saya tertarik meneruskan pengetahuan yang saya dapat dari Bp Heru B.Arifin yg ditulis diBali Post. semoga ini sangat bermanfaat dan membuat kita lebih hati2 jika anak kita sakit

Apa itu SARS
MASYARAKAT akan bertanya, apa SARS itu. SARS singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome. Virus ini juga dikenal sebagai Corona Virus Pneumonia (CVP) atau dikenal dengan istilah virus Corona. Seperti merek mobil sedan saja. Depkes menerjemahkan arti virus ini sebagai kasus suspek (suspect case) yaitu seseorang setelah 1 Februari 2003 menderita sakit gangguan pernapasan, batuk, napas pendek, dan kesulitan bernapas.
Seolah sederhana saja virus ini menyerang. Seperti gejala influenza. Tetapi, ini berbeda. Gejala pernapasan ini disebut akut. Ada pula yang menyebut radang paru-paru akut. Asal mula penyakit ini berawal tahun lalu, 2002, di Guangdong, Cina. Tepatnya bulan November. Sudah beberapa korban jatuh setelah terserang virus ini. Tetapi, saat itu virus belum menyebar ke sejumlah negara. Belum juga diketahui virus itu SARS.
Lantas, seorang dokter yang baru bertugas di Guangdong, Cina bepergian ke Hongkong. Dokter ini lantas pergi menginap di Hotel Metropole di distrik Kowloon, antara 15-17 Februari, di lantai sembilan. Adik sang dokter tertulari dan meninggal. Sedikitnya, tujuh penghuni hotel tertular virus ganas ini. Lantas, lantai di hotel, tempat sang dokter menginap itu disegel, tidak boleh ditempati lagi. Virus merambat ke Vietnam, Kanada, dan Singapura. Virus dibawa secara tak sengaja melalui penularan pernapasan. Pasien yang tidak diproteksi menyebarkan virus Corona ini setelah bepergian ke sejumlah negara.
Penyebab penyakit mematikan itu adalah strain virus baru Corona virus, yakni keluarga virus yang bersifat menular yang biasanya menyerang saluran pernapasan atas dan menyebabkan common cold. Peneliti baru di Hongkong mengusulkan nama baru virus ini dengan corona virus pneumonia (CVP). Hingga saat ini belum diketahui asal mula virus itu. Kemungkinannya, asalnya dari binatang yang telah mengalami mutasi. Sebab, pada beberapa kasus, peneliti telah menemukan unsur paramyxorvirus. Namun, belakangan paramyxorvirus itu hanya berperan sekunder dan mungkin merupakan infeksi oportunistik.
Hingga sekarang, tercatat 2.223 kasus SARS. Sekitar 78 orang meninggal dunia. Penyebarannya ke sejumlah negara pun luar biasa cepat. Berikut ini data yang dilansir Depkes. Jumlah kasus SARS yang mencapai ribuan itu tersebar ke 18 negara. Kanada 58 kasus, Cina 1.190 kasus, Hongkong (708), Taiwan (13), Prancis (1), Jerman (5), Italia (3), Republik Irlandia (2), Rumania (3), Singapura (95), Switzerland (2), Thailand (7), Inggris (3), Amerika (72), Vietnam (58), Australia (1), Belgia (1), dan terakhir Indonesia dengan (diduga SARS) 3 kasus.
Indonesia baru diduga. Sebab, Depkes belum punya alat deteksi maksimal dan pasti penderita mengidap SARS. ''Kami sedang usahakan mendatangkan dari Amerika,'' kata Menkes Achmad Sujudi. Tetapi, berdasarkan uji klinik, jajaran Depkes sudah bisa menunjuk, pasien SARS atau tidak.
Penyebaran penyakit ini memang cepat dan luas. Dari peta persebarannya, virus ini berasal dari Cina langsung menyebar ke Hongkong dan dari sana menyebar ke seluruh dunia. Dikenal sangat cepat karena data di Hongkong menyebutkan, pada 26 Maret 2003 baru 51 kasus SARS ditemukan. Tetapi sehari kemudian, 27 Maret dilaporkan ada 370 kasus SARS.
Cara Penularan
WHO, badan kesehatan dunia, menyatakan kontak erat dengan penderita SARS/CVP dapat tertular. Cairan tubuh, seperti batuk, bersin, dahak, serta cairan yang melalui pernapasan. Ludah belum disebut. Tetapi, ludah bisa saja menjadi penyebab penularan ini. Dokter Carlo Urbani, petugas kesehatan WHO, yang ditugaskan ke Hanoi dan Vietanam harus menemui ajalnya karena tertular penyakit ini. Jumlah virus yang bisa menulari orang lain belum bisa ditentukan secara pasti. Tetapi, seorang ilmuwan Hongkong menemukan satu contoh kasus menarik. Virus ini hanya bisa hidup di luar tubuh dalam beberapa jam saja. Akan tetapi, penularan dapat terjadi melalui kontak sentuhan. Misalnya, pada saat tangan menekan tombol lift atau memegang pintu yang sebelumnya telah tercemar virus Corona.
