Ketika Anda mendapati buah hati Anda menjadi hobi memasukkan benda ke mulut dan selalu mencari sesuatu –atau seseorang– untuk digigiti, inilah salah satu alarm yang membawa naluri Anda untuk meraba gusinya. Jika Anda merasakan ada gusi yang bengkak atau permukaannya tidak rata, maka bayi Anda positif sedang tumbuh gigi. Gejala lain yang amat awam dikenali pada anak yang sedang tumbuh gigi adalah menetesnya air liur dalam jumlah banyak dari mulut, sering disebut “ngeces”. Selama proses pertumbuhan gigi, produksi air liur memang meningkat dan bayi belum bisa mengendalikannya. Tetesan air liur ini dapat mengakibatkan ruam di sekitar bibir dan dagu bayi. Itu terjadi karena daerah mulut selalu lembab, ditambah gesekan dengan alas tidur (sprei atau sarung bantal). Untuk mengatasinya, pakaikan slabber pada bayi atau letakkan kain lembut untuk melapisi sprei. Pastikan area mulut dan dagu senantiasa kering.

Di samping mengalir dari mulut, air liur yang berlebih juga keluar lewat tenggorokan, sehingga tak jarang bayi menjadi muntah dan batuk. Air liur ini juga dibuang lewat anus. Itulah sebabnya saat bayi tumbuh gigi ia akan mengalami diare. Pengeluaran feses cair terjadi pada puncak proses pertumbuhan gigi dan berangsur-angsur sembuh saat gigi sudah muncul.
Selain itu, saat tumbuh gigi anak akan mengalami demam ringan (tidak lebih dari 38.8°C) yang dapat ditangani tanpa perlu kunjungan ke dokter atau obat-obatan berlebihan. Jika Anda khawatir demamnya bukan karena tumbuh gigi, lihat kondisi anak. Saat sedang tumbuh gigi, anak tidak terlihat seperti orang sakit (lemas, mata sayu/cekung) meski suhu tubuhnya naik.

Proses tumbuh gigi hampir sama dengan sakit telinga. Anak suka menarik-narik telinga, karena ia mengira sakit yang dirasakannya datang dari telinga. Bedanya dengan anak yang tumbuh gigi, anak yang sedang sakit telinga lebih banyak berbaring dan ada gejala penyerta seperti pilek.