http://babyshare.wordpress.com/2008/04/20/menyikapi-kontroversi-autisme-dan-imunisasi-mmr/

dr. Widodo Judarwanto, Rumah Sakit Bunda Jakarta

Dalam waktu terakhir ini kasus penderita autisme tampaknya semakin
meningkat pesat. Autisme tampak menjadi seperti epidemi ke berbagai belahan
dunia. Dilaporkan terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang
cukup tajam di beberapa negara. Keadaan tersebut di atas cukup mencemaskan
mengingat sampai saat ini penyebab autisme multifaktorial, masih misterius
dan sering menjadi bahan perdebatan diantara para klinisi.


Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Perdebatan yang terjadi
akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinan hubungan autisme dengan imunisasi
MMR (Mumps, Measles, Rubella). Banyak orang tua menolak imunisasi karena
mendapatkan informasi bahwa imunisasi MMR dapat mengakibatkan autisme.
Akibatnya anak tidak mendapatkan perlindungan imunisasi untuk menghindari
penyakit-penyakit justru yang lebih berbahaya seperti hepatitis B, Difteri,
Tetanus, pertusis, TBC dan sebagainya. Banyak penelitian yang dilakukan
secara luas ternyata membuktikan bahwa autism tidak berkaitan dengan
imunisasi MMR. Tetapi memang terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa
Autism dan imunisasi MMR berhubungan.

Imunisasi MMR adalah imunisasi kombinasi untuk mencegah penyakit Campak,
Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian vaksin MMR biasanya diberikan
pada usia anak 16 bulan. Vaksin ini adalah gabungan vaksin hidup yang
dilemahkan. Semula vaksin ini ditemukan secara terpisah, tetapi dalam
beberapa tahun kemudian digabung menjadi vaksin kombinasi. Kombinasi
tersebut terdiri dari virus hidup Campak galur Edmonton atau Schwarz yang
telah dilemahkan, Componen Antigen Rubella dari virus hidup Wistar RA 27/3
yang dilemahkan dan Antigen gondongen dari virus hidup galur Jerry Lynn
atau Urabe AM-9.

Pendapat yang mendukung autism berkaitan dengan imunisasi :
Terdapat beberapa penelitian dan beberapa kesaksian yang mengungkapkan
Autisme mungkin berhubungan dengan imunisasi MMR. Reaksi imunisasi
MMRsecara umum ringan, pernah dilaporkan kasus meningoensfalitis pada
minggu
3-4 setelah imunisasi di Inggris dan beberapa tempat lainnya. Reaksi klinis
yang pernah dilaporkan meliputi kekakuan leher, iritabilitas hebat,
kejang, gangguan kesadaran, serangan ketakutan yang tidak beralasan dan
tidak dapat dijelaskan, defisit motorik/sensorik, gangguan penglihatan,
defisit visual atau bicara yang serupa dengan gejala pada anak autism.

Andrew Wakefielddari Inggris melakukan penelitian terhadap 12 anak,
ternyata terdapat gangguan Inflamantory Bowel disesase pada anak autism.
Hal ini berkaitan dengan setelah diberikan imunisasi MMR. Bernard Rimland
dari Amerika juga mengadakan penelitian mengenai hubungan antara vaksinasi
terutama MMR (measles, mumps rubella ) dan autisme. Wakefield dan
Montgomery melaporkan adanya virus morbili (campak) dengan autism pada 70
anak dari 90 anak autism dibandingkan dengan 5 anak dari 70 anak yang tidak
autism. Hal ini hanya menunjukkan hubungan, belum membuktikan adanya sebab
akibat.