Bandar udara dan pelabuhan laut dituding paling aktif sebagai pintu masuk virus ini ke sejumlah negara dunia. Bandara Ngurah Rai harus hati-hati bila tidak ingin penduduk Bali terserang virus ganas ini. Sebab, dari sanalah, virus ini bisa masuk ke negeri ini.
Tes laboratorium yang bisa dipakai sebagai alat deteksi yaitu tes DNA sequencing bagi Corona virus. Hasilnya dapat diperoleh setelah delapan jam dan dinyatakan amat akurat. Tes lama hanya mampu mendeteksi antibodi saja.
Gejala
Menurut center for diseases control and revention (CDC) Atlanta, AS, gejala serangan virus ini dimulai dengan demam 100,4 derajat Fahrenheit atau 38 derajat Celcius. Demam kadang disertai menggigil, sakit kepala, dan perasaan lesu, serta nyeri tubuh. Pada awal serangan, sering terjadi gangguan pernapasan ringan. Setelah tiga sampai tujuh hari, penderita akan mengalami batuk kering tidak berdahak. Tetapi lama-lama, penderita kekurangan oksigen dalam darah. Sedikitnya 10-20 persen penderita memerlukan alat bantu pernapasan (ventilator). Masa inkubasi virus ini 3-10 hari.
Saat inkubasi, tidak begitu menular. Penularan baru terjadi saat muncul gangguan pernapasan atau setelah masa inkubasi. Gedung atau ruangan atau ruangan dalam pesawat belum terbukti sebagai alat persebaran virus ini bila pasien berada dalam ruangan tersebut. Kendati demikian, sembilan orang mengidap virus ini setelah mereka melakukan penerbangan dari Hongkong ke Beijing. Diduga mereka duduk berdampingan dengan penderita SARS. Kecepatan penularannya lebih lambat dari penyakit campak, gondong, dan influenza.
Hingga saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk virus jenis ini. Obat antivirus ribavirin dan steroid masih diragukan bisa menangkal kedahsyatan si bengis Corona. Namun, kombinasi ribavirin dan steroid bisa meringankan penyakit 80 persen penderita SARS/CVP. Kebanyakan orang tua dan anak-anak lebih mudah terserang penyakit ini. Orang muda dan dewasa yang sehat lebih mudah sembuh bila terserang SARS/CVP.
Depkes mengeluarkan status waspada terhadap SARS. Itu sebabnya, perlu dihindari tempat yang padat kerumunan orang, apabila tidak perlu. Hindari kunjungan ke rumah sakit serta hindari penderita gejala pneumonia. Cuci tangan lebih sering lebih baik. Bila perlu gunakan alkohol 70% seperti yang kerap dipakai dokter untuk membersihkan kulit sebelum disuntik. Hindari pula menyentuh mulut, hidung, dan mata bila tangan kotor. Gunakan masker apabila batuk, pilek agar tidak menular ke orang lain.
Sebagian besar infeksi terjadi di rumah sakit. Di jalan, kemungkinan itu lebih kecil. Bagi petugas kesehatan, diharapkan selalu mengenakan masker khusus. Depkes berencana membagikan masker khusus dari WHO sebagai proteksi SARS ke seluruh petugas medis di seluruh Indonesia. Terakhir, jangan lupa melakukan kewaspadaan universal di semua sarana kesehatan.
Selain membuka pintu 24 jam, Depkes membuka hotline service SARS melalui 021-6506568 atau fax 021 6401411, atau di website: www.infeksi.com, email info@infeksi.com. posko pelayanan antisipasi KLB SARS Ditjen P2M-PL Depkes RI Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560 telp 021- 4265974. Pemerintah juga resmi menunjuk RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso di Jalan Sunter Permai, Jakarta Utara sebagai rujukan nasional.
Bahaya Nasional
Penyakit impor SARS telah masuk ke Indonesia. Setidaknya, tiga orang telah diduga mengidap penyakit baru dan ganas ini. Ketiganya berada di Batam, Semarang (Siti Aminah, seorang TKI), dan di Jakarta. Pemerintah menetapkan SARS sebagai ancaman dan bahaya nasional. Itu sebabnya, rakyat diminta waspada dan tidak bepergian ke sejumlah negara asal SARS, seperti Cina, Hongkong, dan Singapura. Presiden Megawati Soekarnoputri langsung melakukan sidang kabinet, khusus membahas masalah ini. Hasilnya, pemerintah menetapkan penggunaan UU No. 4 Tahun 1984 sebagai alat paksa guna mencegah meluasnya penyakit jenis ini. Demikian disampaikan Menko Kesra Jusuf Kalla kepada wartawan, usai mengikuti rapat kabinet terbatas di Istana Negara, Jakarta, Kamis (3/4). Dalam jumpa pers di Departemen Kesehatan, Menkes Achmad Sujudi mengeluarkan SK No. 424/Menkes/SK/IV/2003 tentang penetapan SARS sebagai penyakit berbahaya dan langkah pencegahannya. Sejumlah tempat di Indonesia telah ditetapkan sebagai ''waspada I''. Di antaranya, Jakarta, Bali, dan Batam. ''Semua tempat yang memiliki arus lalu lintas manusia paling padat, khususnya bandar udara dan pelabuhan,'' tegas Menkes Achmad Sujudi.