Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Madeline Albright pernah mundur dari kariernya selama beberapa tahun untuk merawat dan menjaga anak-anaknya. Dalam suatu wawancara, ia pernah mengatakan, jika ia mau melamar pekerjaan, ia akan menuliskan "menjadi ibu" dalam resumenya. Gurauan semacam ini datang dari seorang wanita yang pernah menduduki posisi tinggi dalam kepemerintahan negara adidaya sepertinya makin mengukuhkan bahwa menjadi seorang ibu bukanlah pekerjaan mudah.

Tetapi tetap saja, masih ada sebagian orang yang memiliki stereotip bahwa pikiran perempuan yang sudah memiliki anak cenderung rentan melakukan kesalahan dalam pekerjaan. Hal ini bahkan dikhawatirkan pula oleh seorang perempuan hebat lainnya, Katherine Ellison, seorang pemenang Nobel Pullitzer, yang khawatir akan memiliki sindrom "otak ibu" saat melakukan pekerjaan penting. Sindrom otak ibu yang dimaksud adalah ketika seorang ibu merasa kebingungan dan seakan kehilangan kepintarannya dalam segala hal, termasuk dalam memutuskan sesuatu. Saking penasarannya, Ellison melakukan penelitian hingga menulis buku bertajuk The Mommy Brain: How Motherhood Makes Us Smarter, untuk menjawab pertanyaan dan kekhawatirannya sekaligus menjawab ketakutan ibu-ibu yang berpikiran sama dengannya.

Dalam penelitiannya, Ellison menemukan bahwa ada banyak perempuan dan ibu yang yakin bahwa otak mereka akan rusak begitu memiliki anak. "Ibu-ibu baru akan merasa kesal atau ingin marah karena mereka jadi orang yang pelupa atau sulit mencari fokus. Namun ini bukan karena hasil dari menjadi seorang ibu, tetapi merupakan hasil produk dari kekurangan tidur, stres, atau dampak dari belajar begitu banyak hal dalam waktu singkat," tulis wanita yang pernah menjadi wartawan investigatif ini.

Tetapi, di balik itu semua, sebuah penelitian yang dipimpin oleh dr Kelly G. Lambert, ahli saraf, ibu dari 2 orang anak, dan pemimpin departemen Randolph Macon College, kehamilan dan menjadi seorang ibu akan secara alami bisa membuat si wanita menjadi orang yang menjaga anak-anaknya agar tetap aman, dan hal ini bukan hal yang mudah. Sementara dr Craig Kinsley, profesor neuroscience dari University of Richmond mengatakan, apa pun permasalahan yang dialami oleh para ibu baru, seperti sering lupa, sulit fokus dan lainnya, hanya merupakan pertukaran sementara atas fungsi otak sang perempuan yang lebih baik di masa mendatang. Untuk menemukan apa efek dari perubahan tersebut, kedua ilmuwan tersebut mulai melakukan penelitian terhadap tikus-tikus percobaan dalam situasi yang berbeda.

Michael Meaney dari McGill University di Montreal menunjukkan bahwa semakiin banyak perhatian yang diberikan oleh para ibu tikus kepada anak-anaknya dalam waktu 3 minggu pertama, semakin berkurang stres yang dirasa si ibu di penghujung hidupnya, dan semakin pandai si anak menghadapi tes labirin yang diberikan. Begitu pun sebaliknya, menurut dr Lambert, "Ketika anak dibiarkan atau ditelantarkan oleh ibunya di usia awal, ia akan memiliki masalah di masa dewasanya. Penelitian kami mengatakan bahwa para ibu memiliki pengaruh dalam pertumbuhan neuronal anak usai masa pubertas. Jika itu memang benar, maka amat penting untuk para wanita mengerti bahwa hal ini merupakan jendela kesempatan dan restrukturisasi pendekatan kognitif menuju sifat keibuan."

Implikasinya
"Perubahan yang terjadi saat kehamilan menunjukkan kemampuan kelenturan otak perempuan. Pada tikus, perubahan hormonal yang terjadi pada kelahiran anak satu atau lebih, serta laktasi bisa memengaruhi perubahan pada otak tikus betina dalam hal pembelajaran, memori, pemecahan masalah, penurunan stres, serta aktivitas kognitif semasa hidup," jelas dr Kinsley.

Anda mungkin bertanya-tanya, apa relevansi studi terhadap tikus dalam kehidupan manusia? Nyatanya, ada bagian dalam otak tikus yang teraktivasi selama masa kehamilan dan kelahiran yang serupa dengan aktivitas dalam otak perempuan manusia.

Kemampuan otak untuk membentuk kembali akibat pengaruh hormon, stimulasi mental, dan sikap repetisi saat kehamilan dan melahirkan mengkontribusikan perubahan serta perkembangan otak seumur hidup si perempuan. Neuron dan hubungannya terus terjadi seumur hidupnya.

Lima hal perkembangan otak setelah memiliki anak:
* Persepsi
Pernapasan, pendengaran, radar, dan sentuh mengalami perkembangan dan menguat. Indera-indera tadi menguat setelah melahirkan, dan membantu kemampuan para ibu untuk mengolah dan menginterpretasi informasi.

* Efisien
Pengarang novel Harry Potter, JK Rowling mengatakan ia bisa menulis lebih bersemangat dan idenya mengalir ketika anaknya sedang tidur siang. Kebanyakan ibu merasa tak memiliki waktu yang cukup dalam sehari di siang hari untuk melakukan banyak hal, tetapi pelepasan dopamin dalam otak saat sitasi sedang menekan bisa jadi berperan dalam peningkatan karakteristik untuk menggunakan waktu yang ada sebaik-baiknya (efisiensi waktu).

* Tahan banting
Oksitosin, hormon yang memberikan rasa nyaman dan bahagia ditemukan dalam jumlah tinggi pada para ibu. Hal ini pula yang menjauhkan para ibu dari stres. Riset menunjukkan, hal ini bisa membantu ibu menyimpan memori lebih banyak dan belajar.

* Motivasi
Para ibu yang merasa harus bertanggung jawab dalam memberikan perlindungan dan memberi makan anak-anaknya terbukti lebih tangguh dalam mencari dan menyediakan makanan dan mengambil risiko. Sifat ini memacu kemampuan mereka untuk fokus dan mencapai gol, menginduksi sifat kompetitif dan ambisi, berani ambil risiko, dan mampu beradaptasi lebih cepat. Sikap "tak takut" ini bisa jadi terpicu karena ada pengeluaran oksitosin serta prolaktin yang membantu melawan rasa takut dalam seseorang.

* Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional (EI), seperti mawas diri, manajemen mood, empati, motivasi diri, dan menjaga hubungan bisa berkontribusi terhadap persahabatan yang lebih erat, pernikahan, dan kesehatan fisik, sama juga dengan kemampuan untuk menjadi orang yang lebih kompetitif di ruang kerja, khususnya pekerjaan yang berhubungan dengan banyak orang.

Jadi, menjadi ibu itu ternyata memberikan banyak hal untuk seorang perempuan. Tak hanya menjadi memiliki keturunan, tetapi juga membuatnya mengoptimalkan fungsi otaknya. Sekarang, tinggal bagaimana cara sang ibu menggunakan anugerah tersebut. Selamat Hari Ibu, para ibu!