Pengorbanan Seorang Ibu Yang Sangat Menyayangi Anak Yang Dikandungnya
oleh Seseorang, 14 Tahun Yang Lalu
Hati bunda bagaikan hati Bodhisattva
Tanpa penyesalan melindungi putra putrinya
Rela mengorbankan jiwa raganya
Untuk melahirkan dan membesarkan anaknya
...Saya tidak tahu apakah anda sekalian masih ingat pada seorang wanita hamil beberapa tahun yang lalu. Dia di diagnosis menderita penyakit kanker hati ketika kandungannya memasuki usia empat bulan. Dokter menyarankan pengobatan dini sebelum terlambat. Tapi karena ia sedang hamil, jadi dokter menyarankan dia untuk menggugurkan kehamilan yang pertama. Tapi sang ibu tetap bersikeras menganggap janin empat bulan tersebut sebagai anaknya.
Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri, ia menolak pengobatan dan meminta dokter untuk menyelamatkan bayinya. Ia bertekad untuk mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan bayi ini.
Selama waktu itu, banyak anggota Tzu Ching yang datang ke rumah sakit untuk menjadi relawan , mereka benar – benar tersentuh oleh kasih sayang ibu tersebut . Setiap group relawan Tzu Ching yang baru tiba di rumah sakit , mereka akan segera membesuk dan memberi perhatian kepada ibu ini . Melihat kondisi tubuh ibu ini yang terus bertambah lemah sehari demi sehari ini , penyakit kanker hati yang terus menggerogotinya sehari demi sehari , sungguh menyedihkan , tetapi juga tampak betapa besarnya semangat perjuangan dari seorang ibu . Setiap kali dia mengobrol dengan para generasi muda ini , selalu menampakkan wajah penuh senyum , sambil membelai janin di perutnya .
Hari demi hari berlalu perut sang ibu semakin membesar , semakin tampak jelas sosok seorang ibu yang bangga dan bahagia. Dia amat berbahagia menyayangi sebuah benih kehidupan yang sedang tumbuh dalam tubuhnya. Tetapi jiwa sang mama juga sehari demi sehari semakin dekat dengan kematian . Dan tubuh sang anak juga sehari demi sehari semakin terbentuk dengan jelas dan tumbuh semakin kuat.
Setiap orang berdoa agar dia dapat menunaikan tugasnya sebagai seorang ibu dengan sempurna , juga mendoakannya agar dia selamat dan dapat mendampingi membesarkan anaknya .
Setelah enam bulan berada di rumah sakit Tzu Chi , sesuai dengan keinginan hatinya akhirnya tibalah saat - saat untuk melahirkan bayinya ke dunia . Tetapi karena kondisi tubuhnya yang semakin melemah , para dokter menilai bahwa kondisi ibu ini sudah tidak memungkinkan lagi , dan janin bayi juga telah memasuki usia yang matang , tampaknya perlu dilakukan bedah caesar , karena untuk melahirkan secara normal adalah hal yang akan membuatnya sangat menderita dan menyakitkan.
Pada hari operasi caesar, saya mengunjunginya di ruang bersalin. Dia menunggu di sana, ketika melihat kedatanganku, wajahnya memancarkan senyum berseri - seri . Sekali lagi saya memberikan kata – kata dukungan semangat kepadanya .
Dia berkata, "Master, saya sangat bersyukur , selama ini , banyak relawan yang telah menjaga saya dengan baik.. saya sangat puas . Anak saya akan lahir hari ini" , dia tampak bahagia seperti ibu-ibu sehat lainnya yang sedang menyambut kehadiran bayinya .
Setelah menjalani operasi caesar , bayi yang terlahir sangat sehat. Ketika saya melihatnya keesokan harinya, saya mengatakan kepadanya, "Selamat! Sudahkah anda melihat bayi anda? Dia berkata: " Asalkan tahu bahwa bayi dalam kondisi selamat , itu sudah cukup bagiku .” Sebenarnya yang dia kuatirkan adalah kalau bayi tersebut berada di dekatnya akan terinfeksi oleh dirinya , karena bayi masih begitu kecil . Lihatlah betapa luar biasa mulianya ibu ini , dia telah menukar hidupnya untuk bayinya . Setelah bersusah payah melahirkan sang anak , masih kuatir kalau dirinya akan dapat menginfeksi bayinya. Beberapa hari kemudian dia meninggal dunia. Dia belum sempat melihat bayinya.
Dia memiliki kebijaksanaan , keberanian dan semangat yang besar. Ini adalah sifat seorang ibu. Sungguh merupakan seorang Bodhisattva dunia , yang rela mengorbankan hidupnya untuk anaknya. Hal ini sangat langka dan menunjukkan kemuliaan sosok seorang ibunda.
Oleh Master Cheng Yen
Sumber: http://www.facebook.com/pages/Tzu-Chi-Indonesia/88437252709
Ada 0 komentar pada diskusi ini
Belum ada komentar pada post ini