Untuk menjadi orang tua yang ideal, yang pertama kali harus dilakukan adalah menjalin hubungan yang baik antara suami dan istri. Karena, biasanya anak-anak selalu memperhatikan hubungan yang terjadi pada orang tuanya. Jika hubungan antara suami dan istri tidak begitu baik maka besar kemungkinan hubungan antara orang tua dan anak juga menjadi tidak baik.
Menyediakan waktu untuk anak

Komunikasi yang baik memerlukan waktu yang berkualitas. Tak sedikit orang tua yang meyakini bahwa yang penting adalah kuantitas bukan kualitas. Dalam berkomunikasi, kuanlitas juga diperlukan. Bila orang tua bisa memberikan waktu yang berkualitas bagi anaknya, itu berarti ia sudah mengasihi dan memperhatikan anaknya. Setiap kali ada kesempatan, manfaatkan momen tersebut untuk mengajak anak bicara. Bicara di sini tidak sekadar basa-basi menanyakan apa kabarnya hari ini. Akan tetapi sebaiknya orang tua juga bisa menyelami perasaan senang, sedih, marah maupun keluh kesah anak.
Menghargai anak

Hargai keberadaan anak. Jangan hanya menganggapnya sebagai anak kecil. Kalaupun sedang bicara dengan anak, posisikan dirinya sebagai sosok yang dihargai dan sederajat. Dalam beberapa hal tertentu ada yang lebih diketahui anak ketimbang orang tua. Jadi ada baiknya orang tua pun belajar untuk menghargai dan mendengarkan pendapat anaknya.
Mengerti anak

Dalam berkomunikasi dengan anak, orang tua sebaiknya berusaha untuk mengerti dunia anak, memandang posisi mereka, mendengarkan apa ceritanya dan apa dalihnya. Mengenali apa yang menjadi suka dan duka, kegemaran, kesulitan, kelebihan, serta kekurangan mereka.
Dengarkan anak

Orang tua sebaiknya belajar untuk menjadi pendengar aktif bagi anaknya. Dengan demikian anak akan tahu bahwa orang tua mampu memahaminya seperti yang mereka rasakan. Bukan seperti yang dilihat atau disangka orang tuanya. Cara ini akan membuat anak merasa penting dan berharga. Selain itu anak akan belajar untuk mengenali, menerima, dan mengerti perasaan mereka sendiri, serta menemukan cara untuk mengatasi masalahnya.
Disiplin

Penerapan disiplin di dalam keluarga bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Misalnya, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah atau menyimpan sesuatu pada tempatnya dengan rapi. Anak pun perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif mengelola kegiatannya. Namun, penerapan disiplin harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak. Misalkan jika anak sedang dalam kondisi lelah, jangan lantas diminta mengerjakan tugas sekolah hanya karena saat itu merupakan waktunya untuk belajar.
Konsisten

Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tidak boleh minum air dingin jika sedang terserang batuk. Tapi kalau anak dalam keadaan sehat Anda mengijinkannya minum air dingin. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu. Yang penting setiap aturan mesti disertai penjelasan yang bisa dipahami anak, kenapa ini tidak boleh, kenapa itu boleh. Lama-lama, anak akan mengerti atau terbiasa mana yang boleh dan tidak. Orang tua juga sebaiknya konsisten. Jangan sampai lain kata dengan perbuatan. Misalnya, ayah atau ibu malah minum air dingin saat sakit batuk.