Menyiasati Anak Sulit Makan
Oleh: Dr Endang Darmoutomo MS SpGK


Orang tua sering bingung menghadapi anak yang “sulit” makan. Mereka kuatir anaknya tak cukup makan atau kelebihan makan, sehingga mengganggu pertumbuhan anak mereka.

Namun tanggapan dari kebingungan orangtua itu sering kali justru menjadi senjata bagi si anak. Akibatnya sesuatu yang sebenarnya bukan masalah besar, menjadi semakin berlarut-larut.

Prinsip yang harus dipegang oleh orang tua adalah: perubahan pola makan pada waktu tertentu pada anak bukan masalah besar selama anak tersebut tetap bertumbuh, tetap sehat dan terlihat gembira.

Masalah yang timbul pada periode tertentu akan hilang dengan sendirinya dengan bertambahnya usia anak. Dan hanya sedikit anak yang mengalami gangguan pertumbuhan akibat gangguan tersebut.

Apa yang disebut sulit makan pada anak?

Seringkali orang tua mengeluhkan anaknya sulit makan. Namun kebanyakan kesulitan makan tersebut hanyalah sesaat dan sifatnya ”normal”. Kesulitan makan seperti ini digolongkan masih fisiologis dan akan berlalu dengan sendirinya tanpa mengganggu pertumbuhan dan kesehatan anak.

Kesulitan makan pada anak baru disebut masalah atau gangguan makan (eating disorder) yang sifatnya patologis (penyakit) bila pola makan anak abnormal disertai gangguan pengenalan terhadap makanan dan tubuh (pandangan terhadap makanan dan bentuk tubuh tidak seperti keadaan sebenarnya) sehingga berakibat pada status gizi dan mengakibatkan penyakit fisik dan mental.

Jenis dan ciri-ciri kesulitan makan pada anak
Kesulitan makan pada anak sangat banyak jenisnya mulai dari yang tergolong fisiologis hingga patologis. Sulit makan pada balita umumnya bersifat ringan hingga sedang dan masih tergolong fisiologis. Sedangkan masalah makan yang tergolong sebagai penyakit umumnya baru timbul saat remaja.

Penyebab kesulitan makan berbeda-beda, demikian juga ciri-cirinya.

Yang masih masuk kriteria fisiologis:

1. Anak yang nafsu makannya sedikit.

ciri-ciri:
* jumlah makanan kurang dari anak sebaya
* jenis makanan beragam, namun jumlahnya sedikit
* Anak sehat tapi BB cenderung lebih rendah dari anak sebayanya
2. Anak yang pemilih (Selective eating)
* jenis makanan hanya itu-itu saja
* tak mau mencoba makanan baru
* anak aktif, BB normal / lebih / kurang dari anak sebaya
3. Anak yang suka menolak makanan
* menolak makanan pada keadaan tertentu
* menunjukkan rasa tidak suka pada seseorang atau keadaan itu
* pertumbuhan normal, BB/TB normal
4. Phobia/ ketakutan pada makanan
* menghindari makanan tertentu
* takut menelan, takut tersedak atau takut muntah
* pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan saat makan.
* anak tetap tumbuh karena zat gizi cukup dari makanan lain
5. Malas mengunyah
* tak mau makanan yang harus dikunyah/ digigit/ berserat
* memilih makanan lunak yang sudah tidak sesuai untuk usianya
* BB normal/ kurang dari anak sebayanya

Yang tergolong patologis (penyakit)

1. Anorexia nervosa dini
* BB turun
* Anggapan yang tidak normal mengenai makanan dan bentuk tubuhnya
* Bulimia nervosa dini
o Sengaja memuntahkan makanan berkali-kali kadang disertai tak mau makan
o Nafsu makan tak terkontrol
o Anggapan yang tidak normal mengenai makanan dan bentuk tubuhnya
* Gangguan emosi yang menjahui makanan
o menolak makan
o BB turun
o Suasana hati berubah-ubah
o Tidak ada penyakit yang mendasari
o Tidak ada gangguan persepsi terhadap bentuk tubuh atau makanan

Penyebab kesulitan makan
Pada anak usia 1 tahun, kesulitan makan adalah hal biasa. Anak harus menyesuaikan diri dengan perubahan bentuk makanan dari cair (susu) ke makanan padat. Pada saat yang sama, anak sudah mulai dapat berjalan sehingga anak sangat menikmati kepandaiannya untuk melihat sekitarnya dan tidak bersedia berhenti hanya untuk makan. Kebutuhan energi anak juga berkurang selaras dengan pertumbuhannya yang tidak sepesat tahun pertama kehidupannya.

Porsi makan anak juga sering dianggap masalah oleh orangtuanya, sebab orangtua membandingkan porsi anak dengan porsi dewasa. Sebagai pembanding, volume makanan anak usia 1 tahun sekitar 1/3 porsi orang dewasa. Usia 3 tahun, ½ porsi orang dewasa, pada usia 6 tahun porsinya 2/3 orang dewasa. Bila porsi anak lebih kecil dari anak sebayanya, kemungkinan anak sudah kenyang karena banyak ngemil sebelum waktu makan. Bila anak tetap makan dengan porsi kecil meskipun dalam keadaan lapar, biasanya salah satu orangtuanya juga pernah mengalami masalah ini sewaktu kecil.