Mengurangi peradangan periodontal

Sebuah penelitian oleh American Academy of Periodontology di tahun 2009 mengungkapkan bahwa orang meminum minimal satu cangkir teh hijau setiap hari memiliki kesehatan periodontal (jaringan penyangga gigi) yang baik dibandingkan mereka yang tidak minum teh hijau.

Membunuh sel kanker mulut

Polifenol, antioksidan yang terdapat dalam teh hijau, dipercaya mampu menetralisir risiko kanker yang disebabkan oleh radikal bebas dan benar-benar dapat membunuh sel-sel kanker mulut.

Menghambat pembentukan plak gigi

Mengonsumsi teh ini dapat mencegah munculnya kerusakan pada gigi. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan minum atau berkumur menggunakan teh hijau dapat menghambat pembentukan plak gigi dan mencegah terjadinya karies gigi.

Teh Hijau Bisa Menangkal Hepatitis C

Flavonoid yang terkadung dalam teh hijau bisa mencegah virus hepatitis C (HCV) masuk ke hati. Peneliti dari Jerman mengungkapkan epigallocatechin-3-gallate (EGCG) yang terkadung dalam teh hijau dapat mencegah masuknya HCV setelah transplantasi hati (penggantian hati).

Sandra Ciesek dan Eike Steinmann dari Hannover Medical School di Jerman meneliti efek molekul EGCG dalam mencegah HCV dari sel-sel melekat pada hati. "Katekin teh hijau seperti EGCG dan turunannya epigallocatechin (EGC), epicatechingallate (EKG), dan epikatekin (EC) menunjukkan sifat antivirus," kata Ciesek. Penelitian mereka mengeksplorasi efek potensial flavonoid ini dalam mencegah reinfeksi HCV setelah transplantasi hati.

Para peneliti berpendapat bahwa EGCG dapat menghambat masuknya sel HCV dengan bertindak pada sel inang (host) sebagai pelindung. Pretreatment sel dengan EGCG tidak mengurangi infeksi, namun bisa menghambat penyebaran HCV.

"EGCG pada teh hijau menghambat masuknya sel HCV dengan virus," Ciesek menambahkan,

Infeksi HCV dapat menyebabkan hepatitis kronis atau kanker hati primer. Menurut data WHO, penyakit ini diderita oleh 170 juta orang di seluruh dunia. Sementara ini pengobatan standar yang banyak diterapkan yaitu penggunaan interferon dengan ribavirin dan inhibitor protease. Namun sayang, cara ini baru dapat menghapus infeksi pada sebagaian kecil pasien. Pasien pada umumnya belum dapat merespon terapi ini.