S oalnya, minyak ikan mengandung Omega-3 dan berbagai vitamin. Namun, mengkonsumsinya harus sesuai aturan, lo.

Siapa tak kenal minyak ikan? Bagi yang memiliki anak balita tentu tak asing lagi dengan minyak yang satu ini. Sejak dulu pun orang tua kita sudah familiar dengan minyak ini. Ingat, kan, kalau anak-anak susah makan, orang tua langsung bergegas memberinya minyak ikan?

Berdasarkan penelitian, ternyata minyak ikan tak sekadar bisa menambah nafsu makan, bahkan di dalamnya mengandung Omega-3, yang kita tahu, terutama DHA, kaitannya dengan kecerdasan amat menonjol. Itulah mengapa, meski sudah old fashion, minyak ikan tetap populer.

Omega-3, jelas Nurfri Afriansyah, peneliti dari bagian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, IPB Bogor, ada 2 unsur asam lemak esensial rantai panjang: EPA (Eico Pentanoic Acid)/asam lemak Omega-3 rantai panjang C 20 dan DHA (Doxoca Hexanoic Acid)/asam lemak omega rantai panjang C 22. Asam lemak dari Omega-3 ini disebut juga asam linoleat.

DHA sangat berperan dalam meningkatkan ketajaman retina mata kita, sekaligus meningkatkan kecerdasan otak. Seperti diketahui, mata sangat penting. Indra penglihatan ini merupakan jendela untuk melihat segala sesuatu yang kemudian meneruskan stimulus ke otak. "Nah, ketajaman mata menangkap suatu objek dan meneruskannya jadi respon di otak, dipengaruhi oleh unsur DHA. Itulah mengapa, dikatakan DHA berperan terhadap kecerdasan." Sedangkan unsur EPA berperan terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah.

IKAN LAUT DALAM

Kandungan Omega-3 yang tertinggi ditemui pada ikan laut dalam, seperti minyak dari hati ikan cod atau yang kerap disebut cod liver oil. Sementara pada ikan yang hidup di permukaan, boleh dikata kandungan Omega-3-nya kecil atau hampir tak ada.

Kandungan Omega-3 yang tinggi pada ikan laut dalam disebabkan ikan tersebut harus bertahan terhadap lingkungan sekitarnya, seperti suhu dingin dan tekanan tinggi, hingga dibutuhkan timbunan lemak yang tinggi pula. Bukan itu saja, ikan laut dalam juga mengkonsumsi phytoplankton atau tanaman yang hidup di dasar laut. Padahal, dalam phytoplankton terkandung unsur Omega-3, walau rantai pendek atau C 18. Omega rantai pendek ini juga bisa dijumpai pada tumbuhan jagung. "Sedangkan ikan-ikan di permukaan tak mengkonsumsi itu, kecuali mungkin ikan yang dibudidayakan dengan pemberian makanan seperti itu," jelas Nurfri.

VITAMIN DAN MINERAL

Dalam minyak ikan juga ada vitamin, karena minyak ikan diambil dari hati ikan. Bukankah hati adalah salah satu sumber vitamin A, D, dan juga kalsium? Itu sebab, sering dikatakan minyak ikan baik juga untuk pertumbuhan tulang dan gigi.

Jadi, bila orang tua jaman dulu menganggap minyak ikan dapat menambah nafsu makan pada anak, ada benarnya. Karena memang di dalamnya terdapat unsur penambah nafsu makan. "Umumnya, komposisi obat penambah nafsu makan itu kebanyakan vitamin dan yang dominan adalah vitamin B kompleks. Namun vitamin D juga termasuk unsur yang bisa membangkitkan nafsu makan," terang Nurfri.

Selain kandungan di atas, dalam ingridient kemasannya juga tertera kandungan jus jeruk. "Hal ini dimaksudkan agar terasa menyegarkan sekaligus mengurangi bau amis. Bukankah pada umumnya anak-anak tak menyukai minyak ikan ini gara-gara baunya?"

