Jika separuh wajah mengalami kelumpuhan secara tiba-tiba dan mulut tidak lagi simetris (mencong), tak perlu khawatir menderita stroke. Bisa jadi, Anda menderita Bell’s Palsy.

Hal itu dialami Dwiartha (44), seorang karyawan yang biasa bekerja di studio televisi dan pulang pada malam hari dengan menggunakan sepeda motor. Diawali dengan rasa sakit di telinga, tiba-tiba separuh wajahnya mengalami kelumpuhan. Mulutnya mencong, mata kiri tidak bisa berkedip, begitu pula alis mata tak bisa terangkat.

Hanya dalam pemeriksaan singkat dan sederhana, dokter mendiagnosis ia menderita Bell’s Palsy. Paparan pendingin ruangan (AC) yang terlalu dingin di studio televisi dan terpaan angin malam saat mengendarai sepeda motor diduga sebagai biang keladi penyakit ini. Untuk penyembuhannya harus menjalani pengobatan dan fisioterapi.

Apa sebenarnya Bell’s Palsy?

“Itu penyakit kelumpuhan saraf yang menyerang bagian saraf di wajah. Di daerah wajah ada saraf penciuman, penglihatan, bola mata, kulit wajah, otot wajah, saraf pendengaran, serta saraf lain yang jumlahnya ribuan. Nah, penyakit ini biasanya mengganggu saraf otot wajah,” kata Dokter Spesialis Saraf dari RS Panti Waluya Sawahan Malang, dr Hari Purnomo SpS.

Penyebabnya adalah sejenis virus yang hanya bisa menyerang secara parsial. Jadi tidak bisa menyerang lebih dari satu bagian saraf. “Ini penyakit yang tergolong tidak berbahaya, dan tidak mematikan,” katanya.

Memang, lanjut Hari, terjadi kelumpuhan di salah satu sisi wajah tapi sifatnya sementara. Ini terjadi akibat pembengkakan pada bagian yang terserang virus.

“Penderitanya pasti akan merasa tidak nyaman. Bahayanya, jika tidak diobati, akan meninggalkan bekas permanen. Tetapi sekitar 95% pasien yang terserang virus ini bisa sembuh secara total,” jelas Hari.

Sebanyak 5% penderita umumnya terlambat mengobati, hingga meninggalkan bekas seperti kemerahan (memar) di bagian wajah.

Soal jenis virus yang menyerang, kata dia, bisa karena virus herpes tapi bisa juga disebabkan udara kotor. “Penyakit ini sama persis dengan penyakit herpes yang tidak menyebabkan kematian. Kalau herpes meyerang kulit, dan jika tidak segera diobati akan meninggalkan bekas luka permanen,” katanya.

Sedangkan penyakit Bell’s Palsy menyerang otot-otot saraf. “Tapi jangan khawatir, penyakit ini tetap bisa sembuh karena virusnya masuk dalam katagori virus yang sangat jinak,” tandas Hari.

Bagi dokter saraf, hanya dengan melihat bagian wajah yang dikeluhkan pasien saja sudah cukup untuk mendeteksi awal bahwa orang tersebut terkena Bell’s Palsy. Jika yang lumpuh wajah sebelah kanan, berarti saraf yang mati sebelah kiri.

Berbeda dengan penyakit hepatitis atau cacar, penyakit ini tidak ada pencegahannya. Apalagi penyakit ini tergolong jarang terjadi dan tidak menyebabkan kematian.

“Pencegahan cukup dilakukan sendiri yaitu menjaga kebersihan rumah. Bagi yang punya kerjaan dengan mobilitas di jalan, sebaiknya menjaga diri dari terpaan angin secara terus menerus pada kulit,” jelas Hari.

Sebaliknya, jika sudah terkena, bisa mengonsumsi obat antivirus yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit herpes dan vitamin untuk saraf.

Menurutnya, setiap orang bisa terkena virus ini. Akan tetapi yang paling rawan adalah orang dewasa. “Jika sudah ada gejala kelumpuhan otot di wajah, jangan dibiarkan sampai lebih dari tiga hari. Segera periksa ke dokter, supaya bisa sembuh dalam waktu paling lambat seminggu dan tidak menimbulkan bekas,” tambahnya.