Ciri Anak Disleksia Ketahuan Sebelum Anak Belajar Baca

(Metrogaya) Gejala paling umum pada penyandang disleksia adalah kesulitan membaca dan mengeja. Namun gejala ini bisa dikenali sebelum anak belajar membaca, agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Berbeda dengan gangguan belajar biasa, kesulitan mengeja pada penyandang disleksia bukan disebabkan oleh kurangnya kecerdasan. Gangguan ini merupakan kelainan genetik yang dialami individu dengan Intelegency Quotient (IQ) normal atau bahkan di atas rata-rata.
Karena sering terlambat diketahui, disleksia banyak memberi dampak pada masalah belajar di sekolah. Selain nilainya merosot, tak jarang penyandang disleksia mengalami tekanan psikologis karena tidak percaya diri atau bahkan menjadi korban bullying (kekerasan) dari teman-teman sekolahnya.
"Disleksia biasanya diketahui pada usia 7 tahun, ditandai dengan merosotnya prestasi belajar. Padahal dampaknya bisa dikurangi jika terdeteksi pada usia prasekolah, saat anak belum mulai belajar membaca," ungkap dr Purboyo Solek, SpA (K) dalam pembukaan Simposium Nasional Dyslexia Awareness, di Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta. Menurur dr Purboyo, beberapa tanda bisa dikenali sebagai gejala awal disleksia pada anak diantaranya adalah:
1. Kesulitan membedakan sisi kanan dan kiri yang dialami saat anak berusia 3 tahun
2. Bisa juga dari cara si anak bertutur atau menceritakan pengalaman.

"Coba ditanya, 'bagaimana tadi di sekolah?' Kalau jawabnya 'ya, pokoknya gitu deh' maka orang tua perlu waspada," tambah dr Purboyo.

Dalam kesempatan yang sama, dr Kristiantini Dewi, SpA menambahkan beberapa gejala disleksia yang bisa dikenali pada anak sesuai tahapan usia perkembangannya.
Beberapa gejala yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Prasekolah:
1. Kidal atau tidak terampil jika hanya menggunakan 1 tangan saja
2. Bingung membedakan sisi kanan dan kiri
3. Grusa-grusu atau tidak melakukan sesuatu tanpa terorganisir
4. Miskin kosa kata, banyak menggunakan kata ganti 'ini-itu'
5. Kesulitan memilih kosa kata yang tepat, misalnya 'kolam yang tebal' padahal maksudnya 'kolam yang dalam'.
Antara 5-8 tahun
1. Kesulitan mempelajari huruf (bentuk dan bunyinya)
2. Kesulitan menggabungkan huruf menjadi sebuah kata
3. Kesulitan membaca
4. Kesulitan memegang alat tulis

Meski tidak bisa diobati, gangguan ini bisa datasi dengan penanganan yang tepat. dr Purboyo mengatakan ada 2 jenis penanganan untuk disleksia yakni remedial dan akomodasi.

1. Remedial berarti mengulang-ulang materi belajar sampai benar-benar paham. Kadang-kadang pengulangan dilakukan untuk mempelajari kebutuhan penyandang disleksia, terkait cara yang bersangkutan dalam memahami suatu hal.

"Kalau anak normal mudah memahami huruf A dari bentuknya yang demikian, penyandang disleksia belum tentu seperti itu. Cara otak memahami sesuatu bisa berbeda, misalnya A dipahami sebagai sebuah bangun dengan sudut-sudut tertentu," ungkap dr Purboyo.

2. Penanganan akomodasi, yakni memenuhi kebutuhan khusus penyandang disleksia.
dr Purboyo mencontohkan, ujian untuk penyandang disleksia bisa diberikan dengan waktu yang lebih longgar dan soalnya dicetak dengan huruf yang tidak terlalu rapat. (dnx/okz)
Semoga kita dapat belajar dari segala perubahan anak yang baik ataupun yang kurang dimengerti oleh kita.Mari bunda kita terus belajar agar anak kita kelak bisa termasuk orang yang pintar juga....