Saat-saat membahagiakan bagi ibu yang baru saja bersalin adalah melihat, memeluk dan mencium bayinya. Namun perasaan bahagia sering diselingi munculnya keluhan psikis maupun fisik. Bagaimana mengatasinya?

KELUHAN PSIKIS
Rasa suka cita bisa berganti "duka" tatkala ibu yang baru melahirkan mengalami gangguan psikis. Biasanya perasaan-perasaan tak enak muncul di minggu pertama atau minggu kedua setelah bersalin dan berlangsung hingga kurang lebih satu bulan lamanya. Kendala psikologis yang disebut postpartum blues atau baby blues syndrome ini sebenarnya tidak aneh, karena secara alamiah banyak dialami ibu yang baru melahirkan meski tidak semuanya.

1. GEJALA
Berbagai hal berikut merupakan gejala gangguan psikologis yang biasanya dialami ibu setelah bersalin:

* Merasa bosan, sedih, bahkan menangis
Sesudah melahirkan, ibu merasa "bosan" karena yang dihadapinya sehari-hari hanyalah seputar perawatan dan pengasuhan bayi yang cukup merepotkan. Apalagi jika tak ada siapa pun yang membantu. Di sisi lain, bayi yang semula manis kini sering rewel dan menangis tiada hentinya. Semua cara sudah dikerahkan tapi si kecil tetap saja menangis. Alhasil, ibu ikut-ikutan sedih bahkan menangis. Rasa kecewa atau kesal bercampur aduk karena segala upaya yang sudah dilakukan ternyata tak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

* Mudah marah, tersinggung dan perasaan lebih sensitif
Kala melihat bayi menangis, sering muntah, dan sebagainya, ibu secara tak sadar malah memarahi atau membentak si kecil. Di sisi lain, suami biasanya bingung kenapa istrinya jadi sensitif dan mudah tersinggung. Yang ada, tambah kesal deh ibu pada suami, orang tua, bahkan mertua jika mereka sepertinya tak membantu menyelesaikan masalah. Di sisi lain, ibu mungkin kurang terbuka atau enggan mengemukakan kendala yang sedang dialami. Sebenarnya, lantaran tak pernah curhat itulah, orang-orang terdekat jadi tak memahami apa sebenarnya yang tengah dirasakan. Ujung-ujungnya terjadilah konflik dengan suami, orang tua, atau mertua.

* Merasa terasing, bersalah, dan malu
Selama berada di RS, begitu usai melahirkan, ibu mendapatkan perhatian penuh dari keluarga, kerabat, teman dan lainnya. Namun, begitu pulang ke rumah, kondisi bisa berubah 180 derajat. Ibu kurang mendapat perhatian dari lingkungan terdekat dan harus mengurus si bayi lebih intens dari siapa pun. Bagaimana tidak? Suami mulai kembali sibuk bekerja. Masalah bisa makin bertumpuk tatkala ibu menemui kesulitan dalam memberikan ASI misalnya, sementara tuntutan mengurus kebutuhan suami dan diri sendiri harus tetap dipenuhi.

Bayangan semula yang terasa menyenangkan kini menyergap dalam bentuk aneka kerepotan. Akibatnya, ibu merasa terasing. Belum lagi bila orang tua atau mertua banyak memberi komentar atau terlalu ikut campur soal pengurusan anak hanya karena merasa lebih berpengalaman. Hal-hal semacam ini gampang membuat ibu semakin bingung. Dalam hati, muncul rasa bersalah sekaligus malu bila dikomentari kurang terampil mengurus anak dan sebagainya.

2. KENALI PENYEBABNYA
Secara umum, gangguan psikis ini disebabkan beberapa faktor, yaitu:
* Perubahan hormon
Perlu diketahui, ketika mengandung bahkan setelah melahirkan terjadi "fluktuasi" hormonal dalam tubuh. Hal inilah yang antara lain menyebabkan terjadinya gangguan psikologis pada ibu yang baru melahirkan.
* Kurangnya persiapan mental
Yang dimaksud di sini adalah kondisi psikis atau mental yang kurang dalam menghadapi berbagai kemungkinan seputar peran ganda merawat bayi, pasangan, dan diri sendiri. Terutama hal-hal baru dan "luar biasa" yang bakal dialami setelah melahirkan. Ini tentunya dapat menimbulkan masalah.

