Sering ditemukan orang tua yang memberikan kasih sayang yang berbeda terhadap anak-anak mereka, karena kemampuan masing-masing anak itu pasti berbeda, anak yang memiliki prestasi yang lebih baik pasti akan diberikan perhatian yang lebih, sedangkan anak yang kurang prestasinya maka akan dinomer duakan oleh orang tua, padahal tidak seharusnya orang tua bersikap seperti itu, orang tua harus tetap adil dalam memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak mereka, karena saat ada perbedaan kasih sayang yang diberikan kepada anak maka hal itu akan dapat mengganggu perkembangan kejiwaan bagi anak. Orang tua harus adil dalam memberikan kasih saying pada anak-anaknya. Pada dasarnya setiap anak yang dilahirkan membawa potensi berbeda-beda, itulah mengapa sesungguhnya tidak ada anak yang lebih istemewa dari anak lainnya. Orang tua umumnya lebih bangga dengan anak yang memiliki nilai yang baik. Ketidakpahaman orang tua itu sering menimbulkan perlakuan berbeda terhadap anak-anaknya. Anaknya yang pandai sangat di sayang dan dibelikan apa saja yang menjadi kebutuhannya. Sementara yang dianggap kurang pintar tidak mendapatkan kasih sayang seimbang. Perlakuan orang tua seperti itu kurang tepat. Orang tua harus memberikan kasih sayang sama terhadap anak-anaknya. Tidak boleh yang pintar diberikan kasih sayang berlebihan, sementara yang kecerdasannya rata-rata tidak begitu diperhatikan. Orang tua harus menyadari setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Bahkan anak kembar sekalipun memiliki kemampuan dan potensi yang tidak sama. Inilah sebabnya orang tua diharapkan dapat mengenali kemampuan buah hati sehingga mereka bisa sama-sama berprestasi. Sangat penting bagi orang tua untuk mampu mengenali potensi buah hatinya sejak dini. Namun untuk dapat mengenali potensi anak, orang tua semestinya lebih dulu memiliki paradigm bahwa setiap anak sesungguhnya dilahirkan istimewa. Diantara kecerdasan majemuk yang diperkenalkan Howard Gardner adalah kecerdasan linguistik/bahasa, kecerdasaan logis-matematis, kecerdasan kinestik, kecerdasan musical, kecerdasan interpersonal, serta kecerdasan naturalis. Seringkali orang tua mengeluh soal perilaku anak yang sulit diatur, sementara anak yang lainnya begitu penuntut. Padahal mungkin saja si anak memiliki kecerdasan kinestik, dimana dia tidak akan betah jika hanya disuruh diam. Potensi anak dapat dilihat dari kecenderungan aktivitas yang mereka gemari. Misalnya, anak yang banyak bicara atau senang sekali bergaul dengan orang lain, kemungkinan ia memiliki bakat interpersonal atau ada anak begitu antusias setiap kali berinteraksi dengan hewan, bisa jadi ia memiliki kecerdasan naturalistik. Jika anak tampak pendiam dan lebih senang menyendiri, coba perhatikan lebih dekat, bisa saja dalam kesendiriannya si anak ternyata sibuk membaca buku atau menulis puisi. Jadi, orang tua jangan terburu-buru member stempel negative bahwa si anak nakal, pemberontak, atau bodoh. Setiap orang tua dan guru semestinya mampu menemukan potensi kecerdasan anak dan mempertahankannya sampai mereka tumbuh dewasa. Karena pola asuh sangat menentukan masa depan potensi mereka. Dengan mengenali potensi anak, orang tua dapat menentukan langkah selanjutnya dengan menerapkan pola asuh yang tepat. Namun, bagi yang belum menemukan kegemaran atau aktivitas yang dominan di lakukan sang anak, tidak perlu khawatir. Orang tua dapat memberikan stimulasi pada semua aspek kemampuan. Anak-anak sebaiknya memang diperkenalkan pada sebanyak mungkin aktifitas, dari menegnal banyak hal, anak-anak dapat tumbuh dengan optimal dan nantinya akan terlihat kecerdasan potensi mereka.



sumber:kompasiana.com