Operasi cesar tampaknya makin jadi pilihan, meski tak ada anjuran medis. Apa istimewanya? Ya, itu. Selain hari dan jam kelahiran bisa diatur, ibu pun tak perlu repot meneran. Tinggal berbaring, sret-sret, bayi keluar. Nyerinya juga tak separah persalinan normal, karena ibu dibius lokal atau total. Tak heran, angka persalinan cesar di Indonesia terus meningkat. Data rumah-rumah sakit swasta di kota besar mencatat angka sekitar 30-80 persen. Banyaknya ibu hamil yang minta dicesar tanpa rekomendasi medis, diduga karena kurangnya informasi tentang itu.



Padahal, risiko operasi besar itu banyak dan serius, sehingga jauh lebih berbahaya dibanding persalinan normal. Dan yang harus memikul risiko itu tak cuma ibu. Bayi juga. Berikut ini 21 risiko operasi cesar. Semoga usai membacanya, Anda yang semula berniat menjalani persalinan cesar tanpa rekomendasi medis mau berpikir beberapa kali sebelum meminta dokter melakukannya.



Risiko pada Ibu



Risiko Jangka Pendek



1. Infeksi pada Bekas JahitanInfeksi luka akibat persalinan cesar beda dengan luka persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka operasi cesar lebih besar dan berlapis-lapis. Bila penyembuhan tak sempurna, kuman lebih mudah menginfeksi sehingga luka jadi lebih parah. Bukan tak mungkin dilakukan jahitan ulang.



2. Infeksi Rahim Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya, misal mengalami pecah ketuban. Saat dilakukan operasi, rahim pun terinfeksi. Apalagi jika antibiotik yang digunakan dalam operasi tak cukup kuat.



3. Keloid Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena pertumbuhan berlebihan sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya.



4. Cedera Pembuluh DarahPisau atau gunting yang dipakai dalam operasi berisiko mencederai pembuluh darah. Misalnya tersayat. Kadang cedera terjadi pada penguraian pembuluh darah yang melengket. Ini adalah salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan cesar lebih banyak dibandingkan persalinan normal.



5. Cedera pada Kandung KemihKandung kemih melekat pada dinding rahim. Saat operasi cesar dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih yang cedera tersebut.



6. PerdarahanPerdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan. Namun, darah yang hilang lewat operasi cesar dua kali lipat dibanding lewat persalinan normal.



7. Air Ketuban Masuk ke Pembuluh DarahSelama operasi cesar berlangsung pembuluh darah terbuka. Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya air ketuban ke dalam pembuluh darah (embolus). Bila embolus mencapai paru-paru, terjadilah apa yang disebut pulmonary embolism. Jantung dan pernapasan ibu bisa terhenti secara tiba-tiba. Terjadilah kematian mendadak.



8. Pembekuan DarahPembekuan darah bisa terjadi pada urat darah halus di bagian kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir ke paru-paru, terjadilah embolus.



9. Kematian Saat Persalinan Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu pada operasi cesar lebih tinggi dibanding persalinan normal. Kematian umumnya disebabkan kesalahan pembiusan, atau perdarahan yang tak ditangani dengan cepat.



10. Kelumpuhan Kandung Kemih Usai operasi cesar, ada kemungkinan ibu tak bisa buang air kecil karena kandung kemihnya kehilangan daya gerak (lumpuh). Ini terjadi karena saat proses pembedahan berlangsung, kandung kemih terpotong.



11. Hematoma Hematoma adalah perdarahan dalam rongga tertentu. Jika ini terjadi, selaput di samping rahim akan membesar membentuk kantung akibat pengumpulan darah terus-menerus. Akibatnya fatal -- kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga bisa terjadi pada persalinan normal. Tapi mengingat risiko perdarahan pada operasi cesar lebih tinggi, risiko hematoma pun lebih besar.



12. Usus Terpilin Operasi cesar mengakibatkan gerak peristaltik usus tak bagus. Kemungkinan karena penanganan yang salah akibat manipulasi usus, atau perlengketan usus saat mengembalikannya ke posisi semula. Akibatnya ibu sulit buang air besar dan buang angin karena ususnya seperti terpilin. Rasanya sakit sekali dan harus dilakukan operasi ulang.



13. Keracunan Darah Keracunan darah pada operasi cesar dapat terjadi karena sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang di awal kehamilan mengalami infeksi rahim bagian bawah, berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban pecah dan didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk ke pembuluh darah ketika operasi berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh. Keracunan darah yang berat menyebabkan kematian ibu.



Risiko Jangka Panjang



14. Masalah Psikologis Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami operasi cesar punya perasaan negatif usai menjalaninya (tanpa memperhatikan kepuasan atas hasil operasi). Depresi pascapersalinan juga merupakan masalah yang sering muncul. Beberapa mengalami reaksi stres pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa terhadap kehamilan. Masalah psilokogis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan rumah tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap bayi. Hal ini bisa muncul jika ibu tak siap menghadapi operasi.