Jeane Smith seorang warga negara Amerika bersaksi didepan kongres Amerika :
kelainan autis dinegeri ini sudah menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua
anak penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang terkena autisme
disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi. Sedangkan beberapa orang tua
penderita autisme di Indonesiapun berkesaksian bahwa anaknya terkena
autisme setelah diberi imunisasi

Pendapat yang menentang bahwa imunisasi menyebabkan autisme
Sedangkan penelitian yang mengungkapkan bahwa MMR tidak mengakibatkan
Autisme lebih banyak lagi dan lebih sistematis. Brent Taylor, melakukan
penelitian epidemiologik dengan menilai 498 anak dengan Autisme.
Didapatkan kesimpulan terjadi kenaikkan tajam penderita autism pada tahun
1979, namun tidak ada peningkatan kasus autism pada tahun 1988 saat
MMRmulai digunakan. Didapatkan kesimpulan bahwa kelompok anak yang
tidak
mendapatkan MMR juga terdapat kenaikkan kasus aurtism yang sama dengan
kelompok yang di imunisasi MMR.

Dales dkk seperti yang dikutip dari JAMA (Journal of the American Medical
Association) 2001, mengamati anak yang lahir sejak tahun 1980 hingga 1994
di California, sejak tahun 1979 diberikan imunisasi MMR. Menyimpulkan
bahwa kenaikkan angka kasus Autism di California, tidak berkaitan dengan
mulainya pemberian MMR .

Intitute of medicine, suatu badan yang mengkaji keamanan vaksin telah
melakukan kajian yang mendalam antara hubungan Autisme dan MMR. Badan itu
melaporkan bahwa secara epidemiologis tidak terdapat hubungan antara
MMRdan ASD. The British Journal of General Practice mepublikasikan
penelitian
De Wilde, pada bulan maret 2001. Meneliti anak dalam 6 bulan setelah
imunisasi MMR dibandingkan dengan anak tanpa Autisme. Menyimpulkan tidak
terdapat perubahan perilaku anak secara bermakna antara kelompok control
dan kasus. Pada jurnal ilmiah Archives of Disease in Childhood, September
2001, The Royal College of Paediatrics and Child Health, menegaskan bahwa
tidak ada bukti ilmiah yang mendukung adanya hipoteda kaitan
imunisasi MMRdan Autisme. Para profesional di bidang kesehatan tidak
usah ragu dalam
merekomendasikan imunisasi MMR pada pasiennya..

Makela A, Nuorti JP, Peltola H tim peneliti dari Central Hospital Helsinki
dan universitas Helsinky Finlandia pada bulan Juli 2002 telah melakukan
penelitian terhadap 535.544 anak yang mendapatkan imunisasi MMR sejak 1982
hingga 1986, yang dilakukan pengamatan 3 bulan setelah di Imunisasi. Mereka
menyimpulkan bahwa tidak menunjukkan hubungan yang bermakana antara
imunisasi MMR dengan penyakit neurologis (persrafan) seperti ensefalitis,
aseptik meningitis atau autisme. Kreesten Meldgaard Madsen dkk bulan
November 2002, melakukan penelitian sejak tahun 1991 – 1998 terhadap
440.655 anak yang mendapatkan imunisasi MMR. Hasilnya menunjukkan tidak
terbukti hipotesis hubungan MMR dan Autisme.

Rekomendasi Intitusi atau Badan Kesehatan Dunia
Beberapa institusi atau badan dunia di bidang kesehatan yang independen
dan sudah diakui kredibilitasnya juga melakukan kajian ilmiah dan
penelitian tentang tidak adanya hubungan imunisasi dan autisme. Dari hasil
kajian tersebut, dikeluarkan rekomendasi untuk tenaga profesional untuk
tetap menggunakan imunisasi MMR dan thimerosal karena tidak terbukti
mengakibatkan Autisme.

The All Party Parliamentary Group on Primary Care and Public Health pada
bulan Agustus 2000, menegaskan bahwa MMR aman. Dengan memperhatikan
hubungan yang tidak terbukti antara beberapa kondisi seperti inflammatory
bowel disease (gangguan pencernaan) dan autisme adalah tidak berdasar.

WHO (World Health Organisation), pada bulan Januari 2001 menyatakan
mendukung sepenuhnya penggunaan imunisasi MMR dengan didasarkan kajian
tentang keamanan dan efikasinya.

