Reaksi yang keliru dari orangtua ketika ketakutan atau kebiasaan menakuti anak bisa “menularkan” fobia pada anak.

Sudah setahun ini, setiap malam, Putri yang berusia 7 tahun selalu tidur ditemani pengasuhnya. Ia tidak berani tidur sendiri karena takut diculik di malam hari. Ketakutan ini berawal dari film yang bercerita tentang seorang anak perempuan yang diculik saat sedang tertidur yang ditontonnya setahun lalu. Berbagai cara sudah dijalankan orangtua Putri agar ia mau tidur sendiri, namun semuanya belum berhasil. Apa yang harus dilakukan? Apalagi anak yang memiliki fobia biasanya menutupi kekurangannya karena merasa malu, takut diolok-olok, atau dipandang lemah.

Fabiola P Harliamsyah, M.Psi dari Lembaga Terapan Psikologi UI mengatakan, belum ada data pasti penyebab dari fobia pada anak. Jenis dan macam fobia yang ada pada anak sifatnya lebih individualistik. Namun ada beberapa fobia yang umum terjadi pada anak saat berusia 2-4 tahun. Biasanya, menunjukkan ketakutan pada suara keras (petir, petasan), hewan-hewan tertentu (kucing, serangga), mandi, belajar menggunakan toilet, dan makhluk imajiner (hantu, monster).

Sedangkan anak-anak yang usianya lebih dari 4 tahun, umumnya menunjukkan ketakutan pada orang yang tidak dikenal atau ketakutan akan kehilangan orang yang ia cintai (karena perceraian atau kematian). Biasanya fobia ini terjadi karena temperamen anak yang cenderung mudah cemas.

Jangan Menakuti

Faktor lain yang menimbulkan fobia adalah pembelajaran dari lingkungan. “Misalnya orangtua berteriak ketika takut menghadapi situasi atau objek tertentu. Ia menunjukkan ekspresi takut yang berlebihan bahkan sampai ikut melarang anak mendekati objek atau situasi yang ditakuti itu (tanpa alasan yang jelas),” jelas Febi. Hal ini menunjukkan kalau fobia itu bisa ditularkan. Terakhir, bisa dikarenakan pengalaman menakutkan yang terjadi secara tiba-tiba kepada si anak sehingga menyebabkan trauma (fobia).

Oleh karena itu, orangtua sangat tidak disarankan menakuti anak untuk alasan apapun. Pola pengasuhan yang tepat dapat mencegah anak dari fobia. Seperti beberapa hal di bawah ini:
- Meningkatkan keyakinan kepada Tuhan yang akan membantunya ketika ia merasa takut.
- Mengajarkan anak percaya diri.
- Mengembangkan komunikasi yang hangat dengan orangtua, sehingga orangtua dapat segera memberikan pengertian ketika anak mengatakan ketakutannya yang tidak beralasan.
- Mengajarkan teknik relaksasi ringan (menarik dan mengeluarkan napas dengan teratur).
- Jangan lupa, orangtua juga perlu menjadi contoh yang tepat bagi anak. Orangtua yang mudah takut dan cemas dapat ditiru anak.
- Senantiasa memberikan tayangan dan bacaan yang mendidik serta dampingi anak dalam menyaksikan TV atau membaca buku bacaan sehingga dapat segera diberikan penjelasan yang masuk akal ketika ia melihat hal-hal yang ia takuti.
- Langsung tunjukkan pujian ketika anak mampu mengatasi ketakutannya.

Atasi Bersama

Sebagai orangtua, Anda bisa membantu anak menghilangkan fobia anak. Keluarga besar juga bisa ikut turun tangan, lho. Caranya:
- Menyadari sensasi fisik yang menandakan anak mulai merasakan kecemasan, lalu menerapkan teknik relaksasi yang sudah dipelajari sebelumnya untuk mengatasi kecemasan tersebut.
- Mengajarkan anak mengenali dan mengubah kognisi yang mendukung kecemasan mereka. Misal, melakukan self talk atau mengatakan hal-hal positif dan penjelasan yang masuk akal ketika menghadapi kecemasannya.
- Menerapkan strategi yang tepat untuk mengubah perilaku yang dihasikan dari kecemasan mereka. Misal, mempelajari kemampuan berinteraksi yang efektif untuk mengatasi fobia sosial.
- Mengikuti terapi kelompok, sehingga seseorang yang mengalami fobia dapat belajar dari anggota kelompok untuk mengatasi fobianya.
- Keluarga juga harus diberikan penanganan. Yakni dengan mengedukasi mereka sehingga menjadi role model yang tepat bagi anak, sehingga mereka dapat mendukung anak (yang fobia) mengatasi fobianya. Misal, meperkuat perilaku berani anak atau berpartisipasi dalam kegiatan role-playing untuk melatih anak mengatasi fobia secara bertahap.
- Menyaksikan film, membaca buku, serta belajar dari orang-orang yang telah berhasil melalui fobia mereka. Terapi ini dapat berhasil ketika seseorang yang mengalami fobia bersedia untuk meniru atau menerapkan solusi yang diberikan dari film, buku, dan orang-orang yang berhasil secara intensif.

Butuh Tekad Kuat

Berapa lama fobia dapat menghinggapi anak sangat tergantung dari kondisi psikologi anak dan lingkungan sekitarnya. “Anak yang memiliki respon baik terhadap terapi diiringi oleh dukungan positif dari lingkungan, memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk lebih cepat dalam mengatasi fobianya,” tambah Febi.

Ada mitos, salah satu cara menghilangkan fobia pada anak adalah dengan menghadapkan anak pada ketakutan (fobia) tersebut. Tepatkah metode tersebut? Menurut Febi, setiap anak adalah unik sehingga penanganan terhadap fobia yang dimiliki anak juga berbeda satu dengan yang lain (meskipun fobianya serupa). Ada anak yang butuh penanganan secara lembut dan perlahan untuk bisa dihadapkan pada hal yang ditakuti, tetapi ada pula anak yang membutuhkan teknik lain.

Yang pasti, agar mendapatkan penanganan yang tepat, anak yang mengalami fobia harus berkonsultasi ke psikolog anak. Namun jika masalah yang dialaminya cukup rumit, anak tersebut butuh penanganan lebih lanjut oleh psikiater yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Ketika anak ini tidak mendapatkan penanganan apapun dan tidak ditunjang oleh lingkungan sekitar, fobianya akan cenderung sulit teratasi. Jika hal di atas tidak dimiliki anak, sesungguhnya fobia tetap bisa sangat mudah diatasi oleh anak. “Semuanya tergantung dari seberapa besar dan kuatnya tekad anak untuk menghilangkannya.”