15. Pelekatan Organ Bagian DalamPenyebab pelekatan organ bagian dalam pascaoperasi cesar adalah tak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah. Terjadilah pelengketan yang menyebabkan rasa sakit pada panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri saat melakukan hubungan seksual. Jika kelak dilakukan operasi cesar lagi, pelekatan bisa menimbulkan kesulitan teknis sehingga melukai organ lain, seperti kandung kemih atau usus.



16. Pembatasan Kehamilan Dulu, perempuan yang pernah menjalani operasi cesar hanya boleh melahirkan tiga kali. Kini, dengan teknik operasi yang lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu -– bahkan sampai lima kali. Tapi risiko dan komplikasinya makin berat.



Risiko Persalinan Berikutnya



17. Sobeknya Jahitan RahimAda tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi cesar. Yaitu jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Jahitan rahim ini bisa sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering menjalani operasi cesar, makin tinggi risiko terjadinya sobekan.



18. Pengerasan PlasentaJika setelah operasi cesar ibu hamil lagi, plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga sulit dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel pada selaput lendir rahim (endometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim karena plasenta mengeras.



Risiko pada Bayi



19. TersayatAda dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat operasi cesar. Pertama, habisnya air ketuban yang membuat volume ruang di dalam rahim menyusut. Akibatnya, ruang gerak bayi pun berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau bedah. Kedua, pembedahan lapisan perut selapis demi selapis yang mengalirkan darah terus-menerus. Semburan darah membuat janin sulit terlihat. Jika pembedahan dilakukan kurang hati-hati, bayi bisa tersayat di bagian kepala atau bokong. Terlebih, dinding rahim sangat tipis.



20. Masalah Pernapasan Bayi yang lahir lewat operasi cesar cenderung mempunyai masalah pernapasan: yaitu napas cepat dan tak teratur. Ini terjadi karena bayi tak mengalami tekanan saat lahir -– seperti bayi yang lahir alami -- sehingga cairan paru-parunya tak bisa keluar. Masalah pernapasan ini akan berlanjut hingga beberapa hari setelah lahir.



21. Angka Apgar RendahRendahnya angka Apgar merupakan efek anestesi dan operasi cesar, kondisi bayi yang stres menjelang lahir, atau bayi tak distimulasi sebagaimana bayi yang lahir lewat persalinan normal. Berdasarkan penelitian, bayi yang lahir lewat operasi cesar butuh perawatan lanjutan dan alat bantu pernapasan lebih tinggi dibandingkan bayi lahir normal. PG (Konsultasi Ahli: Dr. Nina Martini Somad, Sp.O.G., spesialis kebidanan dan penyakit kandungan RS Ibu dan Anak Hermina Jatinegara dan Bekasi; Dr. Nurwansjah, Sp.O.G., spesialis kandungan RS Anak dan Bersalin Harapan Kita, Jakarta).





Haruskah Anda Operasi Cesar?



Lakukan dialog seperti di bawah ini, sebelum memutuskan operasi cesar.



Tanya: Saya harus operasi cesar karena persalinan sebelumnya juga dibantu cesar.

Jawab: Banyak perempuan berhasil melahirkan normal setelah sebelumnya dibantu operasi cesar. Sebelum persalinan, dokter akan melihat posisi janin. Jika posisi kepala di bawah dan diperkirakan tak ada efek samping apa pun, Anda bisa melahirkan normal.



Tanya: Saya harus operasi cesar karena ingin melahirkan tanpa sakit.

Jawab: Persalinan dengan bantuan bedah cesar bukan tanpa rasa sakit. Setelah operasi, biasanya ibu justru merasa lebih sakit dan proses penyembuhannya lebih lama. Kalau memang ingin melahirkan tanpa sakit, ada metode ILA. Tapi proses persalinan harus diawasi ketat karena Anda justru tak bisa merasakan kontraksi.



Tanya: Saya harus melahirkan dengan operasi cesar agar vagina tak longgar.

Jawab: Usai melahirkan otot vagina memang akan molor. Tapi kekencangan dinding vagina bisa dijaga lewat senam Kegel 10 menit sehari, sebelum dan selama hamil, serta setelah persalinan. Tanyakan apakah ada kursus senam Kegel di rumah sakit terdekat.



Tanya: Persalinan saya harus dengan cesar supaya bisa memilih hari kelahiran spesial.

Jawab: Operasi cesar memang memungkinkan Anda merekayasa hari dan jam persalinan. Tapi apa artinya memiliki hari lahir sesuai keinginan jika risiko yang harus Anda tanggung bersama bayi jadi lebih besar?



Tanya: Saya harus cesar karena ingin persalinan yang menakutkan itu cepat selesai.

Jawab: Bila persiapan mental Anda bagus, ketakutan berlebihan terhadap persalinan tak akan ada. Untuk itu, Anda bisa menyiapkan diri dengan ikut kelas senam hamil dan kursus persiapan persalinan. Dengan pengetahuan yang memadai, Anda tak bakal panik dan stres menghadapi setiap tahapan proses persalinan.

?