Menemukan Metode Kontrasepsi Yang Tepat

Hamil, perdarahan, pola haid berubah dan masalah lainnya. Mengapa bisa terjadi? Pengalaman para pemakai alat kontrasepsi atau peserta program Keluarga Berencana (KB) sangat bervariasi.

Apa yang mungkin terjadi setelah Anda memakai alat kontrasepsi? Siapa yang saja berisiko mengalami masalah, cara mencegah atau meminimalkan risiko? Anda perlu tahu sehingga Anda bisa menemukan metode kontrasepsi yang tepat, yang sesuai dengan riwayat kesehatan, perencanaan keluarga, dan gaya hidup Anda.
1. Hamil alias gagal KB. Bila terjadi kehamilan pada pengguna kontrasepsi, mungkin saja, cara pemakaiannya salah. Misalnya pil KB tidak diminum setiap hari. Anda sebaiknya tak perlu segan berkonsultasi pada dokter atau bidan saat memilih metode kontrasepsi. Atau, metode kontrasepsi yang dipakai tidak efektif untuk orang yang bersangkutan. Misalnya ibu yang menggunakan metode LAM (Lactational Amenorrhoe Methode) sudah mendapat haid. Ada 3 syarat yang harus dipenuhi bila ingin menggunakan metoda LAM, yaitu menyusui secara penuh siang dan malam, belum mendapat haid, dan bayinya belum berumur 6 bulan.Jika salah satu syarat tidak bisa dipenuhi, maka ibu yang bersangkutan sebaiknya sudah merencanakan penggunaan metode kontrasepsi lain.
2. Perdarahan. Perdarahan di luar masa haid mungkin saja dialami oleh pemakai metode kontrasepsi hormon, seperti pil atau suntik KB pada bulan-bulan pertama pemakaian. Selain itu, perdarahan dan nyeri bisa juga terjadi setelah pemasangan spiral. Bila perdarahan hanya berupa vlek-vlek atau sedikit, maka gejala ini tidak berbahaya. Namuh, bila perdarahan banyak atau hebat, apalagi bila disertai gejala lain seperti sakit kepala, mata berkunang-kunang, dan mual atau sakit perut, maka Anda sebaiknya segera berkonsultasi pada dokter.
3. Perubahan pola haid. Biasanya dialami oleh pengguna kontrasepsi yang mengandung hormon-hormon, baik pil, suntikan, atau spiral yang mengandung hormon. Gangguan haid ini karena hormon yang dipakai bisa mengganggu atau mengubah pola-pola haid yang biasanya. Pemakaian suntikan hormon biasanya semakin lama membuat haid cenderung sedikit atau tidak haid sama sekali. Namun pemakaian pil KB yang teratur justru bisa membuat haid yang tadinya tidak beraturan menjadi lebih teratur karena susunan hormon-hormon dalam pil KB dibuat mirip dengan naik turunnya atau komposisi hormon sesuai pola haid. Sementara pada pemakai spiral, masa haid dapat menjadi lebih panjang dan darahnya banyak, terutama pada bulan-bulan pertama pemakaiannya. Kondisi ini normal. Namun bila Anda ragu, Anda dapat berkonsultasi pada dokter.
4. Alergi atau iritasi. Rasa panas dan gatal timbul di daerah sekitar kemaluan? Bisa jadi ini gejala Anda alergi terhadap alat kontrasepsi yang Anda gunakan. Meski jarang, reaksi alergi bisa terjadi terutama pada orang yang sensitif terhadap bahan-bahan yang terkandung dalam obat atau pun alat kontrasepsi yang digunakan. Misalnya, alergi kondom lateks yang menimbulkan iritasi pada dinding vagina, atau alergi terhadap zat aktif dalam tisu KB. Karena pemakaian kontrasepsi sifatnya jangka panjang dan dipakai terus menerus maka, bila memang alergi, Anda sebaiknya memilih cara kontrasepsi lain. Tergantung bahan alat kontasepsi apa yang membuat Anda alergi.
5. Infeksi. Infeksi di saluran reproduksi bisa menyebar ke alat reproduksi bagian dalam. Itu sebabnya, bila seseorang sedang mengalami infeksi di saluran reproduksinya, maka pemakaian alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim harus ditunda hingga infeksinya bisa disembuhkan. Selain itu, bila yang bersangkutan atau pun pasangannya memang berisiko mudah terinfeksi di saluran reproduksi atau sedang sakit kelamin maka, sebaiknya, dia tidak menggunakan spiral atau IUD. Pilih saja metode lain. Kondom akan lebih baik karena bisa melindunginya dari penularan infeksi penyakit menular seksual (PMS). Bila seseorang dalam proses pengobatan infeksinya maka, sebaiknya, dia tidak berhubungan seksual dahulu hingga sembuh. Bila tetap mesti berhubungan seksual, sebaiknya gunakan kondom agar tidak saling menularkan.
6. Produksi ASI terganggu. Ibu menyusui harus lebih cermat memilih metode kontrasepsi. Hindari pil atau suntik KB yang mengandung estrogen karena akan menyebabkan penurunan kualitas dan jumlah ASI. Bila tetap ingin memakai pil KB, pilih pil khusus menyusui yang hanya berisikan hormon progesteron (tidak boleh mengandung estrogen), pil progesteron, atau bisa suntikan progesteron (depo propera, depo progestin). Beberapa metode kontrasepsi yang tidak mempengaruhi produksi ASI adalah spiral, kondom/femidom, metode kalender (pantang berkala), dan senggama terputus .
7. Perubahan libido. Perubahan gairah seks bisa disebabkan oleh bermacam hal, dan belum tentu oleh pemakaian alat kontrasepsi. Walau beberapa pria atau wanita merasa bahwa pemakaian kondom atau femidom mengganggu hubungan seks dan mengurangi kenikmatan. Jadi, bila kebetulan Anda atau pasangan mengalaminya, lebih baik lakukan hal-hal yang bisa meningkatkan kembali libido Anda berdua. Bila perlu, pertimbangkan lagi metode kontrasepsi lain, misalnya pil KB.
8. Berat badan bertambah. Pemakaian alat kontrasepsi yang menggunakan hormon ada yang cenderung menaikkan berat badan. Hal ini dipengaruhi oleh jenis hormon yang terkandung dalam pil yang dikonsumsi, misalnya. Kenaikan berat badan dipengaruhi oleh meningkatnya nafsu makan atau sifat hormon tertentu yang cenderung menahan air dalam tubuh sehingga badan jadi lebih berat. Namun, seiring kemajuan teknologi, kini ada pil, suntik atau susuk KB yang diklaim tidak menyebabkan kegemukan.