Anak-anak dengan kebutuhan khusus tidak selalu terlihat “berbeda” dengan anak-anak normal lainnya. Misalnya, anak-anak yang hiperaktif dan anak autis. Secara fisik keduanya terlihat seperti anak yang normal tetapi jiwa dan perilaku mereka berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anda tidak perlu buru-buru menghardik anak saat dia tiba-tiba membuat ulah dikeramaian. Respon negatif Anda terhadap perilaku anak yang tidak terduga di depan publik justru akan membuat harga diri si anak jatuh. Anda perlu membaca artikel ini sebelum menumpahkan kemarahan Anda kepada anak-anak “spesial” itu. Berikut ada beberapa tips yang bisa Anda jadikan pembelajaran dalam menghadapi anak-anak dengan berkebutuhan khusus.

1. Sikap Yang Terlihat
Ada saatnya dimana teriakan dan amukan anak yang tiba-tiba di area publik membuat Anda malu dan terasing. Kadang sebagai orangtua Anda mengalami kesulitan untuk menjelaskan kepada keluarga besar dan teman-teman Anda mengenai kondisi anak Anda yang ‘spesial’. ”Kemana pun saya pergi, orang-orang menatap saya dengan empati. Saya hanya berbesar hati dan menghibur diri bahwa saya yakin tidak sendirian mengalami ini. Tatapan orang-orang tidak akan banyak membantu situasi yang kita alami,’” ujar salah satu orangtua dengan anak berkebutuhan khusus seperti dikutip dari Sheknows.

2. Sifat Yang Tidak Terlihat
Orang lain biasanya tidak bisa melihat anak Anda yang “spesial” itu hanya dengan melihatnya. Saat Anda belum menjadi orangtua, Anda mungkin sudah membaca berbagai ilmu tentang Anak khususnya anak dengan kebutuhan khusus. Saat itu mungkin Anda belum bisa merasakan rasanya memiliki anak “spesial” sampai Anda sendiri akhirnya mengalami sendiri. Hal-hal yang tidak terlihat dari anak-anak dengan kebutuhan khusus adalah perkembangan mentalnya yang lambat dan kemampuan motoriknya yang lemah.
Menurut American Academy of Pediatrics, cacat intelektual sering dicurigai pada tahun-tahun pertama pertumbuhannya misalnya respon terhadap kehidupan sosial yang lambat, menarik diri, keterlambatan perkembangan motorik dan memahami bahasa. Beberapa kasus anak dengan cacat intelektual yang ringan bahkan baru disadari setelah anak tersebut memasuki usia sekolah.

3. Anak Autis dan Gangguan Sensor
Autism Spectrum Disorders (ASD) atau dikenal dengan gangguan autis adalah gangguan yang berada di otak dan mempengaruhi perilaku anak, kemampuan sosial dan kemampuan komunikasi. Ada beberapa tingkatan anak yang terkena autis termasuk sindrom asperger yang memiliki gangguan neoroligis yang mengakibatkan rangsangan yang berlebihan pada panca indera si anak. Gangguan ini dinamakan Sensory Processing Disorder (SPD). Di antara keduanya, kita tidak akan pernah tahu perubahan apa yang akan dialami si anak dari menit ke menit.

4. Reaksi Orangtua Terhadap Penilaian Publik
Sebagai orangtua dengan kebutuhan khusus memang harus menguatkan hati untuk tidak meledak di depan umum. Menjelaskan kepada publik tentang apa yang anak Anda alami. “Setiap keluar rumah saya selalu menggigit bibir saya agar tidak berteriak kepada orang asing yang menatap aneh ke arah kami. Memang, ada kalanya kita ingin berteriak dan menjelaskan kepada orang-orang bahwa anak saya terkena ASD/SPD. Tapi itu tidak saya lakukan, saya lebih suka mereka menatap saya dengan aneh dan saya tetap merawat anak saya dengan baik dan selalu menjadi teladan baginya,” ujar seorang ibu dari anak penderita autis.

Saran untuk Orangtua

a. Kelilingi diri Anda dengan keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan.
b. Mencari pendidikan keluarga yang tepat.
c. Temukan dan datangi rumah konseling khusus keluarga dan pernikahan.
d. Banyak mencari tahu tentang pendidikan anak khusus anak-anak dengan kebutuhan khusus.
e. Bergabung dengan komunitas yang memiliki masalah yang sama dengan Anda.
f. Curahkan energi positif Anda untuk anak Anda, berikan dia perhatian, cinta kasih, motivasi dan menghargai keberadaan dirinya yang “spesial”

Sumber: bayibalita.com