Macrosomia adalah kondisi dimana bayi terlahir dengan bobot lebih besar dari bayi pada umumnya. Jika lazimnya seorang bayi dilahirkan dengan berat 3-5 kilogram, bayi-bayi dengan macrosomia berbobot di atasnya, hingga mencapai 10 kilogram untuk rekor bayi terbesar.

Walau gejala macrosomia dapat diketahui melalui USG, cara paling akurat untuk mengetahuinya ialah menunggu hingga bayi lahir.

Namun ada beberapa gejala umum yang lazim terjadi pada kasus macrosomia, di antaranya:
- Terdapat riwayat penderita diabetes dalam keluarga bayi, terlebih jika diidap langsung oleh sang ibu.
- Berat badan melonjak drastis selama masa kehamilan
- Faktor etnis (ras Hispanic lebih beresiko)
- Faktor gender (macrosomia lebih banyak dialami bayi laki-laki)
- Ibu pernah melahirkan bayi berukuran besar sebelumnya.
- Bayi lahir terlambat, biasanya di atas 40 minggu
- Faktor genetis dari orang tua yang memiliki tubuh tinggi atau obesitas
- Konsumsi antibiotik, seperti amoxicillin atau pivampicillin selama masa kehamilan.

Pakar kandungan Edward Kulich, M.D, dari Pregnancy Corner menyebutkan, proses kelahiran bayi dengan macrosomia sebaiknya dilakukan lewat operasi Caesar.

Jika bayi lahir melalui persalinan normal, bobot bayi yang besar dapat menyebabkan robekan panjang di area perineum ibu dan menimbulkan resiko infeksi.

Kulich menambahkan, macrosomia bukanlah kondisi yang mengancam nyawa bayi maupun ibu dan tidak diperlukan adanya perawatan tertentu secara intensif.