Beberapa institusi dan organisasi kesehatan bergengsi di Inggris termasuk
the British Medical Association, Royal College of General Practitioners,
Royal College of Nursing, Faculty of Public Health Medicine, United Kingdom
Public Health Association, Royal College of Midwives, Community
Practitioners and Health Visitors Association, Unison, Sense, Royal
Pharmaceutical Society, Public Health Laboratory Service and Medicines
Control Agency pada bulan januari tahun 2001 setelah mengadakan pertemuan
dengan pemerintahan Inggris mengeluarkan pernyataan bersama yaitu
MMRadalah vaksin yang sangat efektif dengan laporan keamanan yang
sangat baik.
Secara ilmiah sangat aman dan sanagat efektif untuk melindungi anak dari
penyakit. Sangat merekomendasikan untuk memberikan MMR terhadap anak dan
tanpa menimbulkan resiko.

The Committee on Safety of Medicine (Komite Keamanan Obat) pada bulan Maret
2001, menyatakan bahwa kesimpulan dr Wakefield tentang vaksin MMR terlalu
premature. Tidak terdapat sesuatu yang mengkawatirkan. The Scottish
Parliament�s Health and Community Care Committee, juga menyatakan pendapat
tentang kontroversi yang terjadi, yaitu Berdasarkan pengalaman klinis
berbasis bukti, tidak terdapat hubungan secara ilimiah antara MMR dan
Autisme atau Crohn disease. Komite tesebut tidak merekomendasikan perubahan
program imunisasi yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa MMR tetap harus
diberikan.

The Irish Parliament�s Joint Committee on Health and Children pada bulan
September 2001, melakukan review terhadap beberapa penelitian termasuk
presentasi Dr Wakefield yang mengungkapkan AUTISM berhungan dengan MMR.
Menyimpulkan tidak ada hubungan antara MMR dan Autisme. Tidak terdapat
pengalaman klinis lainnya yang mebuktikan bahan lain di dalam MMR yang
lebih aman dibandingkan kombinasi imunisasi. MMR.

The American Academy of Pediatrics (AAP), organisasi profesi dokter anak di
Amerika Serikat pada tanggal 12 � 13 Juni 2000 mengadakan konferensi dengan
topik “New Challenges in Childhood Immunizations” di Oak Brook, Illinois
Amerika Serikat yang dihadiri para orang tua penderita autisme, pakar
imunisasi kesehatan anak dan para peneliti. Pertemuan tersebut
merekomendasikan bahwa tidak terdapat huibungan antara MMR dan Autisme.
Menyatakan bahwa pemberian imunisasi secara terpisah tidak lebih baik
dibandingkan MMR, malahan terjadi keterlambatan imunisasi MMR. Selanjutnya
akan dilakukan penelitian l;ebih jauh tentang penyebab Autisme.

BAGAIMANA SIKAP KITA SEBAIKNYA ?
Bila mendengar dan mengetahui kontroversi tersebut, maka masyarakat awam
bahkan beberapa klinisipun jadi bingung. Untuk menyikapinya kita harus
cermat dan teliti dan berpikiran lebih jernih. Kalau mengamati beberapa
penelitian yang mendukung adanya autisme berhubungan dengan imunisasi,
mungkin benar sebagai pemicu. Secara umum penderita autisme sudah
mempunyai kelainan genetik (bawaan) dan biologis sejak awal. Hal ini
dibuktikan bahwa genetik tertentu sudah hampir dapat diidentifikasi dan
penelitian terdapat kelainan otak sebelum dilakukan imunisasi. Kelainan
autism ini bisa dipicu oleh bermacam hal seperti imunisasi, alergi
makanan, logam berat dan sebagainya. Jadi bukan hanya imunisasi yang dapat
memicu timbulnya autisme. Pada sebuah klinik tumbuh kembang anak didapatkan
40 anak dengan autism tetapi semuanya tidak pernah diberikan imunisasi. Hal
ini membuktikan bahwa pemicu autisme bukan hanya imunisasi.