Sayangnya, belum jelas apakah rasa jeruk ini berasal dari sari pati jeruk asli atau hanya flavour. "Kalau hanya flavour,tak ada manfaatnya. Beda bila memang betul-betul dari sari pati jeruk asli di mana terkandung asam folat yang tinggi dan sangat baik untuk tumbuh kembang anak."

JANGAN BERLEBIHAN

Minyak ikan juga mengandung lemak tinggi. "Satu gram lemak kalau dikonversikan jadi 9 kalori. Bandingkan dengan satu gram karbohidrat yang hanya 4 kalori. Hingga, minyak ini sangat bagus bila diberikan pada anak kurus."

Walau begitu, jangan mentang-mentang anak kurus lalu konsumsi minyak ikannya diperbanyak, lo. Sebab, pemberian minyak ikan seyogyanya disesuaikan aturan penggunaannya. Dosis yang dianjurkan, terang Nurfri, untuk usia bayi antara 0,5-1,­ 1 sendok teh setiap hari; usia 1-3 tahun sekitar 1 sendok; dan usia 4-6 tahun sekitar 2 sendok makan tiap hari.

Selain itu, pada prinsipnya minyak ikan termasuk food supplement atau zat gizi tambahan yang berasal dari ikan. "Prinsip dasar makanan suplemen itu, kan, hanya layak dikonsumsi oleh individu yang memang kekurangan zat gizi atau bahan makanan tak bisa masuk ke tubuhnya semisal dikarenakan tak ada nafsu makan atau dalam keadaan sakit."

Jadi, bila pola makannya baik, sebetulnya tak perlu lagi mengkonsumsi yang namanya suplemen karena bisa berakibat kelebihan zat gizi yang ada pada suplemen tersebut. Seperti diuraikan di atas, dalam minyak ikan terkandung vitamin A, D, dan kalsium yang cukup tinggi. "Padahal, vitamin hanya dibutuhkan sedikit dalam tubuh."

Contoh saja, pada bayi, bukankah ia juga mengkonsumsi susu yang di dalamnya terdapat kandungan kalsium tinggi? Nah, jika ditambah dengan masuknya minyak ikan secara berlebihan, tentu akan kelebihan kalsium yang bisa jadi toksid/racun. "Apalagi pencernaan pada bayi masih belum sekuat orang dewasa. Ini akan memperberat sistem pencernaannya."

Pun begitu pada anak balita. "Taruhlah kebutuhan kalsium anak usia 1-2 tahun sekitar 500 mg per hari. Padahal, dari minyak ikan sekali makan sudah diperoleh sekitar 400 mg. Belum lagi dari bahan makanan lain."

HANYA BILA TAK NAFSU MAKAN

Jadi, tekan Nurfri, jangan mentang-mentang merasa anak kurang gizi lalu diberikan minyak ikan dalam dosis dua kali lipat, ya, Bu. Sebaiknya, hanya diberikan kalau anak tak nafsu makan. "Karena pada anak yang tak nafsu makan, otomatis zat-zat gizi lainnya tak masuk ke tubuhnya. Nah, untuk mengkompensasi kekurangan dari zat-zat yang seharusnya dari makanan inilah diberikan food suplemen minyak ikan ini."

Sebetulnya, terang Nurfri, akan lebih bagus lagi bila anak bisa mengkonsumsi langsung dari ikan. Dengan demikian, bukan hanya Omega-3-nya saja yang bisa diperoleh, tapi kandungan peridoksin, yodium, dan niasinnya bisa didapat. "Kalau dalam bentuk ekstrak minyak ikan, pasti ada zat-zat lain dari bahan makanan ikan tersebut yang tersisih." Tentunya ini hanya bisa dilakukan pada anak yang tak alergi terhadap ikan.

Saran Nurfri, agar kadar Omega-3 dalam ikan bisa dipertahankan, sebaiknya dalam mengolahnya tak digoreng karena Omega-3 akan rusak dengan panas tinggi. "Paling baik jika diolah dengan cara dipepes atau dipanggang."