Bermain itu mudah, tapi memilih permainan yang tepat perlu kecermatan. Menurut Elly Prasetyo S.Psi, Msi, psikolog, di saat bermain anak memusatkan perhatiannya pada apa yang dia mainkan. Bila kesempatan ini dimanfaatkan, anak bisa ikut melatih multiple intelegencesnya. Apa saja yang perlu diperhatikan..?

Pertama sesuaikan permainan dengan usia. Ini penting. Merangsang kemampuan nalar dan motorik anak tanpa mengetahui apa yang dia butuhkan hanya akan sia-sia. Berikan permainan yang memang cocok dan mampu dia mainkan. ’’Tidak perlu mahal yang penting sesuai fungsinya,” kata Elly. Untuk bayi misalnya, pilihkan permainan dengan warna solid seperti merah, kuning dan hijau. Karena pada masa ini batita baru mengenal warna, bentuk, dan tekstur. Supaya tetap aman, orang tua bisa memilih permainan yang tidak memiliki siku tajam.

Kebutuhan mengenal warna untuk bayi usia 1 – 5 bulan, tentu berbeda dengan yang usianya 6 bulan. Untuk usia ini, Elly menyarankan permainan yang mengeluarkan bunyi-bunyian. Sehingga anak mulai akrab dengan suara dan kata-kata. ’’Kalau sudah 9 bulan ke atas boleh diberikan permainan menyusun lego, puzzle, atau maze. Semakin tambah usia, jumlah piecenya bisa ditambahkan supaya kreativitasnya mengikuti,” ujar Elly. Menambah tingkat kesulitan permainan sekaligus menjawab kriteria kedua, yakni permainan yang bisa diselesaikan dengan beragam alternatif penyelesaian. ’’Kalau di setiap permainan punya dua kriteria ini, untuk tahap bayi usia 1-3 tahun, dia bisa mengenal banyak hal. Nanti di saat fisiknya mulai kuat, ajak anak bermain yang melibatkan interaksi dengan orang lain. Anak belajar menunggu giliran bermain. Dia belajar tidak egois. Kriteria bermain seperti ini yang perlu orang tua tahu,’’ kata Elly.

Orang tua ikut menentukan..
Di balik segala sisi positif sebuah permainan, keterlibatan orang tua di masa tumbuh kembang anak tetap yang utama. Interaksi orang tua dan anak yang akan menentukan apakah permainan itu efektif atau tidak. Untuk memperoleh kecerdasan anak yang multiple diperlukan tiga hal penting yakni kecukupan nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi dini. Makanan bergizi diperlukan untuk memaksimalkan sinaps dan memori otak. Kasih sayang orang tua mempengaruhi kecerdasan emosi, intra dan interpersonalnya. Sedangkan stimulasi dini untuk melatih banyak kecerdasan. Seperti verbal-linguistic (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat, presentasi, pidato, diskusi, tulisan), logical–mathematical (kemampuan menggunakan logika-matematik dalam memecahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi), bodily-kinesthetic (ketrampilan gerak, menari, olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dengan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal (kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), dan naturalist (kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).