Bayi baru lahir sampai 1 bulan, berkomunikasi melalui tangisan. Misal, ketika merasa tak nyaman, resah atau bosan, ia merengek pelan dan terus-menerus. Contoh lain, ketika ia lapar, tangisannya cenderung teratur dan seperti “berirama”. Kalau sakit tangisannya seperti ada “sentakan” atau bahkan dimulai dengan tangisan tanpa suara. Maka penting Papa-Mama untuk mengenali arti tangisan si kecil. Mama dengan sendirinya akan belajar menggunakan feeling, kira-kira apa makna tangisannya dan bagaimana upaya menenangkannya. Intinya, bagaimana menciptakan rasa aman dan memenuhi kebutuhannya, bukan direspons dengan bahasa atau kata-kata

Pada usia 1-2 bulan, bayi mulai mampu mendengar suara dan mencari sumber suara. Ia pun berusaha mengenalinya. Upayakan untuk mengajak bayi bicara dengan penuh atensi. Misalnya, ketika menyusui Mama bisa mengatakan, “Ayo sayang menyusu yang banyak ya.” Kemudian ketika mau menidurkan si kecil, kita bisa sambil menyanyikan “nina bobo” dan mengelus punggungnya .

Pada usia 2-3 bulan, bayi dapat membedakan mana suara Mama dan Papanya. Ia juga memerhatikan bahasa tubuh orang lain. Ia akan memerhatikan suara, mimik wajah, senyum dan tawa. Seringlah mengajak anak berkomunikasi. Misalnya, dengan nada suara yang lemah lembut, mimik wajah yang ceria, kata-kata yang positif dan menenangkan. Stimulasi lainnya dengan memberikan elusan, dekapan, belaian kala kita mengajaknya berbincang. Begitu juga dengan bahasa-bahasa isyarat, seperti lambaian tangan ketika berpamitan. Penelitian menunjukkan, buah hati yang lebih sering diajak berkomunikasi akan lebih peka di kemudian hari.