Tak hanya orang dewasa yang terkena dampak emosional bila tak memiliki pekerjaan alias pengangguran. Sebuah penelitian di Amerika menunjukkan anak-anak dengan orangtua yang menganggur akan mengalami dampak psikologis yang sama beratnya dengan orangtua.

Anak-anak yang tinggal dengan salah satu orangtuanya yang tidak bekerja akan berpotensi menghadapi berbagai masalah emosional, mulai dari stres, depresi, menurunnya prestasi di sekolah hingga masalah perilaku yang buruk. Para ahli mengatakan, hal tersebut diperburuk dengan standar hidup yang lebih rendah serta kehilangan asuransi kesehatan.

“Setiap kali ada permasalahan yang dapat menurunkan kualitas hidup, maka anak-anak yang akan mengalami efek paling signifikan,” kata Dr Christopher Bellonci, seorang asisten profesor psikiatri di Tufts University School of Medicine di Boston, seperti dilansir dari Health, Jumat (26/3/2010).

Dr Bellonci menambahkan ketika sebuah keluarga dalam kondisi baik-baik saja, maka mereka memiliki penyangga untuk terhindar dari stres ini. Tetapi bila orangtuanya mengganggur, maka dampak stres akan terlihat pada anak-anaknya.

Dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan New York Times terhadap lebih dari 700 orang dewasa yang menganggur, didapatkan sekitar setengahnya telah menganggur selama enam bulan atau lebih. Hampir 40 persen dari mereka melihat adanya perubahan perilaku pada anak-anak mereka.

Menurut Ariel Kalil, seorang profesor dan psikolog perkembangan di University of Chicago’s Harris School of Public Policy Studies, pengangguran yang jangka panjang akan semakin memperburuk kondisi yang ada, seperti makanan, pakaian dan perlengkapan sekolah yang mulai berkurang sehingga memicu anak semakin stres.

“Kemarahan yang tak dapat dijelaskan serta perasaan gelisah, takut atau khawatir adalah tanda-tanda umum tekanan emosional pada anak-anak,” kata Marta Flaum, seorang psikolog anak dari Chappaqua, New York.

Tanda-tanda anak stres lainnya adalah perubahan yang cepat dalam perilaku sosial termasuk tindakan-tindakan agresif serta menurunnya prestasi anak di sekolah. Kelompok yang paling berpengaruh adalah anak-anak dan remaja, karena mereka lebih sadar dengan apa yang terjadi di sekitarnya dan merasakan konsekuensi sosial akibat pengangguran yang lebih akut.

Untuk membantu anak-anak secara emosional dalam menahan kemerosotan keuangan, Walker dan ahli lainnya menawarkan beberapa tips untuk orangtua:

1. Berbicara dengan anak-anak mengenai kondisi keluarga dengan tenang dan tidak panik. Cobalah untuk bicara dengan nada penuh harapan dan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.
2. Dengarkan pendapat anak-anak.
3. Perhatikan tanda-tanda adanya kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan pada anak, karena beberapa anak mungkin memiliki perasaan yang halus atau sensitif.
4. Jika anak bermasalah, cobalah untuk berbicara dengan gurunya terlebih dahulu. Jika masalahnya serius, bicarakan secara baik-baik dengan anak.
5. Jika pernikahan Anda sedang bermasalah, cobalah untuk membuatnya menjadi lebih baik. Perselisihan rumah tangga akan membuat anak bertambah stres.
6. Jika orangtua mengalami kecemasan atau depresi berlebihan, cobalah mencari bantuan untuk meredam dan tidak menunjukkannya di depan anak-anak.
7. Usahakan untuk tetap memberikan pengertian dan perhatian pada anak.