3. SOLUSI
Berbagai keluhan psikis rata-rata dialami ibu yang baru pertama kali melahirkan. Namun, bukan berarti setiap ibu pasti mengalami sindrom baby blues. Kalau kendala tersebut tak terselesaikan dengan baik biasanya keluhan serupa akan muncul kembali di pascapersalinan berikutnya. Bekal teori tentang pengasuhan anak atau persiapan diri sejak awal tentunya akan sangat membantu ibu untuk lebih siap. Termasuk ketika mengalami kendala psikis. Memang bukan jaminan ibu yang paham mengenai baby blues syndrome dan cara mengatasinya, otomatis tak akan mengalami kendala tersebut. Kalaupun sudah telanjur mengalami sindrom itu, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya:

* Dukungan orang terdekat
Dukungan suami, orang tua, mertua sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, penting sekali peran serta orang-orang terdekat untuk membantu meringankan tugas ibu mengasuh/merawat sang bayi dengan cara bagi-bagi tugas. Dengan begitu, beban yang dipikul jadi jauh lebih ringan. Selama 2 minggu pascamelahirkan, suami sebaiknya mendampingi istri tercinta.
Mengapa? Karena di masa ini ibu tengah beradaptasi dengan bayi dan segala permasalahannya. Bila masa ini terlewati dengan baik biasanya kendala pengasuhan dan perawatan bayi bisa teratasi. Yang tak kalah penting, suami seharusnya mengerti kondisi istri setelah melahirkan. Suami harus lebih sabar dan mengerti jika istrinya jadi uring-uringan. Cobalah pahami masalah yang dihadapi dan bantulah mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

* Curhat pada orang-orang yang dipercaya
Berbagi masalah dengan orang-orang yang dipercaya seperti teman, saudara, orang tua, atau sesama ibu yang pernah mengalami hal serupa tentu bisa membantu. Setidaknya, Anda tidak merasa sendirian karena bisa bertukar pikiran mengenai cara-cara mengatasi keluhan psikis yang dialami. Meski Anda sudah banyak membaca literatur tentang cara mengatasi sindrom tersebut, adakalanya teori yang didapat berbeda dari kenyataan masalah yang dihadapi.

* Konsultasi pada psikolog
Jika dukungan suami atau orang terdekat lainnya tak bisa diharapkan atau tak menghasilkan solusi yang memuaskan, pilihan alternatifnya adalah konsultasi pada yang ahli, yaitu psikolog yang dapat membantu mencarikan jalan keluar dari masalah seputar pascapersalinan. Berkonsultasi dengan pakar membuat ibu setidaknya berpikir bahwa persoalan yang dihadapi bukanlah sesuatu yang "abnormal", melainkah wajar.

* Persiapan jauh-jauh hari
Di atas semua itu, yang terpenting adalah persiapan jauh-jauh hari, termasuk di dalamnya persiapan mental, fisik maupun finansial. Perbanyaklah pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, pengasuhan anak dan sebagainya. Dengan begitu, permasalahan kehamilan ataupun kendala setelah melahirkan setidaknya bisa teratasi dengan baik. Kalau kegiatan membaca literatur tentang perawatan bayi baru dilakukan ketika si kecil sudah lahir penyerapan informasinya mungkin kurang optimal. Bisa dibayangkan bukan, karena di saat yang bersamaan Anda sudah disibukkan dengan aktivitas merawat si kecil yang seolah tiada habis-habisnya.

