ater birth disebut-sebut bisa mengurangi rasa sakit hingga 50%. Meskipun di Indonesia masih terbilang baru, sebenarnya water birth sudah dikenal sejak tahun 1960-an. Apa keuntungan dan risikonya?



Kalau membaca water birth memang mengasyikan. Namun jika suami melontarkan ide itu untuk persalinan pertamaku, aku kira itu ide yang gila. Mana mungkin aku melakukan itu untuk persalinan pertamaku? Apakah aku mau dijadikan kelinci percobaan? Wah- wah, aku ingin memarahi suami.

Aku tak menegurnya kemudian. Semua majalah dan klipingan koran yang memuat itu sudah hampir kubuang. Aku menumpuknya di meja agar memudahkan mengangkutnya. Suami sedang di kantor. Namun tiba-tiba saja aku ingin mempelajarinya lagi, jangan-jangan ide suami itu justru brilian dan bukti sayangnya kepadaku. Terlebih-lebih dengan metode ini, katanya, rasa sakit waktu melahirkan bisa dikurangi hingga 50%. Sejumlah media memang memberitahukan hal itu. Tetapi, katanya, hal ini tergantung orangnya juga. Terus terang saja sebenarnya aku pernah ingin mencobanya juga.

Water birth muncul pertama kali di Rusia pada tahun 1960-an. Metode ini diperkenalkan oleh Igor Tjarkovsky. Setelah itu water birth berkembang di Perancis dan Amerika Serikat. Jadi kalau mengurut waktunya bukan metode baru juga.

Ada 2 metode water birth. Yang pertama adalah water birth murni, di mana si ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi. Sedangkan yang kedua water birth emulsion. Ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan selanjutnya tetap dilakukan di tempat tidur.

Nah, cerita Oppie Andaresta yang dimuat di Kompas menarik dijadikan referensi. Tapi ini hanya salah satu cerita. Pengalaman setiap orang akan berbeda-beda. Penyanyi ini melahirkan di Klinik Bumi Sehat, di Mas Ubud, Nyuh Kuning, Ubud, Bali. Sebelum persalinan, hari-hari Oppie diisi dengan yoga, meditasi, latihan nafas dan berjalan-jalan di pantai Kuta. Saat bukaan sudah sepuluh, bidan memberi aba-aba “Ok, satu kali lagi push, baby akan keluar.” Saat itu, ia merasakan buah hatinya ‘lolos’ begitu saja tanpa merasakan sakit. Selanjutnya, bayi ditempelkan ke dadanya dan langsung memberi ASI.

Benarkah rasa sakitnya berkurang? Water birth atau melahirkan di air pada dasarnya tak jauh beda dengan melahirkan normal pada tempat tidur. Hanya saja tempatnya di dalam kolam kecil khusus yang berisi air hangat. Pada pembukaan keenam, pasien dimasukkan ke dalam kolam yang berisi air hangat. Air hangat ini membuat kulit vagina menjadi elastis sehingga proses kelahiran lebih mudah dan cepat. Air hangat ini juga memberikan rasa nyaman, tenang, dan rileks sehingga proses mengejan tidak terlalu berat. Biasanya, proses persalinannya sendiri memakan waktu 1-2 jam. Selanjutnya, setelah bayi keluar, dokter atau bidan akan mengangkat bayi ke permukaan dan langsung memberikan pada sang ibu untuk diberikan ASI.

Apakah bayi akan kehabisan napas karena berada di dalam air? Menurut sejumlah dokter yang dikutip Kompas, bayi tidak akan mengisap air karena ketika akan lahir, ia masih bernapas dengan ari-ari (tali pusar) yang masih tersambung ke perut ibu. Jadi, tidak ada masalah.

Dari media lain, disebutkan juga penjelasan soal manfaat dan risiko water birth.
Manfaat Water Birth

Bagi ibu:
• Ibu akan merasa lebih rileks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi elastis.
• Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan.
• Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat.
Bagi bayi:
• Menurunkan risiko cedera kepala.
• Para pakar kesehatan meyakini bahwa lahir dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan metode lain.
• Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan.

Risiko
• Kemungkinan air kolam tertelan oleh bayi sangat besar.
• Hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah akan dialami ibu jika proses melahirkan berlangsung lebih lama dari perperkiraan.
• Bayi berisiko mengalami temperature shock jika suhu air tidak sama dengan suhu si ibu saat melahirkan yaitu 37 derajat celcius.