* Awalnya karena orangtua membiarkan

Anak-anak mungkin pernah sesekali tidur larut malam. Jika orangtua kemudian tidak membantu mengatasi atau malah membiarkannya, lama-kelamaan pola tidur anak berubah. Jam biologisnya pun akan mengikuti pola tidur larut malamnya.

* Anak sedang mengembangkan otonominya

Anak merasa punya power untuk mengatur dirinya. Ditambah pula dengan sikap negativistiknya yang sedang berkembang di usia ini. Ketika orangtua menyuruhnya tidur, si batita mencoba bertahan dan menolak tak mau segera tidur. Bentuk penolakan ini terkait dengan tahap perkembangannya tadi. Apa yang disuruh orangtuanya tidak ingin dia lakukan.

* Ada kekhawatiran berpisah (separation anxiety) dengan orangtua

Bagi anak, mungkin saja tidur bukanlah aktivitas yang menyenangkan. Di usia ini, anak juga memiliki ketakutan akan bermacam-macam hal. Saat tidur malam, ada kecemasan kalau-kalau ditinggal orangtuanya. Anak merasa takut sendirian, takut jika terjadi sesuatu pada orangtua apabila tidak bersamanya.

* Ada tekanan emosi yang tak terungkap

Misal, si batita punya adik bayi dan ia merasa perhatian orangtuanya terbagi. Tekanan secara emosi karena berkurangnya perhatian orangtua bisa membuat anak mengalami gangguan tidur; tidurnya jadi larut. Dengan begitu, ia berharap mendapat perhatian lebih dari orangtuanya.

* Belum mengantuk

Bisa jadi anak masih ingin bermain atau melakukan suatu kegiatan bersama orangtua, ikut menonton tayangan televisi seperti ayah-ibu, dan sebagainya. Bisa juga anak tidak mengantuk karena terlalu lama tidur siang dan waktu tidur malamnya bergeser lebih larut.

* Berharap kedatangan orangtua dari kantor

Sering kali anak-anak yang ditinggal pergi kerja oleh orangtuanya berusaha menahan kantuk supaya bisa bertemu ayah-ibunya. Bisa jadi perhatian di pagi hari dirasa kurang dan ada sesuatu yang diharapkan seperti oleh-oleh untuknya dari orangtua.