KELUHAN FISIK
Selain keluhan psikis, ibu yang baru melahirkan juga mengalami berbagai gangguan fisik berikut:
* Badan lelah, capek atau letih
Setelah melahirkan, dipastikan ibu mengalami kelelahan yang luar biasa. Apalagi jika prosesnya cukup kompleks dan sulit. Salah satu solusinya adalah cukup beristirahat serta mengonsumsi makanan bergizi. Apalagi kalau ternyata Anda mengurus bayi tanpa dibantu suami, saudara, orang tua/mertua, atau pengasuh. Mengurus anak sendirian dari A sampai Z pasti sungguh melelahkan. Tubuh pasti gampang letih. Belum lagi jam tidur yang pasti jadi berkurang karena bayi akan sering bangun di malam hari sementara tugas-tugas domestik lainnya juga mesti ditangani. Bisa-bisa, pola makan Anda jadi tak teratur karena semua kesibukan baru tadi. Bukan mustahil Anda mudah jatuh sakit.

* Tubuh melar dan perut membuncit
Akibat kehamilan, mayoritas ibu mengalami pemekaran tubuh. Hal ini tentu wajar karena sejak kehamilan secara perlahan tubuh Anda menyiapkan diri menyambut si kecil. Salah satunya dengan pertambahan berat badan. Usai melahirkan, jangan harap berat badan bisa langsung kembali langsing. Proses penurunan berat badan haruslah terjadi secara alamiah atau bertahap. Apalagi Anda harus menyusui bayi yang membuat kebutuhan asupan makanan jadi bertambah. Jadi, tak perlu minder dengan bentuk tubuh yang Anda miliki sekarang. Yakinlah bahwa tubuh seorang perempuan hamil dan menyusui memenuhi kriteria seksi yang istimewa. Tak perlu khawatir suami tak lagi tertarik pada Anda.

Kalaupun Anda merasa harus melakukan berbagai cara untuk menurunkan berat badan, boleh-boleh saja. Asalkan itu bukan diet ketat atau bahkan dengan proses sedot lemak. Yang dianjurkan hanyalah cara-cara sehat dan alamiah, yakni mengatur pola makan sedemikian rupa sambil tetap memperhatikan kebutuhan gizi untuk menyusui. Barengi dengan melakukan olahraga ringan secara teratur. Niscaya segala keluhan seputar berat badan dan perut yang "membuncit" bisa teratasi.

* Payudara bengkak atau mengeras
Setelah melahirkan, secara alamiah payudara ibu akan memproduksi ASI. Proses hormonal ini pada awalnya akan menyebabkan payudara menjadi bengkak atau mengeras sehingga terasa kencang dan sakit. Namun setelah menyusui, biasanya keluhan tersebut akan hilang dengan sendirinya. Melakukan pijat di sekitar payudara agar proses keluarnya ASI lancar juga bisa membantu mengurangi rasa sakit yang dialami.

* Keregangan kulit (stretch marks)
Kondisi ini biasanya dialami selama kehamilan dan setelah melahirkan. Umumnya terjadi di bagian perut, pinggul, dan paha. Keregangan kulit ini dapat menyebabkan kulit pecah-pecah. Untuk mengatasinya, gunakan krim khusus yang dapat menipiskan bekas-bekas guratan tadi meski sebenarnya kondisi ini tak dapat dihilangkan sama sekali.

* Varises
Umumnya, sesudah melahirkan wanita tak lagi dihantui gangguan varises. Namun pada beberapa ibu, varises tetap masih terjadi. Untuk mengatasinya, mau tidak mau ibu harus telaten menjalani pengobatan dan perawatan yang pas.

* Sering mulas
Setelah melahirkan rasa mulas mungkin saja muncul. Kenapa? Karena secara alamiah, saat ibu menyusui terjadi kontraksi pengerutan rahim yang kemudian dirasakan sebagai mulas tadi.

* Sulit buang air kecil dan buang air besar
Keluhan ini disebabkan pengaruh hormonal. Bisa juga terjadi sebagai akibat tekanan kepala bayi ketika melewati jalan lahir. Untuk mengatasinya, ada terapi atau pelatihan yang bisa ditanyakan pada dokter obgin agar ibu bisa kembali mudah buang air. Jangan lupa, minum yang banyak serta makan makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayur dan buah-buahan.