Sungguh mulia perjuangannya......
Tradisi memberikan santan mentah saat bayi baru keluar dari rahim ibu sudah turun temurun dalam masyarakat Dayak Kalimantan Tengah. Bidan Asiwei E. Tigoi harus berjuang keras mengubah tradisi bayi minum santan menjadi minum Air Susu Ibu (ASI).

Dari sekian banyak kelahiran di sekitar Sungai Kahayan, Palangkaraya, hanya ada 30 persen ibu yang mengaku memberikan ASI dalam 1 jam pasca kelahiran, sedangkan sisanya memberikan cairan santan, kopi atau madu.

Melihat kenyataan ini, bidan Asiwei yang sudah mengabdi menjadi bidan sejak 22 tahun, ingin mengubah kepercayaan dan tradisi masyarakat yang bisa membahayakan bayi tersebut.

Kondisi pemukiman sekitar Sungai Kahayan yang sulit diakses pun tidak menghalangi semangat bidan Asiwei untuk mengunjungi dan memberikan penyuluhan ke setiap rumah pasien.

"Adat Dayak mengajarkan setiap ibu wajib memberikan air santan mentah kepada bayinya yang baru lahir karena diyakini baik untuk kesehatan," jelas bidan Asiwei E Tigoi dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah, salah satu finalis Srikandi Award 2010 untuk kategori MDGs 4, di Crowne Plaza Hotel, Jakarta, Senin (20/12/2010).

Menurut bidan Asiwei, ibu-ibu di Palangkaraya mempercayai tradisi dari nenek moyang bahwa memberi santan mentah pada bayi yang baru lahir dapat membersihkan bayi dan berguna untuk kesehatan karena sifat santan sebagai pencahar alami.

"Kita kan tahu ASI itu makanan terbaik untuk bayi, lagi pula memberi santan pada bayi yang baru lahir bisa membahayakan pencernaan bayi, bisa bikin mencret atau bahkan lebih parah lagi bisa menyebabkan kematian bayi. Tetapi ketika saya memberitahu seperti itu, saya malah ditentang banyak orang. Katanya saya melawan tradisi, karena itu sudah tradisi turun menurun dari nenek moyang," jelas bidan Asiwei.

Bidan Asiwei yang merupakan orang asli Kalimantan dan juga korban tradisi air santan mengaku ingin mengubah kepercayaan yang ada di daerahnya. Ia ingin masyarakat tahu bahwa memberi air santan dapat membahayakan nyawa bayi, terlebih lagi bila bayi tersebut baru saja dilahirkan.

Menurut bidan Asiwei, ibu-ibu yang ia beritahu banyak yang beralasan 'memberi air santan itu sudah tradisi dari dulu. Dari dulu juga sudah seperti ini, nyatanya juga pada hidup sampai nenek-nenek'.

"Ya memang hidup itu sudah urusan Tuhan, tapi kan kasihan kalau bayi yang baru lahir sudah di kasih air santan, mentah lagi. Itu kan lemak, kasihan perutnya," lanjut bidan Asiwei yang bercerita dengan penuh semangat.

Dalam menjalankan programnya, bidan Asiwei juga melakukan pendekatan kepada keluarga dan tokoh masyarakat, pemantauan kesehatan di daerah yang sulit diakses, kunjungan dari rumah ke rumah, serta kelas ibu hamil.

Hasilnya, setelah 6 bulan program dijalankan sepanjang tahun 2009, pencapaian ASI Eksklusif mencapai 43 persen setelah sebelumnya hanya di angka 34 persen.

Hasil lain dari programnya, dengan melakukan pendekatan ke masyarakat. Alhasil, kebiasaan pemberian cairan santan dan lainnya oleh warga menjadi berkurang.

Kunjungan bidan Asiwei dari rumah ke rumah juga memberikan kesempatan bagi ibu dan anak yang tinggal di lokasi yang sulit dijangkau untuk tetap mendapatkan pelayanan kesehatan pra dan pasca kelahiran.

Pemberian ASI Eksklusif terus digalakkan karena bisa meningkatkan kesehatan dan mengurangi kematian bayi. "Tingkat pemberian ASI eksklusif di Kalimantan Tengah memang masih rendah, lalu kita cari penyebabnya. Ternyata tradisi memberi santan mentah pada bayi baru lahir yang turun menurun dari nenek moyang itu salah satu penyebabkanya," ungkap bidan Asiwei.