektif.

Saya dan istri memutar otak, tanya ke sana kemari, sampai akhirnya di sebuah seminar (seminar bisnis :<), ada pembicara yang berbagi tips, yaitu dengan mencari apa yang paling disukai anak, dan hal itu digunakan untuk merubah perilaku anak.

Setelah dapat tips itu, saya sadar bahwa dulu iming-iming hadiah yang saya tawarkan ke anak bukanlah hal yang paling dia inginkan. Selama beberapa hari kami mengajak anak untuk berkeliling dari mall ke mall, dari toko satu ke toko yang lain. Yang saya tunggu adalah keluarnya kalimat “Ayah, Adis mau dibelikan ini…”.

Nha, saat itu datang ketika di sebuah toko bedding accessories, anak saya ingin dibelikan bed cover bergambar Dora. Langsung saya sambut, “OK, boleh… harganya kan 250rb, mbak Adis akan ayah belikan bed cover ini kalau tidak ngemut jempol selama seminggu. Gimana?” Anak saya antusias sekali, tapi saya katakan, kalau belum seminggu sudah ngemut jempol lagi, hitungannya diulang dari awal.

Sesampainya di rumah saya buatkan 7 kotak diatas selembar kertas bekas, saya tempel di depan kamar tidurnya. Setiap pagi setelah bangun tidur dan satu hari sebelumnya dia tidak ngemut jempol, maka dia menorehkan satu tanda silang di satu kotak.

Percobaan pertama dia ngemut jempol lagi pas mau tidur di hari ketiga. Pagi harinya, saya katakan bahwa dia ngemut jempol jadi harus diulang dari 7 kotak yang pertama lagi. Minggu kedua dia gagal di hari keenam, dan dia sudah mulai putus asa. “Ya sudahlah yah, nggak usah beli bed cover juga nggak papa”. Sorenya saya ajak dia ke toko itu lagi, dan saya minta dia memilih warnanya. Dia memilih warna pink, dan saya bilang ke pemilik toko, “Tante Nina, nanti kalau Adis sudah tidak ngemut jempol seminggu, bed cover dora yang warna pink ini akan dibeli Adis ya…” Anak saya sengaja saya buat untuk mendengar percakapan tersebut. Dan pemilik toko mengerti maksud saya, dan memberi semangat kepada anak saya.

Minggu ketiga dia berhasil tidak ngemut jempol seminggu, dan saya angkat tilpon, saya bilang ke anak saya, “Sekarang tilpun tante Nina, bilang kalau Adis jadi ngambil bed cover dora warna pink.” Dengan bangga, anak saya bicara dengan pemilik toko, dan pemilik toko diseberang memberi ucapan selamat kepadanya.

Sejak saat itu, dia lupa dengan kebiasaan ngemut jempolnya.

Semoga bermanfaat.
Firin, ayah Adis dan Dara di Jogja