Penelitian yang menunjukkan hubungan keterkaitan imunisasi dan autism hanya
dilihat dalam satu kelompok kecil (populasi) autism. Secara statistik hal
ini hanya menunjukkan hubungan, tidak menunjukkan sebab akibat. Kita juga
tidak boleh langsung terpengaruh pada laporan satu atau beberapa kasus,
misalnya bila orang tua anak autism berpendapat bahwa anaknya timbul gejala
autism setelah imunisasi. Kesimpulan tersebut tidak bisa digeneralisasikan
terhadap anak sehat secara umum (populasi lebih luas). Kalau itu terjadi
bisa saja kita juga terpengaruh oleh beberapa makanan yang harus dihindari
oleh penderita autism juga juga akan dihindari oleh anak sehat lainnya.
Jadi logika tersebut harus dicermati dan dimengerti.

Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitan autism dan
imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas, maka
kita akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih
berbahaya pada anak. Penelitian dalam jumlah besar dan luas secara
epidemiologis lebih bisa dipercaya untuk menunjukkan sebab akibat
dibandingkan laporan beberapa kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna
secara umum. Beberapa institusi atau badan kesehatan dunia yang bergengsi
pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskan pemberian
imunisasi MMR. Hal ini juga menambah keyakinan kita bahwa memang Imunisasi
MMR memang benar aman.

Kontroversi itu terus berlanjut terus, namun kita bisa mengambil hikmah dan
jalan yang terbaik anak kita harus imunisasi atau tidak ? Untuk meyakinkan
hal tersebut mungkin kita bisa berpedoman pada banyak penelitian yang
lebih dipercaya validitasnya secara statistik dengan populasi lebih banyak
dan luas yaitu Autisme tidak berhubungan dengan MMRl. Demikian pula kita
harus percaya terhadap rekomendasi berbagai badan dunia kesehatan yang
independen dan terpercaya setelah dilakukan kajian ilmiah terhadap berbagai
penelitian yang dilakukan oleh beberapa pakar kesehatan anak di berbagai
dunia maju.

Dari beberapa hal tersebut diatas, tampaknya dapat disimpulkan bahwa
Imunisasi MMR tidak mengakibatkan Autisme, bila anak kita sehat dan tidak
berbakat autisme. Tetapi diduga imunisasi dapat memicu memperberat
timbulnya gangguan perilaku pada anak yang sudah mempunya bakat autisme
secara genetik sejak lahir.

Tetapi tampaknya teori, penelitian atau pendapat beberapa kasus yang
mendukung keterkaitan autisme dengan imunisasi, tidak boleh diabaikan
bergitu saja. Meskipun laporan penelitian yang mendukung hubungan Autisme
dan imunisasi hanya dalam populasi kecil atau bahkan laporan perkasus anak
autisme. Sangatlah bijaksana untuk lebih waspada bila anak kita sudah mulai
tampak ditemukan penyimpangan perkembangan atau perilaku sejak dini, memang
sebaiknya untuk mendapatkan imunisasi MMR harus berkonsultasi lebih jelas
dahulu dengan dokter anak. Bila anak kita sudah dicurigai ditemukan bakat
kelainan Autism sejak dini atau beresiko terjadi autisme, mungkin bisa saja
menunda dahulu imunisasi MMR sebelum dipastikan diagnosis Autisme dapat
disingkirkan. Meskipun sebenarnya pemicu atau faktor yang memperberat
Autisme bukan hanya imunisasi. Dalam hal seperti ini kita harus memahami
dengan baik resiko, tanda dan gejala autisme sejak dini.

Tetapi bila anak kita sehat, tidak beresiko atau tidak menunjukkan tanda
dini gejala Autisme maka kita tidak perlu kawatir untuk mendapatkan
imunisasi tersebut. Kekawatiran terhadap imunisasi tanpa didasari
pemahaman yang baik dan pemikiran yang jernih akan menimbulkan
permasalahan kesehatan yang baru pada anak kita. Dengan menghindari
imunisasi maka akan timbul permasalahan baru yang lebih berbahaya dan
dapat mengancam jiwa terutama bila anak terkena infeksi yang dapat dicegah
dengan imunisasi