Pegal dan keputihan yang tampaknya wajar bisa menjadi gejala kanker serviks. Cegah dari sekarang, yuk!

Pegal dan ke­putihan yang tampaknya wajar bisa menjadi gejala kanker serviks. Salah satu cara mencegahnya adalah rutin melakukan papsmear.

“Meski kontrak kerja aku sebagai Duta Kanker Serviks di Yayasan Kanker Indonesia (YKI) berakhir, aku tetap akan mensosialisasikan bahayanya penyakit ini sampai kapanpun,” ujar Sigi Wimala tegas. Sejak didaulat sebagai Duta Kanker Serviks sekitar 4 tahun lalu, Sigi memang tidak pernah absen membicarakan masalah ini, khususnya ke setiap wanita yang ditemuinya.

“Usahakan dalam setiap pembicaraan kita dengan siapapun, berikan 3 menit untuk berbicara tentang bahaya kanker serviks. Dengan informasi (pengetahuan baru, Red.) itu, mereka pasti termotivasi untuk mengatakannya kepada wanita lain. Dengan begitu mereka juga sudah menjadi duta kanker serviks dan membantu banyak wanita di dunia ini,” tambahnya saat ditemui di FX Plaza, Jakarta.

Tahu Belakangan

Tadinya, Sigi tidak tahu-menahu mengenai HPV (Human Papilloma Virus ) dan kanker serviks ini. Padahal ia mengaku sumber informasi seperti internet bisa diaksesnya di mana saja. “Apalagi wanita yang berada di daerah terpencil coba?” ucap Sigi.

Berdasarkan informasi yang didapatnya dari YKI dan Golin Harris, Sigi mengetahui, kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada wanita. Penyakit yang disebabkan HPV ini berkembang di mulut rahim dan seringkali diketahui keberadaannya apabila sudah berada di stadium lanjut (setelah virus tersebut berkembang sekitar 10-20 tahun di mulut rahim). Oleh karena itulah, penyakit ini disebut sebagai silent killer , karena gejalanya yang baru bisa diketahui setelah Si Penderita berada di stadium lanjut.

Waspadai Gejala

Apa saja gejala terkena kanker serviks? Berikut ciri-cirinya:
- Perdarahan pervagina paskasenggama atau spontan di luar haid.
- Keputihan yang berulang, bau, gatal, atau panas.
- Nyeri di panggul, pinggang, dan tungkai.
- Gangguan berkemih dan pembesaran ginjal.
- Nyeri di kandung kemih dan rektum atau anus.
- Penurunan berat badan secara drastis.

Antisipasi Dini

Sebenarnya ada cara yang bisa dilakukan untuk bisa terbebas dari penyakit ini. Yakni sebagai berikut:

1 Tes Pap (Pap smear)

Menurut dr. Yurni Satria, M.Phil., dari Yayasan Kanker Indonesia, pap smear adalah salah satu pemeriksaan untuk melihat apakah terjadi sel-sel abnormal, pra kanker, atau infeksi di leher rahim dengan cara mengambil lendir di leher rahim.

Prosedur pelaksanaannya sendiri sangatlah mudah, cepat, dan tidak menyakitkan. Berikut caranya:
- 1-2 minggu setelah haid, pasien (usia 25-60) bisa datang ke dokter patologi dan anatomi atau bidan untuk melakukan pap smear (terutama wanita usia yang aktif berhubungan seksual).
- 1 hari sebelum pemeriksaan, jangan dulu melakukan hubungan seksual dan mencuci vaginanya dengan sabun, gel, dan lain-lain (cukup dengan air bersih), karena dapat mengacaukan hasil tes.
- Saat pemeriksaan, dokter/bidan akan mengambil pusaktan sel yang berada di batasan antara squamous sel dan kolumnar sel (sel kanker lebih senang berada di batasan itu) dengan Aylesbury spatula atau endocervical brush .
- Lalu pusaktan sel diletakkan dalam gelas objek, dicampur dengan alkohol 70 persen, diberi pewarna, dan dikirim ke laboratoriun patologi dan anatomi.
- Hasil pemeriksaan biasanya akan keluar setelah 1 minggu dan selama itu pun pasien bisa beraktivitas seperti biasa.

Lalu apa yang dilakukan pasien jika pada leher rahimnya ditemukan sel pra kanker? Dokter/bidan pastinya akan langsung melakukan tindakan pengobatan. Untuk menghindar terjangkit dari penyakit ini, ada baiknya tiap wanita memeriksakan dirinya (melakukan pap smear) minimal 1 kali dalam setahun. Jika selama 3 tahun berturut-turut hasilnya normal, secara otomatis dokter akan mengurangi frekuensinya.

2 Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), Kolposkopi, dan Vaksin HPV.

Cara ini bisa dilakukan oleh dokter, bidan, atau paramedik. Alat dan bahan yang digunakan hanyalah speculum vagina, asam asetat 3-5 persen, kapas lidi, dan meja pemeriksaan. Apabila dalam pulasan terjadi perubahan warna asam asetat (bercak putih), kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks.

3 Kolposkopi

Pemeriksaan mulut rahim de­ngan menggunakan kamera pembesar.

4 Vaksin HPV

Yaitu dengan memasukkan serum antibodi ke dalam tubuh. Yang dimasukan adalah bagian dari virus HPV yaitu kulit/cangkang yang telah dipurifikasi dan dilarutkan dalam cairan tertentu sehingga merangsang tubuh untuk memproduksi antibodi atau zat kekebalan tubuh terhadap APV.

Pemberian vaksin dilakukan 3 kali, yakni di bulan 0, kedua, dan keenam (quadrivalent HPV vaksin yang dapat memberikan proteksi HPV tipe 16, 18 dan 6, 11 dari 100 tipe yang ada). Vaksin ini sudah beredar di Indonesia, hanya saja belum masuk dalam program Imunisasi Nasional.

Pencegahan Lebih Efektif

Berikut cara yang diterapkan Sigi untuk mencegah kanker serviks.
- Banyak membaca dan mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya tentang kanker serviks dari mana saja.
- Tidak berganti-ganti pasangan. Setelah menikah, Sigi juga mengedukasi suaminya mengenai hal ini. Jika ia tertular suaminya juga berisiko tertular.