Perkembangan Kemampuan Si Kecil Dalam Mengendalikan Atensi
oleh Seseorang, 12 Tahun Yang Lalu
Perkembangan Kemampuan Si Kecil dalam Mengendalikan Atensi
Sistem syaraf yang ada pada diri kita berfungsi untuk mengendalikan informasi, baik yang berasal dari dalam diri ataupun dari dunia luar. Akan tetapi, informasi yang datang sangatlah banyak. Kita perlu membatasi fokus kita hanya pada informasi yang spesifik dan relevan, serta tidak terpengaruh oleh informasi lainyang lebih luas. Pemfokusan pada informasi yang spesifik ini disebut “atensi”.
Seiring dengan bertambahnya usia, si kecil mengalami perkembangan besar dalam kemampuan mengendalikan atensinya. Hal ini akan turut mempengaruhi aspek lain dalam proses tumbuh kembangnya. Memahami perkembangan daya atensi si kecil dapat membantu orang tua untuk melihat aspek lain dalam tumbuh kembangnya, yang mungkin luput dari perhatian. Misalnya, karena atensi merupakan salah satu aspek prilaku yang sering dipengaruhi oleh autisme, orang tua yang memiliki pengetahuan tentang atensi akan lebih mampu mendeteksi gejala autisme, daripada orang tua yang tidak memiliki pengetahuan tentang atensi.
Seorang bayi yang baru lahir hanya memiliki daya atensi sederhana namun sangat berguna. Contohnya, ia bisa menggunakan otot di kantung matanya untuk mengarahkan pandangannya ke arah benda yang bergerak, benda yang berwarna cerah, atau benda yang bersuara keras. Ia juga memiliki sistem saraf khusus yang membuatnya sensitif terhadap rangsangan tertentu, contohnya mata. Bayi berusia 3-7 bulan, yang sudah melihat pola objek yang sama berulang-ulang, akan lebih suka melihat objek dengan pola baru. Mendekati usia 1 tahun, si kecil akan memiliki kemampuan lebih besar untuk mengarahkan atensinya. Misalnya, ia akan berusaha untuk mencari benda yang tidak terlihat.
Menginjak usia 1 tahun, kemampuan atensi si kecil akan masuk ke dalam tahap joint attention (atensi gabungan), di mana ia mencoba mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dilihat orang lain. Misalnya, ketika orang tua menunjuk suatu benda, bayi usia 8-12 bulan akan melihat ke arah benda yang ditunjuk. Dan ketika ia menunjuk ke arah tertentu, ia berharap orang tua akan merespon dengan melihat ke arah yang ia tunjuk.
Proses seperti ini membutuhkan perkembangan syaraf yang baik, namun hal ini juga dipengaruhi oleh stimulasi yang dilalui si kecil. Orang tua yang mau meningkatkan kemampuan atensi anaknya harus memberikan respon pada hal/benda yang ditunjuk si kecil, yaitu dengan cara melihat ke arah yang ditunjuk. Hal ini seperti permainan: ”anak menunjuk sesuatu, orang tua mengambilkan atau melihat ke arah tersebut”. Sebaliknya, orang tua dapat lebih aktif menstimulasi kemampuan atensi si kecil dengan berusaha menunjuk ke arah sesuatu, lalu meminta si kecil untuk mengikuti arah yang ditunjuk, lalu meminta si kecil memberikan respon terhadap benda tersebut (mengambil, menyentuh).
Kegiatan joint attention di atas dapat dijadikan indikator penting untuk mengetahui apakah si kecil mengalami perkembangan yang normal atau tidak. Bayi berusia 12 bulan yang tidak merespon dalam kegiatan joint attention tersebut memiliki kemungkinan lebih besar menerima diagnosa autisme. Jika si kecil yang sudah berusia 12 bulan tidak dapat atau enggan menunjuk ke arah suatu benda, atau tidak melakukan kontak mata, atau tidak melihat ke arah yang ditunjuk orang tua, hal-hal semacam ini harus segera dikonsultasikan ke dokter anak.
Untuk anak-anak yang lebih besar, orang tua dapat mendukung perkembangan atensi mereka dengan cara melakukan berbagai permainan, yang unsur keberhasilannya terkait dengan daya atensi sang anak, seperti permainan kartu (flash card).
Seiring dengan bertambahnya usia si kecil, aspek penting lainnya dari atensi adalah kemampuannya untuk mempertahankan atensi dalam konteks situasi tertentu, seperti di ruang kelas. Si kecil yang kurang mampu memberikan atensi saat di kelas dapat memiliki proses belajar yang kurang efektif.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa tidur dan pola makan bisa menjadi faktor kuat yang mempengaruhi atensi. Contohnya, jumlah jam tidur malam balita usia tiga sampai lima tahun dapat mempengaruhi tingkat atensi dan aktivitas mereka.
Pada dasarnya, bila ibu memiliki tingkat docosahexaenoic acid (DHA) lebih tinggi pada saat melahirkan, hal ini dapat mendukung si kecil memiliki daya atensi yang lebih baik selama tahun kedua usia si kecil. Dan, bila ibu memiliki tingkat DHA tinggi pada saat melahirkan, hal ini dapat mendukung si kecil memiliki tingkat atensi lebih baik dalam kegiatan bermain, dibandingkan dengan anak-anak yang ibunya memiliki tingkat DHA rendah pada saat melahirkan
Ada 2 komentar pada diskusi ini
12 Tahun Yang Lalu
12 Tahun Yang Lalu